Ratusan Unta di Uni Emirat Arab Mati Akibat Makan Sampah Plastik

26 November 2020 19:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi unta Foto: REUTERS/Faisal Al Nasser
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi unta Foto: REUTERS/Faisal Al Nasser
ADVERTISEMENT
Ratusan unta di Uni Emirat Arab (UEA) selama satu dekade terakhir dilaporkan mati akibat memakan sampah plastik.
ADVERTISEMENT
Mengutip The National News, dari 30 ribu unta yang diteliti sejak 2008 baik di lapangan atau di laboratorium, sekitar 300 ekor unta mati karena polybezoars yakni gumpalan bahan plastik yang tidak dapat dicerna. Hal ini berdasarkan laporan penelitian Central Veterinary Research Laboratory (CVRL) Dubai.
Penelitian itu menunjukkan bahwa satu dari 100 kematian unta di UEA terjadi karena sampah plastik yang dimakan.
Plastik-plastik itu dimakan oleh unta ketika ditinggalkan oleh manusia baik saat berkemah atau karena membuang sampah sembarangan.
Dalam penelitian yang bertajuk The Plight of Camels Eating Plastic Waste yang dipublikasikan di Journal of Arid Environments disebutkan bahwa polybezoars yang ditemukan di perut unta dapat mencapai 53kg.
Selain kantong plastik, ditemukan juga tali dan hingga pecahan botol plastik, termasuk tutup botol yang menumpuk selama bertahun-tahun dan dimakan oleh hewan khas gurun tersebut.
ADVERTISEMENT
“Bagi saya, sebagai dokter hewan, melihat semua penderitaan hewan ini, sungguh memilukan,” kata Dr Ulrich Wernery, Direktur Ilmiah CVRL dan juga penulis jurnal.
“Jika anda melewati gurun, anda akan menemukan plastik di mana-mana. Orang tidak peduli; mereka membuang sampah dari mobil mereka dan sampah itu terbang ke mana-mana," lanjutnya.
Ilmuwan lain yang pertama kali meneliti soal unta tersebut, Dr Marcus Eriksen, melihat secara langsung bagaimana masalah sampah plastik di negara Teluk Arab itu telah meningkat.
Di gurun, ia menunjukkan kerangka unta dengan gumpalan sampah yang terlihat di dalam tulang rusuk.
Eriksen mengatakan gumpalan sampah plastik itu menjadi penyumbatan yang 'sangat menyakitkan' yang bisa berakibat fatal, dan juga menyebabkan jumlah bakteri di tubuh unta melonjak, mengakibatkan infeksi yang mematikan.
ADVERTISEMENT
"Penyumbatan itu berubah dari ketidaknyamanan menjadi mematikan. Hewan itu perlahan mati. Sepanjang waktu mereka menderita," kata Eriksen
Masalah utama, kata Dr Eriksen, adalah bahwa kantong plastik sering kali terbawa angin dan melintasi gurun meskipun awalnya dibuang dengan benar.
Ilustrasi kantong plastik. Foto: Pixabay
Para peneliti itu menyarankan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Eriksen mengatakan bahwa penerapan berbayar dalam penggunaan plastik secara pakai dapat mengurangi penggunaannya.
Para peneliti juga menyarankan pertimbangan untuk melarang plastik sekali pakai, bersama dengan denda yang lebih berat bagi orang yang membuang kantong plastik.
“Anda tidak bisa hanya berbicara dengan orang dan berkata, 'Tolong jangan membuang sampah sembarangan'. Mereka tidak mendengarkan anda. Anda harus mendenda mereka, ”kata Dr Wernery.
“Mereka akan berhenti saat mereka harus membayar denda,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT