Pusat Studi Bencana Alam UGM: Masih Ada Potensi Gempa Susulan di Cianjur

22 November 2022 14:31 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas melakuka evakuasi korban tertimbun longsor akibat gempa di Cugenang, Cianjur, Selasa (22/11/2022).  Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas melakuka evakuasi korban tertimbun longsor akibat gempa di Cugenang, Cianjur, Selasa (22/11/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Studi Bencana Alam UGM, Dr Muhammad Anggri Setiawan, mengatakan masih ada potensi gempa susulan di Cianjur. Menurutnya, semua pihak harus mewaspadai ini.
ADVERTISEMENT
"Walaupun lebih kecil, tetap harus waspada," kata Anggri kepada wartawan, Selasa (22/11).
Dosen di Fakultas Geografi UGM ini menuturkan, masih ada risiko bencana lain setelah gempa, yakni longsor. Terlebih bagi daerah pegunungan dengan lereng curam.
Dr. Muhammad Anggri Setiawan, Kepala Pusat Studi Bencana Alam UGM. Foto: Dok. UGM
Gempa dimungkinkan memicu tanah di sekitar tak stabil ditambah jika terjadi hujan deras.
"Saya kira perlu dilakukan evakuasi warga untuk daerah-daerah yang berdekatan dengan tebing tinggi," kata Anggri.
Anggri menyebut, dalam kondisi tanggap darurat ini, BPBD harus fokus pada penanganan korban dan pengungsi. Warga harus mendapatkan tempat yang aman dan terpenuhi kebutuhan dasarnya.
"Sedianya BPBD melakukan kaji cepat ke seluruh wilayah terdampak untuk pemetaan kebutuhan pengungsi secara menyeluruh," kata pemegang doktor dari Universitas Innsbruck, Austria, ini.
ADVERTISEMENT
Satuan Kerja Penanggulangan Kedaruratan Bencana di tingkat kabupaten harus bisa bisa mengkoordinasi tahapan siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi pemulihan segala bentuk bencana.

Upaya Memprediksi Gempa

Terkait upaya mitigasi bencana atau alat deteksi gempa, Anggri mengatakan, pemerintah dan peneliti terus berusaha untuk memprediksi gempa. Yang paling intens adalah potensi gempa di Sesar Lembang dan Sesar Sumatra.
"Hal ini bisa dilakukan dengan menghitung seberapa cepat pergerakan bidang patahan atau sesar dengan acuan bahwa gempa merupakan siklus karena jika pernah terjadi saat ini, pasti pernah terjadi di masa lalu dan akan terjadi di masa depan," ujarnya.
Zona sesar Lembang, Bandung, Jawa Barat. Foto: Dok. BNPB
Selain itu harus ada identifikasi secara spasial terkait keberadaan sesar di suatu daerah. Jika sudah teridentifikasi langkah selanjutnya adalah mengestimasi rata-rata kecepatan pergerakannya.
ADVERTISEMENT
Namun, metode ini tetap tidak sepenuhnya akurat mengingat dinamisnya aktivitas alam. Meski demikian, data dasar itu dapat menjadi acuan untuk skenario mitigasi.