Prancis dan Jerman Minta Warganya Tinggalkan Ethiopia

24 November 2021 5:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asap mengepul dari lokasi serangan udara, di Mekelle, ibu kota wilayah Tigray, Ethiopia Rabu (20/10/2021). Foto: Stringer/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Asap mengepul dari lokasi serangan udara, di Mekelle, ibu kota wilayah Tigray, Ethiopia Rabu (20/10/2021). Foto: Stringer/Reuters
ADVERTISEMENT
Pemerintah sejumlah negara, seperti Prancis dan Jerman, meminta warganya untuk meninggalkan Ethiopia. Konflik yang terjadi di negara benua Afrika tersebut dikabarkan tengah memanas.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Al-Jazeera, pada Selasa (23/11), Prancis menyarankan warga negaranya untuk pergi dari Ethiopia “tanpa menunda.”
Kementerian Luar Negeri Prancis juga merekomendasikan warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Ethiopia, ataupun melakukan transit penerbangan di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.
Jerman pun mendorong warganya untuk meninggalkan Ethiopia sesegera mungkin, dengan penerbangan komersial yang paling awal tersedia. Tindakan kedua negara ini menyusul Amerika Serikat dan Inggris yang telah lebih awal mengeluarkan arahan tersebut.
AS dan Inggris mengambil kebijakan tersebut dengan alasan memburuknya situasi keamanan di Ethiopia.
Kerusakan di rumah sakit Sheraro, Tigray, Ethiopia. Foto: Medecins Sans Frontieres via AP
Tak hanya itu, Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) mengabarkan mereka melakukan “relokasi sementara” keluarga dari staf internasional mereka di Ethiopia. Staf akan tetap bertugas di negara tersebut.
“Kami akan terus melanjutkan pengawasan perkembangan situasi, dengan mengingat keselamatan para staf kami, dan perlunya untuk berdiri, menyampaikan, serta melanjutkan operasi dan bantuan kepada seluruh orang yang membutuhkan,” ungkap juru bicara PBB Stephane Dujarric.
ADVERTISEMENT
Pada Senin (22/11) malam, publik dikejutkan dengan pernyataan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, yang mengatakan akan memimpin pasukannya di garis depan.
Dia mengatakan, “Kita sekarang berada di tahapan terakhir dalam menyelamatkan Ethiopia.”
Pernyataan Abiy disampaikan seiring kabar bahwa pemberontak Tigray sedikit lagi mencapai Ibu Kota Addis Ababa. Merespons kabar itu, Abiy meminta warga Ethiopia ikut berjuang mempertahankan pemerintah dari ancaman pemberontak.
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed. Foto: REUTERS/Tiksa Negeri/File Photo
"Mulai besok, saya akan bergerak ke garis depan untuk memimpin pasukan pertahanan," ucap Abiy seperti dikutip dari Reuters.
"Bagi mereka anak-anak Ethiopia yang ingin dipuji oleh sejarah, bangkit untuk negaramu hari ini, mari bertemu di garis depan," kata Abiy.
Menurut berbagai laporan independen, pemberontak Front Pembebasan Warga Tigray (TPLF) sudah merebut Kota Shewa Robit yang hanya berjarak 220 kilometer dari Addis Ababa.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, pejabat-pejabat di Addis Ababa mengatakan, pasukan keamanan dan kelompok pemuda terus berjuang untuk memastikan perdamaian dan stabilitas. Mereka meminta komunitas diplomatik untuk tidak khawatir.
“Propaganda dan kisah-kisah teror yang disampaikan oleh media Barat sangat kontradiktif dengan keadaan aman Kota, jadi komunitas diplomatik tak perlu merasa khawatir atau takut,” ujar Kepala Biro Keamanan dan Perdamaian Addis Ababa, Kenea Yadeta.
Seorang jurnalis independen di Ibu Kota Addis Ababa, Samuel Getachew, mengatakan kota tersebut “kota yang sepi di malam hari” di tengah-tengah Keadaan Darurat. Pada awal bulan ini, pemerintah mengumumkan Keadaan Darurat hingga enam bulan ke depan.
Seorang anggota Pasukan Khusus Amhara memegang senjatanya di Humera, Ethiopia. Foto: Eduardo Soteras/AFP
“Banyak orang yang melarikan diri dari Addis Ababa, termasuk warga negara Prancis dan Turki,” ujar Getachew. Ia menambahkan, pengumuman “maju ke garis depan” oleh PM Abiy cukup mengejutkan banyak orang.
ADVERTISEMENT

Awal Mula Konflik di Ethiopia

Konflik antara Pemerintah Federal Ethiopia dengan pasukan TPLF dimulai ketika PM Abiy Ahmed, pada 2018, memutuskan untuk membentuk organisasi politik baru dan membubarkan koalisi yang lama.
Pada koalisi yang dibubarkan tersebut, TPLF memegang dominasi. Dengan bubarnya koalisi itu TPLF ditendang dari pemerintahan.
Pada 2020, Abiy memutuskan menunda pemilu akibat pandemi COVID-19. Perintah itu ditolak TPLF, mereka tetap menggelar pemilu regional di Tigray.
Abiy menyebut pemilihan di Tigray sebagai ilegal. Pada Oktober, pemerintah pusat memutuskan untuk menghentikan pendanaan ke Negara Bagian Tigray.
Kemudian pada November 2020, Abiy Ahmed memutuskan untuk mengerahkan pasukan ke Tigray. Hal tersebut dipicu dugaan bahwa pasukan Tigray menyerang pangkalan militer Ethiopia untuk mencuri persenjataan.
ADVERTISEMENT