Rapid Test Banyak Negatif Palsu, LIPI Bikin Alat Uji Corona Setara PCR

26 Juni 2020 13:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dr. Laksana Tri Handoko Kepala LIPI di Kemenko Maritim dan Investasi, Jakarta Pusat, Kamis (12/12). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Laksana Tri Handoko Kepala LIPI di Kemenko Maritim dan Investasi, Jakarta Pusat, Kamis (12/12). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tengah mengembangkan alat deteksi COVID-19, yakni reverse transcription loop-mediated isothermal amplification (RT-LAMP) turbidimetri. Alat ini diproyeksikan untuk menggantikan rapid test, yang secara akurasi kurang baik.
ADVERTISEMENT
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan, alat ini akan selesai uji validasi pada Agustus atau September 2020.
"Harapannya bulan Agustus atau September uji validasi dan optimalisasi sudah selesai," kata Handoko dilansir Antara, Jumat (26/6).
LIPI sedang menggunakan dua RT-LAMP yang masing-masing menggunakan metode yang berbeda, yakni turbidimetri dan kolorimetri.
RT-LAMP turbidimetri saat ini sudah sampai pada tahap mampu mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Sementara, RT-LAMP kolorimetri masih belum sampai pada tahap tersebut.
"Proses pengembangan RT-LAMP dengan dua metode berbeda itu terus berlanjut," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa LIPI dan PT Biosains Medika Indonesia bekerja sama mengembangkan RT-LAMP tersebut.
Untuk dapat setara dengan reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR), kata dia, maka perlu pengembangan perangkat RT-LAMP yang lebih akurat lagi.
ADVERTISEMENT
Menurut dia RT-LAMP mampu memberikan hasil reaksi deteksi virus SARS-CoV-2 dalam waktu satu jam.
Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
RT-LAMP memiliki sensitivitas yang sama dengan quantitative reverse transcription PCR (RT-qPCR). RT-LAMP telah digunakan untuk mendeteksi virus Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS CoV), Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan influenza.
"Reagen untuk reaksi LAMP juga tersedia dan berbeda dengan yang digunakan pada uji PCR," jelas dia.
Selain itu, RT-LAMP mampu menggantikan rapid test karena akan lebih akurat dengan langsung mendeteksi virusnya. Berbeda dengan rapid test yang mendeteksi COVID-19 berdasarkan antibodi yang terbentuk setelah tujuh hari dari infeksi awal.
Warga dan civitas akademik antre untuk mengikuti rapid test di Institut Teknologi Nasional (Itenas), Jawa Barat, Kamis (18/6). Foto: M Agung Rajasa/ANTARA FOTO
Rapid test bisa memberikan hasil positif atau negatif palsu. Oleh karena itu, hasil reaktif dari rapid test harus dikonfirmasi dengan hasil uji usap (swab test) dengan pemeriksaan laboratorium menggunakan metode PCR.
ADVERTISEMENT
"RT-LAMP ini bisa lebih diandalkan dari pada 'rapid test' (tes cepat) yang berbasis antibodi," ujarnya.
Setelah lolos uji validasi, maka dapat diperoleh izin edar RT-LAMP dari Kementerian Kesehatan sehingga alat tersebut bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi COVID-19 di tengah masyarakat.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona!