Putin Akan Sambut 16 Ribu Sukarelawan Timur Tengah untuk Bantu Perangi Ukraina

11 Maret 2022 17:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi lokasi pembangunan Badan Antariksa Nasional di lokasi Pusat Penelitian dan Produksi Negara Khrunichev, di Moskow, Rusia, Minggu (27/2/2022). Foto: Sputnik/Sergey Guneev/Kremlin melalui REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi lokasi pembangunan Badan Antariksa Nasional di lokasi Pusat Penelitian dan Produksi Negara Khrunichev, di Moskow, Rusia, Minggu (27/2/2022). Foto: Sputnik/Sergey Guneev/Kremlin melalui REUTERS
ADVERTISEMENT
Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyetujui ribuan sukarelawan dari Timur Tengah untuk membantu memerangi Ukraina.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, pada pertemuan Dewan Keamanan Rusia, Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan ada 16.000 sukarelawan di Timur Tengah yang siap datang untuk berperang dengan pasukan pro-Rusia di wilayah separatis Donbass di Ukraina timur yang terdiri dari Republik Rakyat Luhansk dan Donetsk .
"Jika kita melihat ada orang-orang yang ingin — atas kemauan mereka sendiri, bukan karena uang — untuk datang membantu orang-orang yang tinggal di Donbass, maka kita perlu memberi mereka apa yang mereka inginkan dan membantu mereka sampai ke zona konflik," kata Putin.
Shoigu juga mengusulkan agar rudal Javelin dan Stinger buatan Barat yang ditangkap tentara Rusia di Ukraina harus diserahkan kepada pasukan Donbass.
“Mengenai pengiriman senjata, terutama senjata buatan Barat yang jatuh ke tangan tentara Rusia —tentu saja saya mendukung kemungkinan memberikannya kepada unit militer Republik Rakyat Luhansk dan Donetsk,” kata Putin.
ADVERTISEMENT
"Tolong lakukan ini," tegas Putin kepada Shoigu.
Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari tak lama setelah Putin mengakui wilayah separatis Luhansk dan Donetsk sebagai negara merdeka. Tindakan yang dikecam secara internasional sebagai tindakan ilegal.
Memasuki pekan ketiga, Rusia masih bersikeras menyebut agresinya terhadap Ukraina sebagai “operasi militer khusus”. Rusia mengatakan Moskow terpaksa melakukan”operasi khusus” ini sebagai respons tindak genosida Kiev terhadap warga berbahasa Rusia di bagian timur Ukraina.
Dalih ini ditolak oleh Kiev dan Barat yang menyebutnya sebagai propaganda perang yang tak berdasar.
Penulis: Airin Sukono