Ragam Hoaks: Moderna Diproduksi Sebelum Pandemi; WHO Larang Vaksin Anak-anak

28 Juni 2021 8:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hoax (Ilustrasi) Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Hoax (Ilustrasi) Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
kumparan merangkum ragam hoaks pada Minggu (27/6). Total ada tiga informasi hoaks yang beredar di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Apa saja beritanya, berikut rangkumannya:
Hoaks vaksin Moderna dikembangkan sebelum pandemi COVID-19. Foto: Dok. Istimewa
Hoaks Vaksin COVID-19 Moderna Diproduksi Sejak Sebelum Pandemi
Beredar artikel online dan unggahan media sosial mengeklaim bahwa Vaksin COVID-19 Moderna sudah mulai dikembangkan sejak sebelum pandemi.
Klaim itu disebut bersumber dari dokumen rahasia negara yang bocor. Berikut narasi dalam unggahan tersebut:
Moderna memiliki teknologi untuk vaksin COVID-19 sebelum dunia mengetahui keberadaan virus corona baru ini.
Moderna mengembangkan vaksin sebelum pandemi, dokumen rahasia terungkap.
Sebuah akun instagram mengunggah artikel dan klaim tersebut pada 21 Juni 2021.

Cek Fakta

Faktanya, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ia menerima urutan genetik untuk virus corona baru-SARS-CoV-2-dari China pada 11 Januari.
Seorang juru bicara Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) mengatakan bahwa Pusat Penelitian Vaksin dan Moderna sejatinya telah berkolaborasi dalam penelitian vaksin sejak 2017.
ADVERTISEMENT
Namun, kala itu, materi yang diajukan untuk dikembangkan adalah sebagai vaksin virus corona MERS CoV, bukan SARS-CoV-2 atau COVID-19.
“Materi yang ditransfer ke UNC pada Desember 2019 adalah kandidat vaksin untuk virus Corona Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan bukan SARS-CoV-2," terangnya, dikutip dari AFP.
Ada banyak jenis virus corona yang menyerang manusia. MERS-CoV adalah coronavirus Sindrom Pernafasan Timur Tengah, yang terdeteksi di Arab Saudi pada tahun 2012.
Sehingga, dokumen yang beredar di tahun 2019 itu merujuk pada pengembangan vaksin mRNA untuk MERS.

Kesimpulan

Klaim soal Vaksin COVID-19 Moderna telah dikembangkan sebelum pandemi adalah hoaks.
Hoaxbuster: WHO Larang Vaksinasi Corona untuk Anak-anak. Foto: Instagram
Hoaks WHO Larang Vaksinasi Corona untuk Anak-anak
Beredar narasi yang menyebutkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) melarang vaksin corona diberikan kepada anak-anak. Narasi itu salah satunya beredar di Instagram.
ADVERTISEMENT
"WHO mengatakan anak-anak tidak harus menerima vaksin COVID-19," tulis pengunggah tersebut.

Cek Fakta

Dikutip dari USA Today, hingga 22 Juni 2021, tidak ada klaim dari WHO yang menyebutkan anak-anak tidak boleh diberikan vaksin.
Yang ada, lembaga itu menyebutkan vaksin Pfizer aman untuk warga yang berusia di atas 12 tahun atau lebih.
Juru bicara WHO Tarik Jasarevic mengatakan anak-anak usia 12-15 tahun yang berisiko tinggi menjadi kelompok prioritas seperti lainnya. Sebab, jumlah dosis vaksin corona masih sangat teratas.
“Anak-anak dan remaja cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan dibandingkan dengan orang dewasa, jika bukan dari bagian dari kelompok berisiko lebih tinggi terkena COVID-19 parah, vaksinasi mereka tidak terlalu mendesak ketimbang orang tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis dan petugas kesehatan," ujar Jasarevic kepada USA Today.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, WHO masih membutuhkan bukti-bukti lain terkait rekomendasi vaksin corona terhadap anak-anak.

Kesimpulan

Jadi, narasi yang menyebutkan WHO melarang vaksinasi kepada anak-anak merupakan hoaks.
Hoaxbuster: Vaksin mRNA Corona Tak Pernah Diuji pada Manusia. Foto: Instagram
Hoaks Vaksin mRNA Corona Tak Pernah Diuji pada Manusia
Di tengah program vaksinasi corona massal, sejumlah hoaks muncul. Salah satunya adalah soal klaim vaksin mRNA tak pernah diuji coba kepada manusia. Narasi itu beredar di Twitter.
"Teknologi mRNA telah ada selama beberapa dekade. Itu tidak pernah melewati uji coba hewan karena efek samping bencana, termasuk kematian. Sekarang umat manusia ditekan untuk mengambil dengan jaminan itu aman," tulis akun pengunggah tersebut.
Messenger RNA, atau mRNA, teknologi yang digunakan untuk membuat suntikan Moderna dan Pfizer-BioNTech berasal dari tahun 1990-an, meskipun ini adalah pertama kalinya digunakan dalam vaksin yang tersebar luas.
ADVERTISEMENT

Cek Fakta

Vaksin dengan teknologi ini ini merangsang tubuh untuk memproduksi imun melalui lonjakan sel protein. Sel-sel tersebut akan mengikat virus yang menyebabkan corona.
Dikutip dari lembaga pengecekan fakta, Politifact, Teknologi mRNA telah diuji terhadap virus lain seperti influenza. Moderna memulai pengujiannya pada tahun 2015. Pada tahun 2018, Pfizer dan BioNTech mengumumkan kemitraan untuk mulai mengembangkan vaksin mRNA untuk mencegah influenza.
Moderna dan Pfizer yang menggunakan teknologi mRNA telah diberikan kepada lebih dari 177 juta orang di Amerika Serikat dan telah terbukti aman dan efektif.
Pengujian vaksin mRNA COVID-19 dilakukan pada puluhan ribu orang. Pfizer dan Moderna mendapat persetujuan untuk menguji suntikan mereka pada hewan sekaligus menjalankan uji coba Fase I pada manusia, sebelum vaksin mendapatkan izin penggunaan darurat dari FDA (BPOM Amerika Serikat) pada Desember 2020 untuk didistribusikan ke masyarakat umum.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Jadi, narasi yang menyebutkan vaksin corona yang menggunakan mRNA tidak diujicobakan kepada manusia merupakan hoaks.