Pusiba Diberi Mandat dari Kemenag untuk Seleksi Calon Mahasiswa Al-Azhar Kairo
![Kawasan Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Foto: Shutterstock](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01j0qdn8t7thffkccae8b0atfv.jpg)
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada syarat yang harus dipenuhi bagi calon mahasiswa baru dari Indonesia sebelum mengikuti perkuliahan di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Syaratnya adalah lulus matrikulasi bahasa Arab atau daurah lughoh.
ADVERTISEMENT
Untuk lulus matrikulasi bahasa, ada dua jalur yang bisa ditempuh oleh calon mahasiswa, yakni mengikuti daurah di Mesir atau di Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (Pusiba) di Indonesia.
Pusiba sendiri diberi mandat oleh Kementerian Agama RI sebagai fasilitator matrikulasi tersebut. Adapun yang memberikan keterangan lulus matrikulasi adalah Markaz Syaikh Zayed di Kairo, lembaga bahasa yang yang melaksanakan matrikulasi bahasa Arab di Mesir.
“Kementerian Agama tahun ini memberikan mandat ke Pusiba sebagai fasilitator dalam seleksi camaba atau calon mahasiswa Al- Azhar,” kata Manajer Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab, Muhammad Misbahul Munir, saat ditemui di kantor Pusiba, Bekasi, Jumat (21/6).
“Pusiba diberikan mandat karena di Pusiba ini ada program matrikulasi bahasa sebagai cabang dari Markaz Syaikh Zayed Al -Azhar Kairo atau pusat bahasa Al-Azhar Kairo itu diberikan mandat oleh Kementerian Agama kepada Pusiba sebagai fasilitator,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Pusiba di situsnya menyebut dirinya sebagai "Daurah lughoh sebelum kuliah di Al Azhar Kairo".
Adapun tes seleksi untuk menimba ilmu di Al-Azhar Kairo ini ada dua tahapan. Pertama adalah uji kompetensi bahasa oleh pihak Al-Azhar dan selanjutnya uji wawasan kebangsaan oleh tim moderasi beragama Kemenag RI.
“Daurah lughoh ini sistemnya wajib. Jadi enggak bisa masuk kuliah kalau belum menyelesaikan daurah lughoh di Markaz Syaikh Zayed atau di Pusiba ini,” ucap Misbahul.
Pernyataan Pusiba in menjawab polemik yang ramai dibicarakan soal mahasiswa Indonesia yang membeludak di Universitas Al-Azhar, Kairo.
Mahasiswa S3 Universitas Al-Azhar Kairo, M. Nuruddin, pada podcast Diptalk yang tayang di YouTube kumparan menyebut, keberadaan 15 ribu mahasiswa di Al-Azhar, menurut dia tidak diimbangi oleh kompetensi ilmu dan niat belajar.
ADVERTISEMENT
"Ini eksesnya dari pembeludakan yang tidak terkontrol. Ini sekarang muncul stigma-stigma negatif terkait alumni Al-Azhar ini. Ada orang-orang lulusan al-Azhar, tapi katanya bacaan Quran aja gak fasih. Suruh ceramah gak mau, suruh jadi khatib Jumat menolak, pura-pura tawadu. Padahal memang gak bisa, iya kan suka ada yang begitu," kata Nuruddin.
Mahasiswa Al-Azhar lainnya asal Kudus, Jateng, Syarif Hidayatullah (26), juga mengakui adanya pembeludakan mahasiswa Indonesia di kampusnya.
"[Mahasiswa] Ya membeludak, kita, aku, kan, merasakan sendiri, ya, dari waktu awal di sini sampai sekarang. Ya, memang beda. Tambah ramai," kata Syarif kepada kumparan, Kamis (20/6).