Prof Zubairi Ingatkan Publik Tidak Konsumsi Vitamin D Berlebihan, Ini Alasannya

19 Agustus 2021 10:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
ADVERTISEMENT
Vitamin D acap diisukan sebagai salah satu elemen penting dalam pencegahan COVID-19. Benarkah demikian?
ADVERTISEMENT
Ketua Satgas COVID-19 IDI Prof Zubairi Djoerban dalam keterangannya, dikutip kumparan, Kamis (19/8), mengingatkan masyarakat soal ini.
"Pada dasarnya vitamin D itu penting. Tapi asupan vitamin D yang sangat tinggi bisa berbahaya. Belum ada bukti ilmiah yang kuat kalau suplemen vitamin D itu bermanfaat mencegah atau mengobati COVID-19. Jadi, jangan kampanye yang berlebihan sebelum ada bukti," ungkap dia.
Prof Zubairi tidak meminggirkan fakta apa yang pernah disampaikan oleh World Health Organization (WHO). Rata-rata kadar vitamin D penduduk Indonesia cukup rendah yakni 17,2 nanogram per mililiter. Padahal, kadar normal vitamin D dalam tubuh itu antara 30 hingga 60 nanogram per mililiter.
"Tapi, bukan berarti tiap hari kita harus konsumsi suplemen vitamin D. Tetaplah konsumsi sesuai kebutuhan. Jumlah vitamin D harian yang direkomendasikan adalah 400 IU untuk anak hingga usia 1 tahun, 600 IU untuk usia 1–70 tahun, dan 800 IU untuk usia 70 ke atas," tuturnya.
Ilustrasi Vitamin D. Foto: Shutter Stock
"Kalau tes kadar vitamin D yang dilakukan dengan tes darah Anda normal, ya tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen. Sebab, “calon vitamin D” itu sebenarnya sudah ada di bawah kulit kita, sebagai orang Indonesia, yang mendapat sinar matahari cukup sepanjang tahun," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Sehingga, menurutnya, kalau tubuh kita terpapar sinar matahari sedikit saja, maka hal itu sudah mencukupi kebutuhan vitamin D.
Maka, sekali lagi, tidak perlu suplemen yang berlebihan. Ya, namanya suplemen, kan sebetulnya tidak diperlukan. Bisa juga didapat dari susu atau kuning telur.
"Yang perlu digaris bawah, hindari konsumsi suplemen vitamin D dosis tinggi. Apalagi melebihi 4 ribu IU per hari. Itu berbahaya, yang akan menyebabkan gangguan kesehatan. Bahkan dalam jangka panjang bisa banget merusak ginjal," tutup dia.