Rachland Nashidik Minta Maaf soal Cuitan Makam Gus Dur Dibangun Negara

21 Februari 2021 0:35 WIB
Wasekjen Demokrat, Rachland Nashidik, di Bareskrim Dirtipid IV Narkoba, Cawang. Foto: Ricky Febrian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wasekjen Demokrat, Rachland Nashidik, di Bareskrim Dirtipid IV Narkoba, Cawang. Foto: Ricky Febrian/kumparan
ADVERTISEMENT
Politikus Demokrat Rachland Nashidik mengaku kaget cuitannya di Twitter terkait makam Gus Dur disomasi Barisan Kader (Barikade) Gus Dur. Cuitannya yang menyebut makam Gus Dur dibangun negara, menuai polemik dari netizen.
ADVERTISEMENT
"Pertama, bukan museum keluarga. Kedua, inisiatif pendanaan datang dari Pemprov -- itu juga cuma sebagian. Terbesar berasal dari sumbangan dan partisipasi warga. Ketiga, sebagai pembanding, Anda tahu makam Presiden Gus Dur dibangun negara?," cuit Rachland tersebut, yang dikutip pada Sabtu, (20/2).
Diketahui, tweet tersebut menanggapi soal pembangunan museum Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ramai disorot netizen. Ia membandingkan soal pembangunan museum tersebut dengan pembangunan makam Gus Dur.
Rachland kemudian menjelaskan cuitannya soal makam Gus Dur itu. Ia menyebut, apa yang ia sampaikan bedasarkan informasi yang ia terima sebuah artikel di situs berita online yang tautan artikelnya juga dilampirkan dalam cuitannya.
Pintu masuk kawasan makam Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Kecamatan Cukir, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (19/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Syaiful Arif
Dalam artikel yang ia baca, terdapat potongan informasi yang menyebut pemerintah akan melengkapi kawasan makam Gus Dur dengan sejumlah fasilitas, seperti tempat parkir, kamar mandi, merchandising, museum, perpustakaan, pagar, hingga perluasan jalan.
ADVERTISEMENT
Dalam berita itu, juga disebutkan bahwa Menko Kesra saat itu, Agung Laksono, sempat memperkirakan anggaran akan mencapai Rp 180 miliar.
"Poin saya, negara atas dasar penghargaan terhadap Presiden Gus Dur, memikirkan agar makam Gus Dur mendapat fasilitas yang memudahkan warga yang berziarah. Perhatian tersebut diekspresikan dalam rapat kabinet yang menyepakati kawasan makam akan dibuat senyaman mungkin," kata Rachland dalam keterangannya.
Setelah melihat respons netizen, ia menuturkan langsung membaca kembali cuitannya itu dan menyadari netizen akan salah paham jika tak membaca artikel yang menjadi acuannya itu. Dia pun memohon maaf atas cuitannya tersebut.
"Saya sudah membaca ulang twit saya dan menyadari bahwa tanpa membaca berita itu netizen bisa salah mengerti. Bahwa yang dibangun bukanlah makam itu sendiri, melainkan fasilitas publiknya. Meski tidak juga bisa dibantah bahwa fasilitas yang melengkapi makam itu dibangun negara sebagai wujud penghormatan pada Presiden Abdurrahman Wahid. Saya memohon maaf," kata dia.
Suasana kirab kebangsaan menyambut haul ke-9 Gus Dur di Solo, Jawa Tengah. Foto: kumparan
Lebih lanjut, dia menuturkan dirinya sebagai murid Gus Dur dalam ajaran kebinekaan dan demokrasi. Rachland merupakan anggota pengurus dari Forum Demokrasi yang dahulu dipimpin Gus Dur.
ADVERTISEMENT
"Hubungan personal kami juga dekat, bahkan beliau adalah salah satu dari beberapa senior yang menyumbang bagi biaya pernikahan saya, 1996, di samping Adnan Buyung Nasution, Rahman Tolleng dan Sjahrir," jelasnya.
Saat Gus Dur wafat, kata dia, sebagai Direktur Eksekutif Imparsial, lembaga pengawas HAM, ia juga menyampaikan pernyataan bahwa wafatnya Gus Dur adalah kehilangan tak terkira bagi bangsa Indonesia, bagi perjuangan pluralisme, serta kebebasan beragama.
Selain itu, ia menyatakan, cita-cita dan perjuangan Gus Dur masih jauh dari mendekati selesai. Dia pun meminta pemerintah perlu bertindak benar dalam menghormati rasa kehilangan dan kesedihan dengan pengibaran Bendera Merah Putih setengah tiang secara nasional. Saat itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang selama 7 hari.
ADVERTISEMENT