Rasio Tes PCR Corona di Indonesia Terendah Ketiga di Asia Tenggara

7 Mei 2020 12:09 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Swab test di Stasiun Bogor.  Foto: Dok PT KCI
zoom-in-whitePerbesar
Swab test di Stasiun Bogor. Foto: Dok PT KCI
ADVERTISEMENT
Indonesia kini menjadi negara dengan jumlah positif corona terbanyak kedua di kawasan Asia Tenggara. Per 6 Mei 2020, ada 12.438 kasus positif yang terungkap di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Singapura masih berada di posisi pertama dengan 20.198 kasus positif. Posisi paling buncit ditempati oleh Laos. Hanya ada 19 kasus positif corona yang dilaporkan negara tersebut.
Persoalannya, angka positif itu tak merepresentasikan kenyataan sesungguhnya. Tak pernah ditahui pasti ada berapa orang yang benar-benar terjangkit. Kecuali, melakukan tes kepada seluruh penduduk di negara tersebut.
Ini menjadi persoalan serius lantaran alat tes polymerase chain reaction (PCR) itu sendiri terbatas. Hingga kini, belum ada satu negara pun yang melakukan tes kepada seluruh populasi. Artinya, selalu ada bias antara kenyataan dengan data yang diumumkan.
Oleh sebab itu, penting untuk melihat rasio antara total tes PCR dengan populasi penduduk. Namun karena populasi penduduk tiap negara berbeda, kita bisa menggunakan satuan per 1 juta penduduk.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana cara menghitungnya?
Berdasarkan data Worldometers, Rabu (6/5), total tes PCR di Indonesia mencapai 128.383. Tapi, angka ini sebenarnya merupakan jumlah spesimen, bukan jumlah orang yang dites. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 menyebut, orang yang dites baru berjumlah 92.976 orang (1 orang bisa tes lebih dari 1 kali).
Namun, dalam perhitungan kali ini, kita tetap menggunakan angka dari Worldometers agar bisa dibandingkan dengan negara-negara lain.
Dari data tersebut, Indonesia ada di urutan ke-6 dari 11 negara di Asia Tenggara. Sementara Vietnam, menjadi negara dengan total tes PCR terbanyak. Jumlahnya bahkan dua kali lipat dari Indonesia, yaitu 261.004. Di atas kertas, semakin banyak jumlah tes yang dilakukan, maka semakin akurat data positif yang dihasilkan.
Sejumlah siswa menggunakan masker berdiri dalam antrean untuk dipesika suhu tubuh setelah kembali sekolah di Marie Curie, Hanoi, Vietnam. Foto: AFP/Manan VATSYAYANA
Meski begitu, populasi antara Indonesia dan Vietnam berbeda. Oleh karena itu, perlu mengukur sebaran tes PCR terhadap populasi. Di sini satuan yang kita gunakan adalah per 1 juta populasi.
ADVERTISEMENT
Begini simulasinya:
Menurut Worldometers, penduduk Indonesia per 6 Mei 2020 mencapai 273.523.615. Sementara itu, tes total tes PCR ada di angka 128.383.
Maka, rumus yang bisa kita gunakan adalah:
(Total Tes PCR / Jumlah Penduduk) X 1.000.000
atau
(128.383 /273.523.615) X 1.000.000 = 469
Aktivitas di pabrik bio farma. Foto: Dok: East Ventures
Artinya, Indonesia hanya mampu melakukan tes terhadap 469 orang dari 1 juta populasi.
Dengan rumus yang sama, Vietnam mampu berbuat lebih banyak. Mereka mampu melakukan tes terhadap 2.681 orang dari 1 juta populasi.
Lengkapnya lihat grafik di bawah ini:
Berdasarkan grafik itu, Brunei menjadi negara dengan rasio tes PCR tertinggi. Dari 1 juta penduduk, pemerintah Brunei mampu melakukan tes terhadap 33.725 orang.
ADVERTISEMENT
Dengan kemampuan tes sebanyak itu, jumlah kasus positif di Brunei pun nyatanya tetap rendah, yaitu 139 kasus.
Sebanyak 131 kasus di antaranya bahkan telah sembuh. Artinya, sebaran corona di negara tersebut memang benar-benar rendah.
Staf medis Indonesia ikut serta dalam tes massal untuk virus corona COVID-19 di stadion Patriot di Bekasi. Foto: AFP/REZAS
Rasio tes PCR di Indonesia sendiri menempati urutan ketiga dari bawah. Menariknya, dengan rasio yang sedikit itu, jumlah kasus positif corona di Indonesia terbilang banyak jika dibandingkan negara Asia Tenggara lain.
Artinya, jika rasio tes PCR di Indonesia ditingkatkan, bukan tidak mungkin jumlah kasus positif meningkat berkali-kali lipat.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.