Ragam Kabar Terbaru Vaksinasi di RI

25 Oktober 2021 8:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi tinjau vaksinasi di Banjarmasin. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi tinjau vaksinasi di Banjarmasin. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Pemerintah terus mempercepat vaksinasi di Indonesia. Sebab hanya dengan vaksinasi pandemi COVID-19 dapat diakhiri.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi sudah menargetkan 100 juta orang sudah harus divaksin pada Agustus dan target itu sudah dipenuhi. Selain itu, Jokowi juga menargetkan suntikan per hari bisa mencapai 1 hingga 2 juta dosis.
Dalam vaksinasi COVID-19, RI menggunakan beberapa jenis vaksin. Mulai dari Sinovac, AstraZeneca, Moderna hingga Pfizer.
Berikut kumparan rangkum kabar terbaru vaksinasi di RI:
Seorang siswa sekolah menengah menerima vaksin Sinovac di Nanjing di provinsi Jiangsu timur China. Foto: STR/AFP

Indonesia Belum Berani Suntik Vaksin Corona ke Anak di Bawah 12 Tahun

Juru Bicara Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro menyebutkan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sejauh ini belum merekomendasikan vaksin untuk anak 12 tahun ke bawah.
"Untuk vaksin 12 tahun ke bawah memang di beberapa negara sudah tersedia, tetapi di Indonesia karena WHO belum memutuskan untuk membolehkan maka kami mengikuti anjuran dan aturan dari sana," katanya di Solo.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan untuk vaksin di bawah 12 tahun masih menunggu adanya subjek penelitian yang memadai.
"Kalau dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) ingin sesuai standar, yang penting keamanan dan efektivitas. Kalau dua ini sudah terpenuhi maka bisa mulai dicanangkan tetapi sejauh ini belum ada 'technical trial'," katanya.
Dengan demikian, dikatakannya, saat ini belum ada vaksin yang direkomendasikan untuk anak di bawah 12 tahun.
Sementara itu, disinggung mengenai munculnya klaster COVID-19 di sejumlah sekolah, dikatakannya, pemerintah daerah harus menggencarkan 3T, yakni tracing, testing, dan treatment ke lingkungan sekitar anak.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin tinjau vaksinasi COVID-19 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah. Foto: Dok. KIP

Stok Vaksin Corona di 2 Daerah Ini Habis

Vaksinasi corona terus digalakkan demi memutus penularan. Sejauh ini sudah menyasar lebih dari 112 juta orang untuk dosis pertama atau 54 persen dari target.
ADVERTISEMENT
Pemerintah masih terus berupaya mendatangkan vaksin. Baik lewat skema pembelian maupun lobi agar dapat hibah.
Namun ternyata masih ada daerah yang saat ini kehabisan stok vaksin. Padahal pemerataan adalah kunci agar pandemi segera berakhir.
Menurut data Kemenkes per hari ini, Minggu (24/10) pukul 08.00 WIB, ada 2 daerah yang kehabisan stok vaksin corona. Mereka adalah Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat dan Kabupaten Tolikara, Papua.
Berikut data lengkapnya:

1. Pegunungan Arfak:

Stok vaksin diterima: 120
Stok terpakai: 120
Stok tersisa: 0
Rata-rata vaksinasi per minggu: 1 orang
Penduduk: 31.700 jiwa (data 2020 di situs Pemda)

2. Tolikara:

Stok vaksin diterima: 3.780
Stok terpakai: 3.780
Stok tersisa: 0
Rata-rata vaksinasi per minggu: 13 orang
ADVERTISEMENT
Penduduk: 133.786 jiwa (data 2015)

Epidemiolog Minta Cakupan Vaksinasi Diperluas: Jangan Bicara Booster Dulu

Salah satu kunci dalam menghadapi gelombang ketiga pandemi di RI adalah perluasan cakupan vaksinasi COVID-19 yang merata. Ini disampaikan oleh Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman.
Seperti diketahui, Kementerian Kesehatan pekan ini memperingatkan, gelombang ketiga diprediksi tiba akhir 2021 atau awal 2022. Dengan adanya potensi ini, Dicky pun meminta cakupan vaksinasi untuk lebih diperluas.
Saat ini, masih banyak orang yang belum memiliki perlindungan dari virus corona. Baik karena belum divaksinasi, belum pernah terinfeksi COVID-19, maupun kekebalannya sudah menurun.
“Pertama, memperkuat cakupan vaksinasi. Jadi, mempercepat cakupan vaksinasi yang lebih terdistribusi secara merata. Kalau sebelumnya difokuskan ke Jawa-Bali, itu kan karena memang episentrum,” kata Dicky.
ADVERTISEMENT
“Tapi, kan, sekarang sudah melandai, membaik [kasus di Jawa-Bali]. Nah, ini dalam masa ‘damai’, masa tenang, ini harus dijadikan momentum untuk akselerasi, intensifikasi, ekstensifikasi vaksinasi," tambahnya.
GP Nasdem lakukan vaksinasi covid-19 di Jakarta. Foto: Dok. Istimewa
Jika melirik sejumlah negara lain, banyak yang sudah berlomba-lomba memberikan vaksinasi dosis tambahan (booster) untuk masyarakatnya. Ini dilakukan untuk memberikan perlindungan lebih kuat bagi warganya dalam menghadapi pandemi.
Namun, menurut Dicky, untuk saat ini Indonesia belum memerlukan pemberian dosis booster untuk masyarakat umum. Meskipun pada gilirannya, booster akan dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat.
“Jangan bicara booster dulu, banyak di kampung-kampung kita, daerah luar Jawa, lansia, komorbid yang belum vaksin. Apalagi bicara booster.. jadi masih jauh. Menimbulkan ketidakadilan,” tegas Dicky.
Booster, menurutnya, saat ini diperlukan untuk mereka yang sangat berisiko tinggi terinfeksi dan mengalami kesakitan. Contohnya seperti tenaga kesehatan.
ADVERTISEMENT
Kini, hal yang terpenting adalah menyuntikkan vaksin dosis penuh kepada masyarakat sebanyak mungkin.
“Bahwa cakupan vaksinasi kita ini masih belum juga menembus 50% dari total populasi, maka strategi yang paling ideal adalah pertama, mengejar cakupan vaksinasi penuh setidaknya 50%.”