PPP Dinilai Bisa Jadi Kendaraan Politik Sandi untuk Maju di Pilpres 2024

27 Oktober 2020 17:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sandiaga Uno di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (4/2). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sandiaga Uno di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (4/2). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Usulan agar Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Uno masuk ke dalam bursa caketum PPP menuai sorotan. Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai, menjadi Ketum PPP merupakan sebuah peluang yang menjanjikan jika ia ingin maju di Pilpres 2024.
ADVERTISEMENT
"Buat Sandi sendiri sebetulnya ini sesuatu yang sangat menjanjikan. Dalam pengertian bahwa kalau Sandi memang mau maju calon presiden di 2024, PPP ini bisa menjadi kendaraan politik. Cuma sayangnya kalau pakai aturan sekarang kemungkinan itu kecil, karena kursi (PPP) cuma 4-5 persen," kata Qodari saat dihubungi, Selasa (27/10).
"Kecuali kalau kemudian nanti di tahun 2024 itu pileg dan pilpres dipisah. Lalu syarat untuk maju pilpres pada bulan Juli 2024 adalah hasil pileg 2024 bukan hasil pemilu 2019 sebagaimana aturan sekarang ini," imbuh dia.
Selain menguntungkan bagi Sandi, Qodari menuturkan Sandiaga juga akan memberikan dampak bagi perolehan suara PPP ke depan. Sebab, Sandi dinilai mampu mendongkrak suara partai berlambang Ka'bah itu.
ADVERTISEMENT
Qodari menilai selama ini PPP dianggap sebagai partai orang tua.
"Pak Sandi kan sebagai seorang tokoh politik sudah memiliki popularitas yang luas di masyarakat dan pengenalan Sandi sudah cukup tinggi karena dia pernah bertarung di pilkada Jakarta dan di Pilpres 2019. Jadi namanya, wajahnya sudah tersosialisasi dengan baik," ujarnya.
Wasekjen PPP Achmad Baidowi membacaan hasil Mukernas V Partai PPP. Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
"Kalau Sandi bisa jadi ketum itu merupakan harapan baru atau fajar menyingsing bagi PPP. Karena PPP itu terlanjur identik dengan orang tua. PPP ini kan partai lama yamg sedikit banyak itu memang mengalami kesulitan untuk melakukan transisi dan reformasi," jelas dia.
Meski demikian, dia mengatakan ujung dari wacana Sandi menjadi caketum PPP tergantung dengan hitung-hitungan politik yang diambil mantan Wagub DKI itu. Selain itu, PPP juga perlu menjemput bola untuk melamar Sandi sebagai caketum.
ADVERTISEMENT
"Iya dua belah pihak. Jadi Pak Sandi punya kalkulasi seperti apa. Kemudian dari pengurus PPP juga berapa banyak yang inginkan Sandi untuk jadi ketum," ucapnya.
Kendala Sandi Jadi Caketum PPP
Suasana Pembukaan Mukernas V PPP di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Meski begitu, menurut Qodari terdapat sejumlah kendala yang membuat kemungkinan Sandi menjadi caketum PPP tak terwujud. Dia menyebut tak menutup kemungkinan Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Sandi bisa kembali maju bersama dalam Pilpres 2024.
"Saya melihat itu juga yang menjadi sedikit banyak halangan bagi Sandi untuk pindah ke PPP karena dia dengan Pak Prabowo walaupun sama-sama Gerindra bukan tidak mungkin maju lagi bersama," ujar dia.
Selain itu, aturan AD/ART PPP menghambat peluang Sandi sebagai ketum. Belum lagi resistensi kader untuk menerima ketum yang berasal dari eksternal PPP.
ADVERTISEMENT
"Kemudian kendala lain saya melihatnya dari internal PPP mungkin ada persyaratan mengenai kepengurusan dan lain-lain. Sandi kalau misalnya maju calon PPP pasti terkendala itu," kata dia.
"Kemudian persoalan resistensi. Bisa jadi ada resistensi terhadap Sandi dari internal PPP karena dia dianggap sebagai orang baru. Bisa juga dari caketum yang sudah ada dan pendukungnya misalnya dari pendukungnya Pak Suharso, Pak Mardiono," tandas Qodari.