Protes Anti Pemerintah Berujung Bentrok di Beirut, 530 Orang Terluka

20 Januari 2020 9:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi anti huru-hara menahan seorang demonstran saat protes terhadap elit penguasa yang dituduh mengarahkan Libanon menuju krisis ekonomi di Beirut. Foto: REUTERS/Mohamed Azakir
zoom-in-whitePerbesar
Polisi anti huru-hara menahan seorang demonstran saat protes terhadap elit penguasa yang dituduh mengarahkan Libanon menuju krisis ekonomi di Beirut. Foto: REUTERS/Mohamed Azakir
ADVERTISEMENT
Protes anti pemerintahan terus berlanjut di Beirut, Lebanon, pada akhir pekan yang diikuti ribuan orang. Lebih dari 500 demonstran terluka setelah aksi berujung bentrok dengan aparat tersebut.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, pada aksi Sabtu (18/1) dan Minggu (19/1), demonstran melempari aparat dengan batu, petasan, atau kembang api. Tindakan tersebut dibalas aparat dengan tembakan meriam air, peluru karet, dan gas air mata.
Seorang demonstran melempar batu saat protes terhadap elit penguasa yang dituduh mengarahkan Libanon menuju krisis ekonomi di Beirut. Foto: REUTERS/Mohamed Azakir
Massa meneriakkan "revolusi" dalam aksi besar di pusat bisnis Beirut. Beberapa demonstran memanjat barikade kawat berduri, mencoba menerobos ke gedung parlemen, memaksa aparat bertindak tegas.
Total korban terluka dalam bentrokan selama dua hari di akhir pekan mencapai lebih dari 530 orang. Palang Merah Lebanon mengaku telah merawat 52 korban luka, 38 di antaranya terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
Seorang demonstran berlari ketika asap naik selama protes terhadap elit penguasa yang dituduh mengarahkan Libanon menuju krisis ekonomi di Beirut. Foto: REUTERS/Mohamed Azakir
Ini adalah korban terbanyak dalam aksi protes yang dimulai sejak akhir Oktober 2019 di Lebanon.
Massa awalnya memprotes rencana pemerintah menerapkan pajak bagi para pengguna WhatsApp. Alasannya, pajak itu akan digunakan memperbaiki lingkungan usai kebakaran hutan. Masyarakat menolak, mengatakan kebakaran hutan bisa dicegah jika pemerintah becus mempersiapkannya.
ADVERTISEMENT
Kemarahan terhadap pemerintah memicu mundurnya Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri pada 29 Oktober. Namun hingga kini, pemerintahan baru belum juga terbentuk. Hariri hingga saat ini masih menjabat PM sementara.
Polisi anti huru-hara menahan seorang demonstran saat protes terhadap elit penguasa yang dituduh mengarahkan Libanon menuju krisis ekonomi di Beirut. Foto: REUTERS/Mohamed Azakir
Protes yang awalnya berlangsung damai berubah ricuh akibat keputusasaan masyarakat akan kondisi yang memburuk. Nilai mata uang pound Lebanon anjlok 60 persen. Sistem perbankan terpuruk, warga dibatasi mengambil uang hanya sekitar USD 200 per bulan.
"Negara ini berubah dari negara yang dulu dijuluki Swiss dari timur menjadi negara dengan ranking terbontot dalam segala hal. Jika mereka (aparat) meningkatkan kekerasan, maka kekuatan rakyat akan semakin besar," kata Rezzan Barraj, 47, ibu rumah tangga peserta aksi protes.
Kembang api ditembakkan kearah polisi saat protes terhadap elit penguasa yang dituduh mengarahkan Libanon menuju krisis ekonomi di Beirut. Foto: REUTERS/Mohamed Azakir
Pasukan Keamanan Dalam Negeri (ISF) Lebanon mengimbau masyarakat untuk tetap tenang. ISF mengatakan, setiap serangan terhadap aparat akan direspons dengan tegas.
ADVERTISEMENT
Rencananya Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan, dan Panglima Militer Lebanon akan bertemu pada Senin (20/1) di Istana Negara.