news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

PTC: Ada Miskomunikasi Antarlembaga Terkait Gagal Ginjal Anak, Publik Bingung

14 November 2022 17:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BPOM Penny Lukito memberi keterangan pers bersama Menkes Budi Gunadi  tentang kasus gagal ginjal akut pada anak, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/10/2022). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BPOM Penny Lukito memberi keterangan pers bersama Menkes Budi Gunadi tentang kasus gagal ginjal akut pada anak, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/10/2022). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Komisi IX DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Pengurus Pharmacist Talking Club (PTC) yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia di Gedung DPR, Senin (14/11).
ADVERTISEMENT
Salah satu anggota PTC, Soedarsono, menyebut bahwa informasi terkait kasus gagal ginjal akut masih simpang siur dan semakin berkembang di masyarakat.
Sebab sampai saat ini belum ada rilis resmi dengan dasar penelitian yang membuktikan bahwa obat sirop dengan kandungan Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) merupakan penyebab dari gagal ginjal pada anak. Baru ada pernyataan dari Kemenkes maupun BPOM.
Pada awalnya, pemerintah melarang pengedaran obat parasetamol sirop. Namun, kebingungan di tengah masyarakat dan di lingkungan apoteker muncul ketika yang dilarang menjadi obat sirop secara umum.
"Huru-hara ini dimulai dari hilangnya kata dari 'parasetamol', jadi memang sejarahnya pernah terjadi EG dan DEG di Haiti dan sumbernya parasetamol. Tapi sekarang heboh karena parasetamolnya hilang, sementara obat sirop itu enggak cuma buat anak-anak," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ia pun menceritakan sebuah kasus seorang pasien yang mengalami pendarahan di lambung, namun pasien sendiri tak yakin aman mengkonsumsi obat cair atau sirop. Sementara dokter tidak menganjurkan ia mengkonsumsi obat tablet atau yang digerus.
Selain itu, Kemenkes dinilai tidak konsisten dengan jenis-jenis obat yang dilarang. Dari rilis yang dikeluarkan, terdapat selisih daftar larangan obat yang disebutkan oleh Kemenkes dan BPOM.
"Ada pasien dewasa pendarahan di lambung, bingung mau dikasih obat apa, padahal obat paling cepat sirop sucralfate. Sampai ada guyonan, 'digerus aja obatnya', karena ya sebenarnya itu berbahaya kalau digerus," ujarnya.
"Keresahan masyarakat juga dari rilis-rilis yang dikeluarkan Kemenkes dan BPOM beberapa waktu lalu yang enggak sinkron. Ini yang membuat kami di lapangan kebingungan, kalaupun pada akhirnya diumumkan kembali sekian obat di-recall udah sinkron namun kami belum punya pegangan yang pasti," tandasnya.
ADVERTISEMENT