Protes PPKM Level 4, Pedagang Perempuan Buka Baju di Gedung DPRD Pematangsiantar

3 September 2021 1:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi pedagang sayur di pasar Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi pedagang sayur di pasar Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Seorang perempuan yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima (PKL) di Pajak Horas, Kota Pematangsiantar, Sumatra Utara, memprotes penerapan PPKM pada Kamis (2/9).
ADVERTISEMENT
Penolakan tersebut diekspresikan dengan melakukan aksi demonstrasi bersama dengan pedagang lainnya di depan Gedung DPRD Kota Pematangsiantar.
Dalam aksi tersebut, perempuan itu meluapkan emosinya dengan membuka baju di depan petugas pengamanan.
Aksi ini sontak membuat heboh hingga akhirnya viral di media sosial. Saat melakukan protes, pedagang itu terlihat begitu emosional. Bahkan ia tampak memukul-mukul dadanya. Terlihat pula temannya yang juga berunjuk rasa mencoba menenangkan perempuan tersebut.
Aksi nekat perempuan itu dibenarkan Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Pematangsiantar, Netty Sianturi. Dia, yang menerima langsung keluhan demonstran itu, menyatakan para pedagang kecewa dengan penerapan PPKM di Pematangsiantar.
"Benar, tapi kalau menurut saya, itu kan karena dia meluapkan emosinya, dengan kekesalannya, dengan kekecewaannya tentang PPKM ini. Makanya dia sampai telanjang dada," kata Netty kepada wartawan.
ADVERTISEMENT
Netty menjelaskan, saat ini pemerintah menetapkan status Kota Pematangsiantar masuk Level 4 penanganan corona. Sehingga dilakukan penyekatan di sejumlah jalan, termasuk akses masuk ke jalan menuju Pasar Horas.
Emak emak buka baju karena tolak PPKM level 4 di DPRD Pematang Siantar. Foto: Dok. Istimewa
"Akses ke situ tutup, jadi tidak bisa jalan ke situ, jadi kekesalannya di situ. Nah, baru mereka demo, ke mana-mana," ujar Netty.
Kata Netty, saat unjuk rasa terjadi, kebetulan dirinya berada di kantor, sehingga dirinyalah yang menerima rombongan demonstran tersebut.
Ketika menghadapi perempuan yang emosi tersebut, Netty berusaha tenang seraya menampung aspirasinya.
"Saya menenangkan ibu itu dengan tenang dan saya tidak mau melawan. Mereka ngomong apa, saya dengarkan. Saya manggut aja mendengarkan mereka," ujarnya.
"Lalu saya bilang, saya mengerti kesulitan ibu dan saya seorang perempuan yang harus bisa menghidupi rumah tangga. Saya tenangkan aja dengan, seperti itu," imbuh Netty.
ADVERTISEMENT
Dia juga menjelaskan bahwa peraturan itu bukan hanya diterima Kota Pematangsiantar, tetapi juga nasional. Dia menyatakan telah menampung aspirasi para pedagang PKL dan akan menindaklanjutinya.
"Mereka cuma minta akses jalan enggak ditutup, karena dagangan mereka enggak bisa laku, enggak ada pembeli. Jadi meraka enggak bisa membiayai anaknya makan dan segala macam, hanya itu aja," kata Netty.
Netty menyatakan karena itu merupakan kebijakan nasional, pihaknya akan menyampaikan aspirasi melalui mekanisme yang berlaku.
"Jadi, usulan mereka nanti saya bawa ke ketua DPRD dan akan dibawa di rapat," ungkap dia.
Netty sendiri secara pribadi mendukung dibukanya akses jalan menuju Pasar Horas. Tapi, tentunya harus ada syarat. Misalnya, protokol kesehatan harus ketat begitu juga pengawasannya.
ADVERTISEMENT
"Boleh dibuka (misalnya) dengan syarat harus pakai masker, [waktu kunjungan] enggak boleh lama. Paling lama setengah jam pulang. Harusnya itu dilakukan, bukan penyekatan. Cuma ini belum saya sampaikan (ke pimpinan) aspirasi mereka. Besok surat akan diberikan ke Ketua DPRD," pungkasnya.