Pria di Jepang yang Dijuluki 'Twitter Killer' Akui Mutilasi 9 Orang

1 Oktober 2020 9:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pembunuhan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembunuhan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Seorang pria di Jepang yang dijuluki 'Twitter Killer' mengakui telah membunuh dan memutilasi 9 korbannya dalam sidang yang digelar Rabu (30/9) waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Dilansir AFP dari media lokal NHK, pria bernama Takahiro Shiraishi (29) yang memutilasi dan menyimpan bagian tubuh korbannya di lemari pendingin tidak membantah 9 dakwaan pembunuhan.
"Semuanya benar," kata Shiraishi.
Kasus ini terkuak pada 2017 silam. Saat itu polisi menyelidiki laporan hilangnya seorang wanita berusia 23 tahun. Sebelum dilaporkan hilang, wanita itu menulis tweet tentang keinginan bunuh diri.
Saudara laki-laki wanita tersebut mengakses akun Twitter saudaranya dan menemukan kejanggalan.
Penyelidikan polisi mengarah kepada Shiraishi. Saat menggerebek rumah Shiraishi, polisi menemukan 9 mayat dalam kondisi terpotong-potong.
Ilustrasi pembunuhan. Foto: Pixabay
Potongan mayat yang terbagi atas 240 bagian disimpan dalam lemari pendingin dan kotak peralatan. Shiraishi menyamarkan bau busuk dengan menaburkan kotoran kucing di potongan jasad itu.
ADVERTISEMENT
Setelah diperiksa, Shiraishi mengaku telah menggunakan Twitter untuk menghubungi para korban yang berusia antara 15 sampai 26 tahun.
Para korban yang dihubungi pernah memposting mengenai niatan bunuh diri. Shiraishi memanfaatkannya dengan mengaku bisa membantu rencana bunuh diri tersebut, atau bahkan mati bersama mereka.
Atas perbuatannya, Shiraishi terancam hukuman mati yang dilakukan di Jepang dengan cara digantung.
Meski demikian, pengacaranya ingin tuduhan Shiraishi dikurangi menjadi "pembunuhan dengan persetujuan", yang bisa membuat kliennya hanya dihukum antara 6 bulan sampai 7 tahun penjara.
Ilustrasi main Twitter. Foto: Melly Meiliani/kumparan
Namun Shiraishi tak setuju dengan pengacaranya. Dalam wawancara dengan harian Mainichi Shimbun, Shiraishi mengatakan pembunuhan yang dilakukannya "tanpa persetujuan".
Ia menyebut ada luka memar di bagian belakang kepala korban yang membuktikan tidak ada persetujuan. Shiraishi melakukan hal tersebut agar korbannya tidak melawan.
ADVERTISEMENT
Adapun di Jepang, tingkat bunuh diri mencapai 20.000 orang setiap tahunnya. Namun, tingkat bunuh diri berangsur menurun sejak mencapai puncaknya pada 2003.