Protes Pemakaman Kenegaraan Shinzo Abe, Pria Jepang Bakar Diri Dekat Kantor PM

21 September 2022 8:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe saat menghadiri Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC di Danang, Vietnam 11 November 2017. Foto: Jorge Silva/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe saat menghadiri Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC di Danang, Vietnam 11 November 2017. Foto: Jorge Silva/REUTERS
ADVERTISEMENT
Seorang pria membakar dirinya sendiri di dekat kantor Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, di Tokyo pada Rabu (21/9). Aksi tersebut dilakukannya demi memprotes pemakaman kenegaraan bagi mantan PM Jepang, Shinzo Abe.
ADVERTISEMENT
Polisi segera dikerahkan ke lokasi kejadian setelah menerima laporan. Sebuah catatan yang mengungkap pertentangannya terhadap pemakaman kenegaraan kemudian ditemukan di dekat pria itu. Dia dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri.
Stasiun televisi mengatakan, seorang petugas yang berusaha memadamkan api turut mengalami cedera. Selain itu, rincian tentang insiden tersebut belum terungkap. Kantor Kishida maupun kepolisian pun menolak memberikan komentar.
Mantan perdana menteri Jepang Shinzo Abe terbaring di tanah setelah dia ditembak selama kampanye pemilihan untuk pemilihan Majelis Tinggi 10 Juli 2022 di Nara, Jepang barat, Jumat (8/7/2022). Foto: Kyodo/via REUTERS
Abe adalah perdana menteri yang paling lama berkuasa di Jepang. Dia ditembak mati saat berkampanye di Nara pada 8 Juli. Mengutip kontribusinya, pemerintah akan menggelar pemakaman kenegaraan di Nippon Budokan Tokyo pada 27 September.
Gedung tersebut umumnya digunakan untuk konser dan acara olahraga bergengsi. Nippon Budokan terakhir menjadi tuan rumah pemakaman kenegaraan bagi PM Jepang pada 1967.
ADVERTISEMENT
Upacara pemakaman bagi Abe sebenarnya telah diadakan di sebuah kuil di Tokyo pada 12 Juli. Namun, pemerintah berniat mengadakan upacara pemakaman kenegaraan pula dengan biaya JPY 1,7 miliar (Rp 177 miliar). Rencana tersebut telah memicu kritik dari masyarakat.
Jajak pendapat menunjukkan, 56 persen responden menentang pemakaman kenegaraan bagi Abe. Hanya ada sekitar 38 persen responden yang mendukung usulan pemerintah Jepang.
Suasana tempat mendiang mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe disemayamkan di kuil Zojoji, Tokyo, Jepang, Selasa (12/7/2022). Foto: Issei Kato/REUTERS
Sebagian orang menentang pengeluaran dana publik bagi politikus, sedangkan yang lainnya meyakini bahwa penghormatan terhadap tokoh itu akan melanggengkan warisan-warisan Abe.
Disadur dari Foreign Affairs, Abe dikenal sebagai tokoh memecah belah yang dituding melakukan kronisme dan dikritik atas pandangan nasionalis. Sebagai pemimpin, dia terlibat dalam otoritarianisme.
Mempromosikan pandangan 'nasionalisme baru', Abe bahkan menyangkal kekejaman Kekaisaran Jepang, seperti perbudakan seksual perempuan di negara pendudukan dan Pembantaian Nanking.
ADVERTISEMENT
Setelah kematian Abe, hubungannya dengan sebuah gerakan kontroversial turut mencuat. Terduga penembakan Abe adalah seorang pria yang ibunya merupakan anggota Gereja Unifikasi.
Pengikut Gereja Unifikasi berkumpul dan menyatakan simpati mereka kepada mendiang pemimpin gereja Sun Myung Moon di gereja mereka di Tokyo pada tanggal 4 September 2012. Foto: AFP / Yoshikazu Tsuno
Tetsuya Yamagami menargetkan Abe lantaran meyakini bahwa dia adalah anggota gereja tersebut. Yamagami menyalahkan Gereja Unifikasi atas kebangkrutan keluarganya.
Gereja Unifikasi mengklarifikasi, Abe bukanlah anggota mereka. Tetapi, Abe kerap diundang sebagai pembicara dalam acara-acara yang diadakannya. Abe terakhir kali terlihat berbicara dalam agenda semacam itu pada September 2021.
Gereja Unifikasi kerap mengundang politikus konservatif terkenal dari seluruh dunia, termasuk mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Anggota gereja itu lantas menjadi basis pemilih bagi partai konservatif Jepang yang berkuasa, Partai Demokrat Liberal (LDP).
Gerakan keagamaan tersebut pertama kali didirikan pada 1954 oleh Pendeta asal Korea Selatan, Sun Myung Moon. Setelah kematiannya, gereja itu dipimpin oleh istri Pendeta Moon, Hak Ja Han. Para mantan anggota kelompok itu kerap menggambarkannya sebagai sekte.
ADVERTISEMENT