Profil Roman Abramovich, Taipan Rusia yang Bantu Negosiasi Damai Rusia-Ukraina

28 Februari 2022 22:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemilik Chelsea, Roman Abramovich. Foto: REUTERS/Toby Melville
zoom-in-whitePerbesar
Pemilik Chelsea, Roman Abramovich. Foto: REUTERS/Toby Melville
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dari banyaknya pejabat dan tokoh pemerintahan di Rusia dan Ukraina, ternyata, nama Roman Abramovich-lah yang muncul sebagai salah satu negosiator perdamaian antara dua negara berkonflik itu.
ADVERTISEMENT
Kabar keterlibatan taipan atau konglomerat ini dikonfirmasi langsung juru bicaranya pada Senin (28/2), bersamaan dengan berjalannya pertemuan antara delegasi Rusia dan Ukraina di Belarusia.
“Saya dapat mengkonfirmasi bahwa Roman Abramovich dikontak oleh pihak Ukraina untuk dukungan dalam mencapai resolusi yang damai, dan bahwa sejak itu ia [Abramovich] telah berupaya untuk membantu,” ucap jubirnya, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Pria yang memegang kewarganegaraan Israel ini merupakan oligarki, pengusaha, miliarder, serta politikus Rusia. Ia juga bos dari tim sepak bola ternama, Chelsea, yang akhirnya mundur dari kepengurusan akibat invasi Rusia-Ukraina.
Abramovich lahir pada 24 Oktober 1966 di Saratov, Uni Soviet. “Sultan Rusia” ini memperoleh kekayaan yang luar biasa usai runtuhnya Uni Soviet pada 1991 silam. Ia membeli aset-aset milik negara Rusia dengan harga yang sangat rendah, dalam salah satu program privatisasi pinjaman Rusia yang kontroversial.
Roman Abramovich sang dermawan. Foto: Reuters/John Sibley
Abramovich mengakuisisi saham di perusahaan minyak Sibneft, produsen aluminium Rusal, dan maskapai Aeroflot yang kemudian dijual.
ADVERTISEMENT
Forbes mencatat kekayaan Abramovich hingga USD 13,3 miliar, atau setara dengan Rp 191 triliun. Dengan dana yang melimpah, pria berusia 55 tahun ini mengakuisisi klub asal London, Chelsea, pada 2003.
Abramovich pernah menjabat sebagai anggota parlemen Rusia, bernama State Duma, dalam periode kurang dari satu tahun, yaitu pada 2000 silam.
Ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur wilayah Otonomi Chukotka selama delapan tahun, yaitu pada 2000–2008.
Roman Abramovich dikenal kerap menolak melakukan wawancara, bahkan setelah hampir dua dekade ia bersama Chelsea. Bos besar klub asal London ini dikenal tidak terlalu ramah kepada media.

Tudingan Keakraban dengan Putin

Pada Minggu (27/2), Abramovich mengumumkan pengunduran dirinya dari kepengurusan Chelsea. Usut punya usut, keputusannya ini berkaitan dengan memanasnya konflik Rusia dan Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi lokasi pembangunan National Space Center di Moskow, Russia, Minggu (27/2/2022). Foto: Sergei GUNEYEV/SPUTNIK/AFP
Anggota Parlemen Inggris, Layla Moran, menyebut Abramovich merupakan satu di antara 35 orang Rusia terkemuka yang diyakini asetnya harus dibekukan dan disita.
ADVERTISEMENT
Miliarder Rusia ini pun diketahui memiliki kedekatan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dilaporkan The Guardian, Abramovich adalah salah satu pendukung Putin di awal-awal kiprahnya sebagai pemimpin Rusia.
Abramovich merekomendasikan Putin sebagai orang nomor satu Rusia kepada eks Presiden Boris Yeltsin, ketika Yeltsin tengah mencari orang yang tepat sebagai penerusnya.
Menurut oligarki Rusia Boris Berezovsky, Abramovich bahkan menghadiri perayaan ulang tahun Putin pada 1999.
Tak lama setelahnya, menurut kesaksian Berezovsky dalam persidangan di London, “Sultan Rusia” itu membelikan kapal seharga USD 50 juta (Rp 720 miliar) untuk Putin.
Momen perundingan Rusia dan Ukraina di Belarusia. Foto: Belta via REUTERS
Setelah Putin memperoleh kekuasaan dan menjadi Presiden Federasi Rusia, Abramovich disebut memiliki peran vital dalam membentuk pemerintahan. Berezovsky mengatakan, Abramovich bahkan memilih menteri-menteri di kabinet Putin pada awal pemerintahannya.
ADVERTISEMENT
“Secara singkat, ia dulunya adalah pemain besar di Kremlin, meskipun sebagai seseorang yang beroperasi di belakang layar,” demikian dilaporkan The Guardian.
Meski begitu, sebagian besar klaim yang disampaikan Berezovsky dibantah oleh Abramovich sendiri. Namun tidak bisa dipungkiri, Abramovich memiliki kedekatan dengan eks mata-mata KGB ini.

Tiba-tiba Jadi Negosiator Rusia–Ukraina

Kabar ini cukup mengejutkan publik. Namun, pemilihan Abramovich sebagai negosiator antara dua negara bertetangga ini tentunya beralasan. Ini diungkapkan oleh seorang produser dan sutradara film asal Ukraina, Alexander Rodnyansky.
Dilansir Independent UK, Abramovich merupakan satu-satunya orang yang merespons ketika dimintai tolong oleh pihak Ukraina.
The Jerusalem Post melaporkan, Rodnyansky memiliki kontak erat dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan staf-staf pemerintahannya.
Pemilik Chelsea, Roman Abramovich. Foto: Reuters / Dylan Martinez Livepic
Kiev, menurutnya, meminta kepada Rodnyansky dan umat Yahudi dalam komunitas Yahudi di Rusia untuk melakukan intervensi konflik Rusia-Ukraina yang memanas dalam beberapa bulan terakhir.
ADVERTISEMENT
“Saya dapat mengkonfirmasi bahwa pihak Ukraina telah mencoba untuk mencari seseorang di Rusia yang bersedia membantu mereka menemukan resolusi damai,” ucap Rodnyansky, dikutip dari Independent.
“Mereka [Pemerintah Ukraina] terhubung dengan Roman Abramovich lewat komunitas Yahudi dan menghubungi dia untuk meminta bantuan.”
Sejak dimintai bantuan, Abramovich disebut selalu mencoba untuk memberikan dukungan untuk tercapainya resolusi damai.
“Meskipun pengaruh Abramovich ini terbatas, ia merupakan satu-satunya yang merespons dan mengambil peran tersebut sendiri untuk dicoba,” beber Rodnyansky.
Gedung apartemen yang rusak berat setelah serangan roket semalam oleh pasukan Rusia di ibu kota negara itu, Kyiv, Ukraina, Jumat (25/2/2022). Foto: Reuters TV via REUTERS
“Apakah ini [intervensi Abramovich] akan berdampak atau tidak, saya tidak tahu. Namun, saya sudah berkontak dengan staf Zelensky, dan saya tahu bahwa mereka sangatlah berterima kasih atas upaya-upaya tulus Abramovich,” tutup dia.
Seperti diketahui, Rusia menginvasi Ukraina pada Kamis (24/2) lalu, setelah Putin memerintahkan pasukannya untuk melangsungkan operasi militer khusus di Donbass--wilayah Ukraina timur.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, situasi di Ukraina kacau balau. Berbagai kota menyaksikan hujan roket, ledakan bom, tembakan artileri, dan serangan rudal yang merusak berbagai bangunan.
Pemerintah Ukraina melaporkan, per Minggu (27/2), sebanyak 352 warga sipil tewas dalam agresi ini.