Pro Kontra Sekolah Tatap Muka Antara Edy Rahmayadi dan Bupati Tapteng

5 Februari 2021 20:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi disuntik vaksin COVID-19 Sinovac dosis kedua di Rumah Dinas Gubernur, di Kota Medan, Sumatera Utara, Selasa (2/2/2021). Foto: ANTARA FOTO/Rony Muharrman
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi disuntik vaksin COVID-19 Sinovac dosis kedua di Rumah Dinas Gubernur, di Kota Medan, Sumatera Utara, Selasa (2/2/2021). Foto: ANTARA FOTO/Rony Muharrman
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bupati Tapanuli Tengah (Tapteng) Bachtiar Achmad Sibarani berencana membuka sekolah tatap muka. Keinginan itu ditentang Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi. Alasannya, kasus corona belum mereda.
ADVERTISEMENT
Bachtiar mengatakan wacana membuka sekolah tatap muka di wilayahnya ini setelah tidak ada lagi warganya yang positif corona.
“Artinya kalau sudah dipastikan tidak ada 1 orang pun masyarakat kami yang kena COVID-19, kalau sekarang masih ada 26 orang,” ujar Bachtiar kepada kumparan, Jumat (5/2).
Kata dia, pihaknya baru berani membuka sekolah tatap muka bila tim medis menjamin protokol kesehatan.
“Sekolah dibuka, kalau tenaga medis kami sanggup menjamin terjadinya prokes sesuai dengan standar kesehatan,” ujarnya
Dia juga menjelaskan, pihaknya sudah menyiapkan skenario belajar, di masa pandemi corona. Misalnya soal pembatasan siswa dalam satu kelas.
“Misalnya kalau dalam satu ruangan itu masuk bisa saja pagi, siang dan sore,” ujarnya.
Terkait upaya belajar tatap muka ini, Bachtiar mengaku akan mengirim surat ke Gubernur dan Kemendikbud.
Edy Rahmayadi saat divaksin dosis ke 2. Foto: Dok. Istimewa
Dia juga menjelaskan dengan belajar tatap muka, anak sekolah bisa diawasi menjaga protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
“Saya khawatir anak-anak ini bila di luar. Kita takut ibu dan bapaknya sibuk kerja anaknya berkeliaran, justru ini menimbulkan COVID-19, enggak bisa kita kontrol anak kita,” ujarnya.
Selain itu, kata Bachtiar banyak penduduk di Tapteng, yang tidak memiliki aplikasi android. Tentu kata dia hal ini menghambat proses belajar.
“Kalau memang Pak Gubernur mengatakan tidak boleh (sekolah tatap muka), tentu ada solusi (bagi) anak- anak, yang tidak punya android, dibantulah,” ujarnya.

Ditentang Edy Rahmayadi

Terpisah Edy Rahmayadi menegaskan belum mengizinkan sekolah tatap muka di wilayahnya. Musababnya hingga kini kasus corona masih tinggi. Soal belum sekolah tatap muka telah diatur di Inpres dan Pergub.
“Di Indonesia satu daerah pun, belum ada daerah yang membuka sekolah. Kenapa? Ini perlu evaluasi, apalagi COVID- 19 lagi tinggi-tingginya. Hari ini saja 126 (terpapar corona),” ujar Edy kepada wartawan di rumah Dinas Gubernur.
ADVERTISEMENT
Edy juga mengatakan belum dibukanya sekolah tatap muka, telah melalui pengkajian para ahli.
“Yang menentukan sekolah secara riil itu bukan gubernur, siapa dia? Ahli-ahlinya. Dokter anak, psikolog anak, tokoh yang berurusan dengan anak, duduk di sini (Rumah Dinas Gubernur) tanggal 1 Januari dan mereka satu pun belum izinkan anak-anak sekolah,” ujar Edy.
Edy tidak menampik dengan model sekolah jarak jauh ini berdampak pada perekonomian.
“60 persen angkot (mengalami kerugian) gara-gara anak sekolah tutup, kantin di sekolah tutup semua. Kalau dari segi ekonomi, sekolah dilakukan jarak jauh itu merugikan,” kata dia
Namun kata dia, harus juga diingat, bahwa keselamatan anak-anak, juga sangat penting. Lagian kata Edy, sulit mengatur anak-anak untuk taat prokes .
ADVERTISEMENT
“Kita yang dewasa saja susah diatur, apalagi anak-anak kita yang senang bermain. Dia pulang emak, bapak kakek, nenek bisa kena, semua. Kita (yang) setengah mati,” ujarnya.
Terkait adanya kendala android yang dihadapi warga Tapteng, kata Edy solusinya sedang ia pikirkan.
“Ini harus kita cari solusinya bukan kita korbankan anak kita. Kita mencari terus. tapi secara bertahap kan tidak bisa mendadak,” tandasnya.