Pria di Sleman Gagas Nasi Estafet, Konsep Baru Sedekah Makanan Gratis

6 Desember 2019 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penggagas Nasi Estafet, Adhit Dibyandaru. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penggagas Nasi Estafet, Adhit Dibyandaru. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Selalu ada jalan untuk berbuat kebaikan. Hal itulah yang diutarakan Adhit Dibyandaru, seorang pengusaha sablon di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Adhit menggagas Nasi Estafet, sebuah media bagi orang-orang yang ingin menyumbangkan nasi bungkus gratis.
ADVERTISEMENT
Nasi Estafet yang dimaksud adalah sebuah etalase nasi bungkus gratis. Siapa pun boleh mengisi etalase itu dengan nasi bungkus. Siapa pun juga boleh mengambil nasi bungkus yang ada di dalam etalase untuk disantap.
Penggagas Nasi Estafet, Adhit Dibyandaru. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Ditemui di kediamannya di Gang Kalimantan, Jalan Kaliurang KM 6,7, Sinduadi, Mlati, Sleman, Adhit menjelaskan ide ini berawal saat dia melihat sang adik yang aktif dalam komunitas bagi nasi bungkus. Namun, biasanya aktivitas itu dilakukan berkeliling pada malam hari.
Menurut Adhit kegiatan itu positif meski kadang tidak terlalu efektif. Pasalnya, malam hari biasanya digunakan orang untuk istirahat dan tidur. Ketika membagikan nasi tak jarang juga harus membangunkan orang yang tengah beristirahat.
“Katanya juga waktunya kadang-kadang bertabrakan, maka cari bagaimana efisien. Sementara kalau penyaluran di masjid kan sudah banyak donatur. Selain itu kami ingin yang merasakan manfaat ini tidak hanya satu kalangan saja, tapi semua kalangan,” ujar Adhit, Jumat (6/12).
Etalase yang digunakan untuk Nasi Estafet. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Alumni Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta itu juga tidak menampik mengikuti cara nasi gratis beretalase di Bandung, Jawa Barat. Dia bersyukur, dimulai tiga bulan lalu, antusiasme masyarakat Yogyakarta bergabung di Nasi Estafet sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Dari para donatur awal saja Adhit sudah bisa membuat empat etalase dan baru-baru ini menambah satu etalase. Kelima etalase tersebut ditempatkan di Jalan Kalimantan, Jalan Patang Puluhan Kota Yogyakarta, Terminal Giwangan Kota Yogyakarta, Jalan Candi Gebang, dan Jalan Kaliurang. Para donatur ini disebut sebagai atlet estafet.
“Itu cuma saya titipkan di situ, orang yang dititipi juga antusias. Konsepnya ingin berbagi dengan cara yang lebih mudah. Era sekarang kan orang bingung mau cara gimana akhirnya aplikasikan ke Yogya dengan etalase yang pendistribusiannya lebih gampang,” ujar dia.
Selain menaruh langsung nasi bungkus yang hendak disumbangkan ke etalase, orang yang ingin berbagi juga bisa menggunakan ojek online. Adhit mencontohkan, orang dapat memesan lima nasi bungkus dengan ojek online dan ojek online itu bisa menaruhnya ke etalase.
ADVERTISEMENT
“Kalau donasi uang, ada orang yang masak di sini ditotal jadi berapa bungkus saya bagi rata ke semua titik,” ujar dia.
Penggagas Nasi Estafet, Adhit Dibyandaru. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Meski begitu, Adhit mengaku lebih suka jika orang-orang langsung saja menaruh nasi bungkus di etalase tanpa melalui dirinya. Dengan begitu dia berharap tercipta ekosistem tanpa melalui dirinya lagi.
“Bebas kalau misal orang mau masukin air mineral di situ boleh, nasi boleh, es teh boleh. Konsep estafet itu, nasi jadi tongkat estafet, orang ngasih, nanti ada yang diambil. Ndak perlu izin ke sini yang penting etalase ini jadi media (tempat) berbagi. Filosofinya seperti halnya olahraga estafet, saling menyambung antara satu dengan yang lain,” bebernya.
Setiap harinya masing-masing etalase rata-rata diisi 50 nasi bungkus. Namun pada hari jumat donaturnya meningkat hingga 80 bungkus nasi. Makanan di etalase itu pun selalu habis diambil orang-orang yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
“Ada yang mampu njupuk (ambil), tapi (saya) tidak mempermasalahkan, tapi saya berharap yang ambil yang butuh. Tapi kalau orang mengambil kan pasti orang butuh,” kata Adhit.
Kampanye ini pun terus Adhit gelorakan melalui akun Instagram @nasiestafet.jogja. Tak jarang pula ada orang yang bertanya kepada dirinya apakah boleh membuka seperti ini di kotanya. Adhit dengan senang hati mempersilakan karena ini merupakan kerja sosial.
“Luar kota mau bikin seperti itu branding sendiri boleh enggak? Ya boleh karena ini non profit,” ujarnya.
Ke depan Adhit ingin menambah etalase di tempat-tempat strategis seperti Jalan Gejayan dan Jalan Malioboro.
Gejaya ke depan, kalau ada yang punya link di Malioboro, sebenarnya itu orang piknik sih, tapi pasti ada musafir, ada duafa juga. Dan misalnya orang piknik mau ngisi nasi bungkus tidak apa-apa, tapi kan saya belum punya akses (untuk menaruh etalase di Malioboro),” kata dia.
ADVERTISEMENT
Berikut cara berbagi dalam Nasi Estafet: