Protes Cat Merah Serupa Darah, Cara Baru Warga Myanmar Tolak Kudeta Militer

14 April 2021 17:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pengunjuk rasa anti-kudeta menggunakan cat merah saat dia menulis slogan di halte bus, di Yangon, Myanmar, Rabu (14/4). Foto: AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pengunjuk rasa anti-kudeta menggunakan cat merah saat dia menulis slogan di halte bus, di Yangon, Myanmar, Rabu (14/4). Foto: AP Photo
ADVERTISEMENT
Pengunjuk rasa anti-kudeta Myanmar memercikkan dan menyiram cat berwarna merah ke jalanan dan fasilitas umum di luar Gedung Kantor Pemerintahan pada Rabu (14/4).
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, aksi protes "berdarah" tersebut dilakukan sebagai representasi darah dari warga sipil yang dibunuh akibat memprotes junta.
Dari gambar yang tersebar di media, pameran "berdarah" tersebut dilakukan di berbagai kota. Protes dilakukan setelah warga menyambut ajakan dari para aktivis untuk turut serta berpartisipasi dalam aksi yang mereka sebut sebagai "demo cat berdarah".
Beberapa orang melakukan unjuk rasa dengan membawa papan bertuliskan tuntutan pembebasan pemimpin pemerintah yang digulingkan, Aung San Suu Kyi.
Suu Kyi, penerima Nobel penghargaan pada 1991, telah ditahan sejak kudeta pada 1 Februari lalu. Suu Kyi lalu dijatuhi berbagai tuntutan, termasuk pelanggaran Undang-undang Rahasia Resmi yang dapat mengantarkan dirinya ke kurungan penjara selama 14 tahun.
Kuasa hukum Suu Kyi dengan tegas membantah tuntutan tersebut.
Unjuk rasa di luar Kedutaan Besar China saat mereka memprotes kudeta militer dan menuntut pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, di Yangon, Myanmar. Foto: STR/REUTERS
"Tolong selamatkan pemimpin - masa depan - harapan kami," demikian tertulis pada papan unjuk rasa yang menyematkan foto Suu Kyi di atasnya, menurut gambar yang dirilis oleh Mizzima news service.
ADVERTISEMENT
Belum ada laporan terjadinya kekerasan pada aksi unjuk rasa yang terjadi pada Rabu (14/4) tersebut. Namun, aliran informasi menjadi cukup tersendat akibat pembatasan internet broadband dan paket data ponsel oleh junta.
Diberitakan Reuters, sebuah kelompok aktivis, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, mengatakan bahwa para petugas keamanan telah membunuh 710 pengunjuk rasa sejak penggulingan pemerintahhan Suu Kyi.
Seorang pengunjuk rasa anti-kudeta menggunakan cat merah saat dia menulis slogan di halte bus, di Yangon, Myanmar, Rabu (14/4). Foto: AP Photo
Dilansir Monywa Gazette, beberapa ledakan kecil terjadi di kota-kota berbeda dalam beberapa hari belakangan. Dua ledakan terjadi di pusat kota Monywa pada Rabu (14/4). Dari insiden tersebut, satu orang terluka.
Hingga kini, belum ada klaim pertanggungjawaban soal insiden tersebut.