Ragam Hoaks: Lansia di Jerman Meninggal Usai Divaksin; Penampakan Antartika

9 Maret 2021 7:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan menyuktikkan vaksin corona kepada lansia di Zurich, Swiss. Foto: Arnd Wiegmann/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan menyuktikkan vaksin corona kepada lansia di Zurich, Swiss. Foto: Arnd Wiegmann/REUTERS
ADVERTISEMENT
Melimpahnya informasi seiring berkembangnya teknologi merupakan suatu berkah. Namun di sisi lain, jejalan informasi tak jarang justru menciptakan hoaks.
ADVERTISEMENT
Mudahnya masyarakat dalam membagikan informasi tanpa menyaring kebenarannya, membuat hoaks banyak bertebaran di media sosial.
Berikut kumparan rangkum beberapa ragam hoaks pada Senin (8/3). Mulai dari hoaks soal vaksinasi corona membuat sejumlah lansia di Jerman meninggal dunia hingga penampakan antartika.
Berikut daftarnya:
Dokter Bernhard Ellendt menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada penghuni panti jompo Edith Kwoizalla, wanita berusia 101 tahun, di Halberstadt, Jerman, Sabtu (27/12). Foto: Matthias Bein/dpa Via AP
Hoaks pertama soal vaksinasi corona membuat sejumlah lansia meninggal dunia.
Info hoaks ini berawal dari sebuah situs Children's Health Defense, yang mengunggah artikel dengan klaim 25 persen penghuni panti jompo di Jerman meninggal usai diberikan vaksin corona Pfizer. Selain itu, ada juga klaim sebanyak 36 persen mengalami sakit.
Situs itu menuliskan, data tersebut didapat dari sebuah video wawancara yang berdurasi 40 menit dari Lembaga Komite Investigasi Corona Jerman. Dalam rekaman itu, lembaga tersebut mewawancarai sejumlah perawat di panti jompo tersebut.
ADVERTISEMENT
Klaim tersebut dipastikan salah. Dikutip dari Organisasi Health Fact Check, juru bicara otoritas setempat, Agaplesion Bethanien Diakonie, mengatakan sebanyak 32 dari 35 penghuni panti jompo tersebut menerima suntikan vaksin Pfizer dosis pertama pada 3 Januari 2021.
Seorang anggota tim vaksinasi memegang botol berisi vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 di panti jompo Agaplesion Bethanien Sophienhaus di Berlin, Jerman, Minggu (27/12). Foto: Kay Nietfeld/Pool via Reuters
"Antara 4 dan 9 Januari 2021, 13 di antaranya dinyatakan positif. untuk COVID-19 dan mulai mengembangkan gejala COVID-19, sebelum mereka sempat mengembangkan kekebalan terhadap penyakit tersebut," tulis penjelasan dalam situs tersebut.
Dari total 13 orang itu, tujuh kasus berhasil sembuh dari corona. Akan tetapi, sisanya meninggal dunia akibat COVID-19. Kemudian, tujuh orang penyintas tersebut diberikan dosis kedua pada 24 Januari 2021.
"Satu-satunya kejadian yang dilaporkan adalah efek samping umum dari vaksin COVID-19, seperti sakit kepala, kelelahan, dan nyeri di tempat suntikan," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Jadi, klaim yang menyebutkan 25 persen penghuni panti jompo meninggal dunia akibat vaksin corona merupakan hoaks.
Lembah McMurdo, Antartika Foto: Shutter stock
Hoaks selanjutnya yakni beredarnya sebuah gambar dengan klaim penampakan Benua Antartika yang diambil dari luar angkasa. "NASA Antartica seen from the space," tulis sebuah akun Twitter dengan unggahan gambar bola bumi.
Dalam foto itu terlihat hamparan warna putih dari bagian bumi. Foto itu diklaim sebagai pemandangan Antartika yang dilihat dari luar angkasa.
Ternyata foto tersebut bukan gambaran kondisi Antartika yang diambil dari luar angkasa. Sebab, foto yang sama pernah diunggah oleh NASA pada Februari 2007.
Foto itu diberi judul Pemandangan Global Arktik dan Antartika pada 21 September. Foto itu merupakan visualisasi yang dilakukan oleh Cindy Stars dengan sejumlah ilmuwan.
ADVERTISEMENT
Unggahan itu dipublikasikan dalam rangka memperingati International Polar Year. Visualisasi itu dibutuhkan oleh ilmuwan untuk mempermudah pemahaman soal kondisi Antartika.
Jadi, foto dengan klaim penampakan Benua Antartika yang diambil dari luar angkasa merupakan hoaks.
Ilustrasi puasa. Foto: Shutterstock.
Informasi hoaks soal Ramadhan beredar di Kalteng. Infomasi itu menyebut Ramadhan tahun ini yang akan jatuh pada Jumat dan merupakan bulan puasa dengan waktu siang terpanjang dalam kurun waktu 33 tahun terakhir.
Kabid Humas Polda Kalteng, Kombes Pol Eko Saputro, menegaskan hal tersebut merupakan hoaks atau tidak benar. Tidak hanya itu, informasi yang tersebar di jejaring sosial tersebut langsung distempel hoaks oleh Bidhumas Polda Kalteng.
Berdasarkan fakta yang diperoleh dari Kepala Subdirektorat Hisab Rukyat dan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) Ismail Fahmi menyatakan, kedua klaim informasi itu tidak benar.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, berdasarkan Taqwim Standar Indonesia, Ramadhan tahun ini akan jatuh pada pertengahan April 2021. Ismail menyebutkan, 1 Ramadhan jatuh pada hari Jumat terjadi pada tahun 2020. Sementara itu, 10 Februari 2021, Muhammadiyah menetapkan awal puasa tahun ini jatuh pada 13 April yang bertepatan dengan hari Selasa.
Hal tersebut merujuk hasil perhitungan astronomi (hisab) yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Sementara itu, klaim Ramadhan kali ini merupakan bulan puasa dengan waktu siang terpanjang dalam kurun 33 terakhir, Ismail menyatakan tidak benar.
Waktu siang hari saat Ramadhan akan paling panjang jika Ramadhan terjadi pada Juni hingga Juli atau saat Matahari di belahan Bumi Utara. Hal itu, kata Ismail, hanya akan dialami oleh penduduk di wilayah belahan Bumi Utara.
ADVERTISEMENT