Prof Zubairi: COVID-19 Akan Jadi Wabah Lokal Seperti Black Death dan Influenza

1 Maret 2021 13:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
ADVERTISEMENT
Sehari lagi, pandemi COVID-19 di Indonesia genap berlangsung selama setahun. Hingga saat ini, lebih dari 1,3 juta orang terpapar dan 36 ribu orang meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Kenaikan kasus dan positivity rate mingguan tercatat menurun. Namun, angka kematian masih naik.
Vaksinasi pun sudah dilakukan sejak 13 Januari 2021. Kini hampir 1 juta orang sudah menerima suntikan kedua, dari tenaga kesehatan hingga tenaga pelayanan publik.
Di sisi lain, publik pun sudah mulai bertanya-tanya, kapan pandemi ini akan berakhir?
"Jurnalis banyak tanya soal ini. Saya pernah bilang, pandemik C-19 akan jadi endemik," kata Ketua Dewan Pertimbangan PB IDI Prof Zubairi Djoerban dalam akun Twitternya, Senin (1/3).
Endemik artinya penyakit itu masih menyebar di dalam negara tertentu, tetapi mungkin tertekan di negara lain. Kasus masih ditemukan secara lokal, tapi tingkat kematian menurun drastis. Sedangkan pandemik, penyakit tersebar di wilayah yang lebih luas seperti benua atau dunia.
ADVERTISEMENT
"Tandanya adalah penyakit tersebut (COVID-19) akan menjadi “wabah lokal” saja. Seperti Black Death atau virus musiman seperti Influenza," tutur dia.
Sebuah lukisan yang mengilustrasikan sebuah wabah di London, Inggris Foto: Getty Images/Hulton Archive
Tentang Black Death dan Influenza
Black Death atau pes merupakan wabah yang menyebabkan kulit penderita menghitam. Penyakit mengerikan itu disebabkan bakteri Yersinia pestis yang diduga disebarkan oleh lalat dengan bantuan tikus rumah. Lebih dari sepertiga penduduk Eropa tewas akibat wabah tersebut. Wabah ini melanda benua biru itu pada pertengahan abad ke-14.
Wabah ini kemudian menyebar ke benua lainnya. Dikutip dari orias.berkeley.edu, sejarawan Ibnu Battuta mencatat korban tewas di Damaskus mencapai 2 ribu orang per hari, diduga menewaskan total ratusan juta orang.
Tak ada keterangan paling sahih soal penyebab Black Death berhenti. Namun diduga kuat karena adanya karantina selama 30 hari di pelabuhan Ragusa, Italia.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan Influenza?
Peta Korban Flu Spanyol di Pulau Jawa tahun 1918. Foto: Gugus Tugas COVID-19
Dari berbagai laporan arsip dan catatan pemerintah kolonial, influenza telah lama muncul di Hindia Belanda [wilayah Indonesia sekarang]. Kejadian influenza di wilayah koloni Kerajaan Belanda ini terjadi dalam banyak periode, berulangkali muncul setelah sekian tahun tidak terdeteksi.
Namun, wabah influenza yang paling besar dampaknya adalah pandemi influenza 1918 atau yang dikenal sebagai Flu Spanyol. Wabah flu itu merupakan wabah penyakit yang terganas dalam sejarah umat manusia karena telah meminta korban jutaan orang. Diperkirakan antara 20 hingga 40 juta orang meninggal dunia karena wabah penyakit mematikan tersebut.
Wabah ini kemudian juga menjadi endemik dan vaksinasi pun dilakukan secara rutin tiap tahun.