Ragam Hoaks: Masker-Lockdown Tak Turunkan Corona; WNI Jadi Imam Masjidil Haram

3 Maret 2021 8:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hoaks. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hoaks. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
kumparan merangkum beberapa ragam hoaks pada Selasa (2/3). Tercatat, hari ini ada tiga informasi hoaks yang kumparan klarifikasi.
ADVERTISEMENT
Mulai dari penggunaan masker dan lockdown tak turunkan penularan virus corona, vaksin Sinovac di Filipina hanya untuk masyarakat miskin dan WNI jadi imam di Masjidil Haram.
Berikut sejumlah ragam hoaks:
Hoaxbuster: Penggunaan Masker dan Lockdown Tak Turunkan Angka Corona. Foto: Dok. Istimewa

Kabar Penggunaan Masker dan Lockdown Tak Turunkan Angka Corona

Politisi asal Amerika Serikat Kimberly Klacik menyebut, penggunaan masker dan kebijakan lockdown tak memperlambat angka penyebaran corona. Pernyataan itu diunggah melalui akun Twitternya.
"Tidak tahu siapa yang butuh mendengarkan hal ini, faktanya sudah setahun pandemi corona dan belum ada bukti dari penggunaan masker dan lockdown memperlambat penyebaran #COVID19," tulis Klacik.
Ia menambahkan, kedua hal tersebut merupakan bagian dari teori konspirasi. Meski begitu, kedua klaim yang disebutkan Klacik tidak benar. Sejumlah penelitian tentang penggunaan masker dan kebijakan lockdown mampu mengurangi atau menurunkan angka penyebaran corona.
ADVERTISEMENT
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melakukan eksperimen pada Januari 2021 tentang penggunaan masker medis yang dilapisi dengan penggunaan masker kain.
Siswa mendengarkan materi pelajaran sambil mengenakan masker saat hari pertama dimulainya kembali belajar tatap muka di SMAN 5 Kota Jambi, Jambi, Rabu (17/2/2021). Foto: Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO
Sementara dari hasil penelitian menyebutkan, pengunaan masker mengurangi paparan aerosol yang berpotensi menularkan virus corona lebih dari 90 persen. Penelitian tersebut dilakukan di laboratorium.
Lalu kebijakan lockdown berpengaruh kepada turunnya angka corona. Dua ahli dari Universitas Johns Hopkins Amerika Serikat, Elizabeth Stuart dan Stuart Ray menegaskan hal tersebut.
Keduanya mengatakan, lockdown sangat mengurangi penularan corona dengan pendekatan proporsional. Meski begitu, kebijakan itu harus memperhatikan faktor ekonomi dan kesehatan mental.
Sehingga kabar tersebut dipastikan keliru.
Hoaxbuster: Vaksin Sinovac di Filipina Hanya untuk Masyarakat Miskin. Foto: Dok. Istimewa

Vaksin Sinovac di Filipina Hanya untuk Masyarakat Miskin

Sebuah klaim beredar di media sosial dan menyebutkan jika vaksin corona Sinovac hanya disarankan untuk masyarakat miskin di Filipina. Beberapa poster dengan informasi itu beredar luas di media sosial.
ADVERTISEMENT
Dalam unggahan yang beredar, terdapat foto Kepala Penanggung Jawab Pengadaan Vaksin Corona Filipina Carlito Galvez dengan kutipan dalam Bahasa Tagalog.
"Janganlah kita meremehkan Sinovac. Meskipun kemanjurannya 50,4 persen, itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Tingkat kemanjuran yang rendah tidak hanya untuk petugas kesehatan. Itu dapat diberikan kepada orang Filipina yang miskin jadi tidak tidak sia-sia," bunyi kutipan tersebut.
Seorang pria bekerja di fasilitas pengemasan pembuat vaksin Sinovac Biotech. Foto: Thomas Peter/REUTERS
Berdasarkan penelusuran, foto tersebut pernah diunggah oleh akun kantor berita setempat ABS-CBN pada 22 Desember 2020 dengan kutipan yang berbeda.
"Secara keseluruhan, jika akan ada (kontrak) penandatanganan bulan mendatang ini, kami akan memiliki 60 juta (dosis vaksin Covid-19) untuk kuartal kedua dan ketiga," bunyi kutipan tersebut.
Unggahan yang telah diedit itu beredar setelah Filipina mengeluarkan penggunaan darurat untuk vaksin Sinovac pada 22 Februari 2021.
ADVERTISEMENT
Jadi dipastikan informasi itu adalah hoaks.
Hoaxbuster: Video seorang Imam Masjidil Harom yang berasal dari Indonesia Foto: Dok. Istimewa

WNI Jadi Imam di Masjidil Haram

Beredar video di media sosial Twitter mengatakan, ada seorang WNI asal Banjar, Kalimantan, lolos menjadi Imam di Masjidil Haram.
Disebutkan, Imam tersebut bernama Ashal Yanti Bin Juhri Bakri Al-Banjari dan akan bertugas sebagai Imam salat Subuh dan Tarawih.
Lebih dari 15 ribu warganet menyukai dan memberikan respons terkait kabar yang diunggah pada 26 Februari 2021 itu.
Faktanya, salah satu staff KBRI Riyadh, Muhammad Murrajab, mengatakan kepada kumparan, bahwa video tersebut bila diartikan dalam bahasa Indonesia bukan menjelaskan tentang Imam Masjidil Haram yang berasal dari Indonesia.
"Saya pastikan informasi tersebut adalah hoaks. Melihat video dan mendengar suara yang ada di video sama sekali tidak ada yang mengindikasikan informasi seperti dalam cuitan di atas (Twitter)," tutur Murrajab.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, pria yang berasal dari Indonesia dalam video tersebut hadir dalam sebuah acara dan membacakan ayat Al-Quran, bukan ditunjuk sebagai imam Masjidil Haram.
Kepala Pusat Registrasi dan Sertifikasi Halal BPJPH, Mastuki, saat ditemui di kantornya, Kamis (17/10/2019). Foto: Muhammad Lutfan/kumparan
Kementerian Agama juga pernah membantah hal tersebut pada tahun 2018 silam. Video dengan narasi yang sama juga beredar pada saat itu.
"Tapi (yang bersangkutan) ini bukan menjadi Imam Masjidil Haram. Yang bersangkutan, Ashal itu bukan imam Masjidil Haram, tapi Imam Masjid Birrul Walidain di Makkah, di Makkah kan banyak masjid," kata Mastuki.
Mastuki menjelaskan, Ashal menjadi imam salat rawatib, tarawih, dan qiyamul lail di beberapa masjid di Makkah, antara lain Masjid Al-Bashawiri dan Masjid ‘Asyur Bukhari (2012), Masjid Ar-Ridha (2013), Masjid Syekh ibn Utsmain (2014), Masjid Bin Laden (2015), dan Masjid Birrul Walidain (2016, 2018).
ADVERTISEMENT