news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Puan: Bung Karno Bangun Jembatan Hebat, Bridge Between Nations

3 Juli 2022 13:52 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puan Maharani di Rakernas PDIP. Foto: PDIP
zoom-in-whitePerbesar
Puan Maharani di Rakernas PDIP. Foto: PDIP
ADVERTISEMENT
Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani membagikan ceritanya mengenai bagaimana Presiden pertama RI, Sukarno jadi sosok yang dapat menjadi jembatan antarbangsa pada masa itu.
ADVERTISEMENT
Cerita itu Puan awali saat Bung Karno--panggilan akrab Sukarno-- dipercaya meraih gelar doktor Honoris Causa di bidang Ilmu Pengetahuan Teknik dari Universitas Berlin pada 23 Juni 1956. Bung Karno yang bingung kala itu dengan penyematan gelar tersebut bertanya kepada presiden Universitas Berlin soal mengapa mereka ingin menganugerahi gelar itu kepadanya.
"Ternyata Presiden Universitas Berlin mengatakan bahwa menurut mereka Presiden Sukarno telah membuat jembatan yang hebat sekali, yaitu a bridge between nations. Jembatan yang menghubungkan bangsa-bangsa, jembatan yang membuat bangsa-bangsa dapat bergaul satu sama lain dengan cara yang akrab," ujar Puan dalam sambutan secara virtual di diskusi 'Bung Karno: Arsitek Kemerdekaan Bangsa-bangsa' di Kantor DPP PDIP, Minggu (3/7).
Aktifnya Soekarno dalam membangun jembatan komunikasi antar bangsa itulah yang makin meneguhkan posisi Sukarno sebagai arsitek kemerdekaan bangsa-bangsa dengan semangat membangun tatanan dunia baru.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya, kita dapat mengajak semangat Bung Karno untuk membangun tatanan dunia baru. Dan keinginan Bung Karno sejak muda untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia," ucap Puan.
Lebih lanjut, dalam pledoi Bung Karno yakni Indonesia Menggugat pada tahun 1930 yang menentang kolonialisme dan imperialisme, serta pidato pada 1 Juni 1945, juga menegaskan sikap Sukarno yang menginginkan kemerdekaan Indonesia dengan dasar falsafah dan ideologi negara Pancasila.
Jaksa Agung AS Robert F. Kennedy (kiri) berbincang dengan Presiden Sukarno bertemu di Hotel Imperial di Tokyo, Jepang atas krisis di Malaysia, 21 Januari 1964. Foto: Keystone/Arsip Hulton/Getty Images
"Maka terlihat sebuah kesinambungan pemikiran Bung Karno tentang tatanan dunia yang baru yang beliau bayangkan dan perjuangkan. Dari pemikiran dan perjuangan Bung Karno, dapat kita lihat bahwa tantangan dunia baru dimulai dengan pembangunan karakter bangsa, yang berdaulat dengan semangat gotong royong yang di dalamnya ada spirit Bhinneka Tunggal Ika, toleransi dan cinta tanah air dan bangsa," ungkap Puan.
ADVERTISEMENT
Bahkan setelah Indonesia merdeka, kata Puan, Sukarno tak berhenti untuk membantu negara lain dalam meraih kemerdekaan mereka. Hingga pada akhirnya menggelar Konferensi Asia Afrika yang menelurkan Dasa Sila Bandung.
Tak hanya itu, melalui sidang PBB pada tahun 1960, Sukarno juga menyampaikan soal bagaimana visinya tentang dunia yang terbebaskan dari imperialisme, kolonialisme, dan terbebaskan dari segala bentuk penjajahan serta penindasan.
Diorama Ir. Soekarno dan wakil dari negara-negara yang ambil bagian dalam Konferensi Asia Afrika Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
"Konsistensi dan keteduhan pemikiran Bung Karno pula yang kemudian melahirkan games of the new emerging forces sebagai wujud nyata konstensi perjuangan tatanan dunia yang baru dalam berbagai aspek kehidupan," kata Puan.
Karena itulah, Puan menilai, penting untuk terus menanamkan semangat nasionalisme, gotong-royong, Bhinneka Tunggal Ika, semangat toleransi dan semangat kemandirian yang selalu dibawa Sukarno kepada seluruh elemen bangsa.
ADVERTISEMENT
"Mari kita teruskan perjuangan Bung Karno yang pernah mengatakan kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia merdeka, tetapi kita harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa," pungkasnya.