Ragam Hoaks Corona Sepekan: Pesan Bupati Situbondo hingga Klaim Palsu Dokter

6 Desember 2020 7:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Terbukti hoax! Foto: Mateus Situmorang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Terbukti hoax! Foto: Mateus Situmorang/kumparan
ADVERTISEMENT
Berbagai macam hoaks masih bertebaran di media sosial hingga dikhawatirkan menimbulkan keresahan. Apalagi, di situasi pandemi COVID-19 saat ini, masyarakat perlu mendapatkan informasi yang benar agar tidak terjebak dalam hoaks.
ADVERTISEMENT
Dalam sepekan ini, muncul beragam kabar hoaks di media sosial, bahkan masih berhubungan dengan pandemi corona. Mulai dari hoaks pesan terakhir Bupati Situbondo yang meninggal karena corona, hingga klaim-klaim palsu dokter di Italia.

Berikut kumparan rangkum ragam hoaks corona yang terjadi selama sepekan terakhir:

Hoaxbuster soal pesan Bupati Situbondo melalui video sebelum meninggal karena corona. Foto: Instagram/@situbondokab
Beredar sebuah video seorang pria memakai ventilator yang disebut merupakan almarhum Bupati Situbondo Dadang Wigiarto. Pria dalam video itu memberi pesan agar jangan meremehkan corona.
"Jaga kesehatan jangan disepelekan tapi jangan takut. Ingat COVID-9 itu ada, aku wes (sudah) tiga hari isolasi," ujar pria dalam video tersebut.
Selain itu, video itu disertai keterangan berikut ini:
ADVERTISEMENT
Bupati Situbondo, pada Pukul 9.30 WIB masih ngomong gini. Pukul 14.00 WIB meninggal dunia. Keluarganya minta di-share supaya gak ada yang sepelekan COVID-19.
Namun, Pemkab Situbondo memastikan pria yang berada di video tersebut bukanlah almarhum Dadang, yang meninggal karena corona pada Kamis (26/11) lalu.
"Telah beredar video dan caption yang menyatakan bahwa kabar di atas adalah Alm. Bapak Bupati Situbondo. Namun kami, Selaku Pemerintah Kabupaten Situbondo menyatakan bahwa info yang telah beredar bukan Alm. Bapak Bupati," tulis Pemerintah Kabupaten Situbondo melalui akun Instagramnya.
Jeruk nipis. Foto: Shutter Stock
Sebuah pesan tersebar di Whatsapp berisikan informasi yang mengeklaim bahwa air campuran kelapa muda, jeruk nipis, dan satu sendok makan garam dapat menyembuhkan COVID-19.
ADVERTISEMENT
Pesan itu menyebut sumber informasi berasal dari Kota Bau Bau, Sulawesi Tenggara, sebagai pengobatan herbal yang dapat menyembuhkan secara manjur. Pasien yang mengkonsumsi air campuran tersebut hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk kemudian dapat sembuh dan terbebas dari virus corona.
Namun, dikutip dari situs resmi Satgas COVID-19, klaim yang beredar tersebut adalah hoaks dan menyesatkan.
Seorang Farmakolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Zullies Ikawati, mengatakan bahwa tidak ada penemuan ilmiah yang mendukung pernyataan bahwa campuran air kelapa, jeruk nipis, dan garam dapat menyembuhkan virus corona.
Hoax Buster: Alumunium dalam vaksin dapat merusak otak. Foto: Kominfo
Sebuah unggahan dengan klaim bahwa vaksin dapat membahayakan tubuh karena mengandung aluminium tersebar di media sosial sejak pertengahan November lalu.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, klaim aluminium dalam vaksin disebut dapat langsung menuju otak manusia. Temuan itu diakui berasal dari sebuah buku teks kedokteran.
Mengutip situs resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika, klaim bahwa vaksin berbahaya bagi manusia karena mengandung aluminium yang bisa merusak otak adalah hoaks dan menyesatkan.
Associate Professor dan Peneliti Kimia Farmasi Universitas Putra Malaysia Bimo A. Tejo PhD menjelaskan bahwa vaksin atau kandungan aluminium dalam vaksin tidak dapat menyerang otak, karena semua vaksin yang beredar sudah mendapat izin dan syarat lolos uji klinis. Vaksinasi juga sangat dianjurkan untuk melindungi kesehatan.
Hoax Buster: Tidak benar vaksin corona dapat memanipulasi gen manusia. Foto: AFP
Klaim yang beredar dari Selandia Baru dan tersebar di beragam sosial media mengatakan bahwa vaksin yang disimpan pada suhu -80 derajat akan berubah menjadi agen transfeksi. Agen transfeksi tersebut dapat memanipulasi genetik.
ADVERTISEMENT
Berikut narasinya dalam terjemahan Bahasa Indonesia:
Setiap vaksin yang perlu dikirim dan disimpan pada suhu -80 derajat bukanlah vaksin. Ini adalah agen transfeksi, tetap hidup sehingga dapat menginfeksi sel Anda dan mentransfer materi genetik. Jangan biarkan mereka membodohi Anda. Ini adalah manipulasi genetik manusia dalam skala besar. Hentikan itu.
Mengutip AFP, klaim itu salah. Beberapa ahli mengatakan vaksin COVID-19 membutuhkan penyimpanan pada suhu yang sangat dingin, karena dapat mempengaruhi tingkat stabilitas dan terdegradasi dalam suhu yang lebih hangat. Namun hal itu tidak dapat mengubah gen manusia.
Sebuah video beredar di platform Facebook menampilkan seorang pria paruh baya yang mengaku sebagai pensiunan dokter di Italia bernama Dr Roberto Petrella. Dia membuat beberapa klaim terkait COVID-19 yang kemudian viral.
ADVERTISEMENT
Klaim pertama Petrella menyinggung penggunaan istilah COVID-19. Dia yakin COVID adalah akronim dari sebuah vaksinasi dengan kecerdasan buatan. Dan angka 19 adalah tahun pembuatannya.
Selain itu, Petrella juga mengeklaim virus corona adalah program pemusnahan massal yang bertujuan untuk mengurangi populasi sampai lebih dari 80% populasi dunia. Dia juga menyebut tes PCR tidak efektif dalam mendeteksi virus, serta vaksin dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Video berdurasi 6 menit 46 detik tersebut telah dilihat ratusan ribu kali dan dibagikan sejak 28 Agustus 2020. Tak hanya sampai di Indonesia, negara lain seperti Serbia, Polandia, Belanda, Arab dan Malaysia juga menjadi target sasaran.
Menurut AFP, faktanya, klaim-klaim tersebut adalah informasi menyesatkan. Pada istilah COVID-19 sendiri, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menamai virus dari Wuhan tersebut sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2, jenis baru dari virus corona.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk klaim pemusnahan massal untuk mengurangi jumlah populasi sudah pernah tersebar dan kerap dikaitkan dengan Bill Gates. Konspirasi itu segera diklarifikasi oleh juru bicara Bill dan Melinda Gates Foundation.
Foto selfie seorang tenaga medis dari Nevada viral di media sosial, dengan latar belakang sebuah ruangan di rumah sakit tanpa pasien dan tempat tidur yang masih dilapisi plastik.
Unggahan itu diberi narasi bahwa angka kasus yang melonjak akibat COVID-19 adalah tipuan. Dan foto tersebut adalah salah satu buktinya. Faktanya, foto tersebut menampilkan seorang dokter dari Renown Regional Medical Center bernama Jacob Keeperman.
Keeperman pertama kali mengunggah foto dirinya di Twitter lewat akun pribadi @critcare_airems pada 30 November lalu.
ADVERTISEMENT
Foto tersebut kemudian disebar oleh akun tidak bertanggung jawab di Twitter, @Networkinvegas, dengan narasi yang berbeda dan menyesatkan. Akun itu yang pertama kali menyebut bahwa Keeperman tengah berada di rumah sakit tanpa pasien.
Pihak Rumah Sakit Renown kemudian memberi pernyataan bahwa saat itu pihaknya baru membuka tempat perawatan alternatif dengan dua lantai yang diisi tempat tidur tambahan bagi pasien COVID-19 pada 12 November, mengutip AP News.