Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Protes Kudeta Militer, Dokter di Myanmar Mogok Kerja
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Para staf medis ini ikut serta dalam Gerakan Pembangkangan Nasional. Gerakan tersebut dijadikan bentuk perlawanan atas kembalinya junta militer ke pemerintahan Myanmar.
Dalam keterangan Gerakan Pembangkangan Nasional, dokter yang ikut aksi berasal dari 70 rumah sakit seantero Myanmar.
Dokter dan staf medis menuduh militer menempatkan kepentingan pribadi di tempat paling atas. Hal itu tak bisa diterima karena Myanmar kini berhadapan dengan pandemi virus corona.
Wabah COVID-19 menewaskan 3.100 orang di Myanmar. Jumlah itu adalah salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara.
Menurut salah seorang dokter di Myanmar, Myo Myo Mon, apa yang dilakukan militer sudah keterlaluan. Alasan itu membuatnya bergabung gerakan mogok kerja.
"Kami melakukan ini di jalan paling pantas, kami tak akan lakukan kekerasan. Jalan ini yang diinginkan penasihat negara kami," kata Myo Myo seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
Penasihat Negara (jabatan setara perdana menteri) yang dimaksud Myo adalah Aung San Suu Kyi. Wanita itu merupakan korban kudeta Militer.
Selain staf medis, gerakan tersebut juga didukung pelajar dan pemuda.
Terkait meluasnya pembakangan, pemerintah junta militer masih bungkam. Mereka juga tutup mulut soal kondisi Suu Kyi usai tiga hari ditahan.
Suu Kyi dan eks Presiden Wan Myint ditahan militer sejak Senin (1/2/2021). Baik dalam maupun luar negeri meminta junta militer membebaskan tokoh-tokoh politik tersebut.
Permintaan itu sampai sekarang tak digubris oleh junta militer.
Menurut Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), partai bentukan Suu Kyi, akibat ulah militer keadaan di Myanmar makin mencekam. NLD mengaku kantor mereka di beberapa wilayah digerebek oleh militer usai Suu Kyi ditangkap.
ADVERTISEMENT