Pulang dari Belgia, Greta Thunberg Alami Gejala Corona dan Isolasi di Apartemen

25 Maret 2020 4:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Greta Thunberg Foto: Nicholas Kamm / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Greta Thunberg Foto: Nicholas Kamm / AFP
ADVERTISEMENT
Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, tengah menjalani isolasi mandiri bersama ayahnya sepulang dari Brussels, Belgia. Person of the Year 2019 dari majalah Time itu mengalami gejala virus corona (COVID-19) dan memutuskan untuk isolasi di sebuah apartemen di Stockholm, memisahkan diri dari keluarganya.
ADVERTISEMENT
"Dua minggu terakhir kami isolasi diri. Ketika saya kembali dari perjalanan keliling Eropa, kami mengisolasi diri di apartemen yang disewa dari ibu dan saudara perempuan saya," tulis Thunberg dalam unggahan di akun instagram, Selasa (25/3).
"Sekitar sepuluh hari lalu, saya mulai merasakan beberapa gejala, persis seperti dengan ayah saya --yang menemani saya dari Brussels. Saya merasa lelah, menggigil, sakit tenggorokan, dan batuk. Ayah saya mengalami gejala yang sama, tetapi jauh lebih intens dan demam," sambung perempuan berusia 16 tahun itu.
Aktivis lingkungan dari Swedia, Greta Thunberg. Foto: AFP/FABRICE COFFRINI
Dikutip dari New York Times, Thunberg bertolak ke Brussels pada awal Maret untuk memenuhi undangan anggota parlemen Uni Eropa. Tak sendiri, Thunberg menghadiri acara itu bersama ayahnya.
ADVERTISEMENT
Keputusan untuk isolasi di apartemen dilakukan lantaran tak semua orang di Swedia, negara asal Thunberg, bisa melakukan tes COVID-19 kecuali dengan gejala berat. Semua orang yang sakit diharuskan untuk tinggal di rumah dan mengisolasi diri.
"Karena itu saya belum pernah diuji untuk COVID-19, tetapi sangat mungkin saya memilikinya, mengingat sejumlah gejala dan kondisi saya," tuturnya.
Thunberg mengaku kondisinya kini sudah pulih. Namun, Thunberg berpesan kepada semua orang, khususnya anak muda, untuk mewaspadai virus corona.
"Saya sekarang hampir tidak merasa sakit. Flu saya kemarin jauh lebih buruk dari ini! Kalau bukan karena orang lain yang memiliki virus secara simultan, saya mungkin tidak akan curiga. Maka saya hanya akan berpikir saya merasa lelah luar biasa dengan sedikit batuk," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Dan inilah yang membuat virus ini jauh lebih berbahaya. Banyak (terutama orang muda) mungkin tidak merasakan gejala sama sekali, atau gejala yang sangat ringan. Kemudian mereka tidak tahu bahwa mereka memiliki virus dan dapat menulari orang-orang yang berisiko," sambung Thunberg.
Untuk itu, Thunberg meminta semua orang untuk tetap tinggal di rumah demi menekan penyebaran corona.
"#StayAtHome, ingatlah untuk selalu saling menjaga dan membantu mereka yang membutuhkan," imbuh pendiri gerakan pemuda Fridays for Future ini.
Eropa kini menjadi pusat pandemi corona. Sejumlah negara telah memberlakukan lockdown. Italia menjadi negara terdampak paling parah, dengan angka kematian tertinggi di dunia mencapai 6.820 jiwa, dengan total 69.176 penderita.
Di Belgia, jumlah penderita mencapai 4.269 orang. Sedangkan di Swedia sebanyak 2.286 pasien.
ADVERTISEMENT