PPKM Level 4 Diperpanjang, Pemkot Yogya Fokus Turunkan Mobilitas di Permukiman

4 Agustus 2021 12:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melintas di dekat Jl Margo Utomo yang ditutup di Yogyakarta, Rabu (7/7/2021). Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Warga melintas di dekat Jl Margo Utomo yang ditutup di Yogyakarta, Rabu (7/7/2021). Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Perpanjangan PPKM Level 4 diterapkan di Kota Yogyakarta hingga 9 Agustus mendatang. Secara umum tidak ada perbedaan dari kebijakan yang sebelumnya. Namun pada kebijakan kali ini, Pemkot Yogyakarta fokus pada penurunan mobilitas warga di area permukiman.
ADVERTISEMENT
"Kita konsentrasikan adalah menurunkan mobilitas di permukiman. Ketika dilihat dari permukiman, penurunan mobilitas terjadi sebesar 19 persen. Itu berarti tingkat mobilitas di permukiman masih signifikan untuk terjadinya penularan COVID-19," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi dalam keterangannya, Rabu (4/8).
Hal yang berbeda terjadi di area lain seperti jalan raya hingga tempat umum. Di sana penurunan mobilitas telah mencapai 50 hingga 60 persen. Penurunan mobilitas ini terjadi karena adanya penyekatan secara efektif.
"Mobilitas di jalan umum dan tempat-tempat umum, dengan dilakukan penyekatan jalan-jalan, dan pembatasan akses keluar masuk di area tempat umum, berhasil menurunkan mobilitas mencapai 50-60 persen," ujarnya.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Untuk menekan mobilitas di area permukiman, Heroe mengatakan Posko dan Satgas COVID-19 Kelurahan dan Kemantren (Kecamatan) akan melakukan strategi seperti penyekatan di gang kampung. Dengan begitu akses keluar-masuk kampung yang tadinya masif menjadi lebih sedikit.
ADVERTISEMENT
"Saat ini ada 235 RT yang melakukan penyekatan akses jalan keluar masuk di wilayahnya. Jadi begitu ada pertumbuhan kasus, dan dinilai ada kontak erat, maka Posko dan Satgas kelurahan langsung membuat penyekatan akses keluar masuk," terangnya.
Di samping itu, yang utama adalah membawa warga yang baru terpapar corona ke shelter agar tidak menulari warga lain.
"Bagaimana setiap kasus baru secepatnya ditangani secara terintegrasi. Yaitu secepatnya dilakukan isolasi, baik di shelter kota maupun shelter wilayah. Sehingga yang negatif, tidak tertular dari yang satu rumah atau satu ruangan," jelas Heroe.
Suasana kampung-kampung di Kota Yogyakarta saat PPKM Mikro. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Selanjutnya, perlu juga dilaksanakan monitoring secara intens kepada warga yang isoman.
"Kita intensifkan pemantauannya, yang selama ini dilakukan oleh petugas puskesmas untuk monitor keluhan yang dialami warga yang isoman melalui WA," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Juga dilakukan gerakan 'Sapa Aruh' melalui PKK wilayah setempat dari kelurahan sampai PKK RT/RW. Untuk ikut memantau dan menjadi jembatan dengan Satgas kelurahan/kemantren, jikalau ada kasus yang harus cepat ditangani," ujarnya.
Para warga yang isoman juga mendapatkan multivitamin atau obat. Setiap hari mereka juga mendapat pasokan makanan dua kali sehari diantar dari Satgas COVID-19 Kelurahan.