news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ragam Hoaks: Tes PCR Picu COVID-19 hingga Syarat Rapid Test ke Luar Kota Dihapus

5 Februari 2021 8:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi melawan hoaks medis. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi melawan hoaks medis. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Penyebaran hoaks di tengah pandemi virus corona masih saja terus terjadi. kumparan merangkum sejumlah ragam hoaks pada Kamis (5/2). Tercatat ada empat informasi hoaks yang menyesatkan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Mulai dari rapid test dan PCR memicu pandemi COVID-19 hingga syarat rapid test untuk pergi ke luar kota dihapus.
Berikut empat ragam hoaks yang kumparan rangkum:
Anak jalanin tes swab untuk deteksi COVID-19. Foto: Noah Seelam/AFP

Klaim Pandemi COVID-19 Terjadi karena Ada Rapid Test dan PCR

Beredar unggahan di Facebook mengeklaim bahwa virus corona COVID-19 tidak ada di negara Tanzania karena tidak pernah dilakukan rapid test dan PCR di sana.
Sehingga virus corona muncul di Indonesia karena adanya teknik dalam mengecek virus yang menjangkit pada tubuh manusia tersebut.
Pengguna Facebook yang memuat unggahan itu juga mencatut nama Bill Gates sebagai orang yang menyumbang alat rapid test dan PCR.
Faktanya, menurut data Satgas COVID-19 yang dimuat dalam situs resminya, tercatat ada 509 kasus corona di Tanzania. Sampai 3 Februari lalu, terdapat 21 orang meninggal karena corona.
ADVERTISEMENT
Tanzania juga mewajibkan setiap orang yang keluar-masuk ke negaranya memiliki surat tes PCR COVID-19 dengan hasil negatif.
Sehingga klaim yang menyebut bahwa Tanzania adalah satu-satunya negara yang tidak memiliki kasus corona karena tidak menggunakan rapid test maupun PCR kepada penduduknya adalah klaim yang salah.
Hoax Buster: Tidak Benar klaim vaksin COVID-19 Oxford-AstraZeneca dan Pfizer BioNTech tidak pernah lolos uji klinis. Foto: Facebook

Vaksin Corona Pfizer dan AstraZeneca Tidak Lolos Uji Klinis

Beredar di media sosial Facebook sebuah video yang menampilkan seorang pria yang terkenal membagikan teori konspirasi bernama David Icke.
Pada video berdurasi 3 menit 29 detik itu, ia menyebarkan klaim bahwa vaksin COVID-19 Oxford-AstraZeneca dan Pfizer BioNTech tidak pernah lolos uji klinis.
"Uji coba yang tidak terjadi. Hadirin sekalian, percobaannya adalah meluncurkan vaksin palsu. Tidak ada uji coba, kalian sendiri adalah uji coba," tuturnya dalam video yang dibagikan ulang sejak pertengahan Januari.
ADVERTISEMENT
Faktanya, David Icke sendiri merupakan orang yang kerap menyebarkan teori konspirasi di media sosial, terutama tentang konspirasi virus corona dan vaksinasi.
Ia sudah diblokir dari beberapa platform media sosial seperti Facebook, YouTube dan juga Twitter pada 2020 kemarin karena melanggar beragam kebijakan informasi.
Klaimnya terkait uji coba klinis yang tidak pernah dilakukan vaksin COVID-19 adalah salah satu hoaks yang dia sebarkan. Vaksin Oxford-AstraZeneca dan Pfizer BioNTech sudah terbukti telah melalui uji klinis dan terjamin keamanannya.
Ilustrasi tes PCR corona. Foto: Instagram/@ridwankamil

Anggota Polsek Rendang Karangasem Jalani Perawatan Corona

Beredar sebuah video seorang pria yang mengaku anggota kepolisian tengah menjalani perawatan corona.
Dalam video yang beredar itu, ia mengaku bernama Wayan Sudarsa. Ia melaporkan kondisi kesehatannya kepada Kapolsek Rendang, Karangasem, Bali.
ADVERTISEMENT
"Selamat malam komandan Kapolsek Rendang saya Wayan Sudarsa yang selama ini sehat luar biasa lahir dan batin. Dan hari ini sudah 21 hari saya terpapar COVID-19,” ujar pria itu.
Dalam videonya, ia juga mengingatkan akan bahaya corona. Selain itu, ia menegaskan, bahaya karena COVID-19 itu nyata. Akan tetapi, kata pria itu, banyak orang yang belum peduli dengan pandemi ini.
"Mereka tidak pernah merasakan ketika di isolasi, hidup sendiri, kencing dan BAB semua di atas tempat tidur, ini kalau oksigen dilepas seperti ikan yang tidak ada airnya tidak bisa bernafas," ujarnya.
Terkait video itu, Kapolres Karangasem AKBP Ni Nyoman Suartini menegaskan, pria yang ada dalam unggahan itu merupakan warga biasa, bukan anggota kepolisian.
Hoax Buster: Tidak Benar Soal Rapid Test Dihapus di Seluruh Bandara dan Stasiun Mulai 1 Februari Foto: Pemprov DKI

Syarat Rapid Test Keluar Kota Dihapus

Sebuah pesan berantai di WhatsApp mengeklaim persyaratan rapid test dihapus di seluruh bandara dan stasiun mulai 1 Februari 2020.
ADVERTISEMENT
Dalam pesan itu disebut pengecekan akan diganti dengan test mengunyah biji jagung selama 1 hingga 2 menit. Hasilnya jika jagung tersebut tetap keluar biji jagung maka penumpang dinyatakan negatif. Tetapi jika yang keluar adalah popcorn maka hasilnya positif COVID-19.
Faktanya, mengutip situs resmi Pemprov DKI Jakarta yang dilansir dari situs resmi PT. Kereta Api Indonesia (KAI), persyaratan menjadi penumpang kereta api jarak jauh dan menengah di masa pandemi COVID-19 adalah wajib menunjukkan surat keterangan hasil pemeriksaan negative COVID-19 dengan genose test atau rapid test antigen atau RT-PCR.
Infografik Tarif Swab dan Rapid Test Antigen di Bandara. Foto: kumparan
Selain itu, juga sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 11 Tahun 2021, sampelnya harus diambil dalam kurun waktu maksimal 3x24 jam sebelum jam keberangkatan.
ADVERTISEMENT
Sementara dalam situs resmi PT. Angkasa Pura, 15 bandara yang dikelola oleh Angkasa Pura Airport mewajibkan calon penumpang menunjukkan surat keterangan uji tes PCR dengan hasil negatif yang berlaku 7 hari atau surat keterangan uji rapid-test dengan hasil non reaktif yang berlaku 3 hari pada saat keberangkatan.
Pernyataan mengunyah biji jagung menjadi popcorn juga merupakan klaim yang salah dan menyesatkan. Suhu tubuh manusia tidak akan mampu memasak popcorn, karena diperlukan suhu 175-180° celsius dalam membuatnya.