news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ratusan Warga Singapura Protes Hukuman Mati Pria Malaysia Penyandang Disabilitas

26 April 2022 18:57 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah poster Nagaenthran Dharmalingam difoto saat berjaga menjelang rencana eksekusi warga Malaysia Dharmalingam dan Datchinamurthy Kataiah di Taman Hong Lim di Singapura, Senin (25/4/2022). Foto: Edgar Su/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah poster Nagaenthran Dharmalingam difoto saat berjaga menjelang rencana eksekusi warga Malaysia Dharmalingam dan Datchinamurthy Kataiah di Taman Hong Lim di Singapura, Senin (25/4/2022). Foto: Edgar Su/REUTERS
ADVERTISEMENT
Masyarakat dari berbagai penjuru dunia menggelar protes terhadap pemerintah Singapura. Hal itu terkait langkah pemerintah yang akan mengeksekusi mati Nagaenthran K. Dharmalingam pada Rabu (27/4).
ADVERTISEMENT
Ratusan warga Singapura turut berkumpul di Taman Hong Lim pada Senin (25/4). Para demonstran menyalakan lilin dan memprotes rencana yang sudah bulat ini.
Aksi itu disertai orasi, doa, dan pertunjukan musik. Para pengunjuk rasa juga mengenakan kaus dengan slogan-slogan seruan agar hukuman mati segera dihapuskan.
Nagaenthran merupakan warga negara Malaysia yang ditangkap pada 2009. Menurut Malay Mail, Nagaenthran ditangkap saat mengendarai motor untuk menyeberangi perbatasan Malaysia-Singapura di Woodlands Checkpoint.
Orang-orang mengambil bagian dalam berjaga menjelang rencana eksekusi warga Malaysia Nagaenthran Dharmalingam dan Datchinamurthy Kataiah di Taman Hong Lim di Singapura, Senin (25/4/2022). Foto: Edgar Su/REUTERS
Saat ditangkap, ia membawa bungkusan koran berisi 42.7 gram heroin ke Negeri Singa tersebut. Bungkusan tersebut diikat dengan pita pada paha kiri terdakwa yang tertutup oleh celana.
Nagaenthran mengaku tidak tahu apa isi bungkusan tersebut. Menurut Nagaenthran, ia dipaksa oleh orang beralias 'King' yang mengancam akan membunuh pacarnya jika ia melawan.
ADVERTISEMENT
Nagaehthran memiliki IQ 69 yang mengkategorikannya sebagai penyandang cacat intelektual. Para aktivis dari seluruh dunia lantas menyerukan protes mereka lantaran hukuman terhadap pria tersebut. Nagaehthran dipandang sepatutnya diberikan kelonggaran yang memaklumi kondisinya.
Pada Jumat silam (22/4), taipan bisnis Inggris Sir Richard Branson dan penulis Stephen Fry turut mengunggah sebuah rekaman permohonan. Mereka meminta pemerintah Singapura untuk menghentikan eksekusi ini.
Richard Branson di New Mexico, AS, Minggu (11/7). Foto: Joe Skipper/REUTERS
"Hanya pengampunan presiden yang dapat menghentikan ini. Saya bergabung dengan banyak orang di seluruh dunia untuk meminta agar Anda [Presiden Singapura Halimah Yacob] menggunakan kekuasaan Anda untuk memberikan Nagaentrhan grasi," ucap Branson.
"Nyonya Presiden, Perdana Menteri, mata dunia tertuju pada Singapura. Nyawa Nagaenthran berada di tangan Anda," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Adapun Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) memberikan pernyataan resmi pada Senin (25/4). Jubir OHCHR, Ravina Shamdasani, menyatakan bahwa keputusan Singapura tidak sesuai dengan hukum HAM internasional.
"Beberapa banding yang mengeklaim bahwa ia menyandang cacat intelektual ditolak. Permintaan grasi pun ditolak," kata Shamdasani.
Seorang aktivis memegang poster menentang eksekusi Nagaenthran Dharmalingam di Komisi Tinggi Singapura di Kuala Lumpur, Malaysia, 9 Maret 2022. Foto: Hasnoor Hussain/REUTERS
Pihak berwenang bersikeras, Nagaehthran melakukan pelanggaran berat tersebut dengan kesadaran penuh. Pihaknya menambahkan, mereka akan mempertahankan hukuman mati. Singapura menegaskan, hukuman itu telah membantunya menjadi salah satu negara teraman di Asia.
Keluarga terdakwa tak lantas tinggal diam. Mereka menggambarkan Nagaehthran sebagai orang yang rentan, penakut, dan mudah untuk dikelabui.
Keluarga Nagaehthran juga mengatakan, kondisi mentalnya telah memburuk. Kesehatannya terpengaruh akibat menghabiskan sepertiga dari hidupnya di balik jeruji besi.
ADVERTISEMENT
Pada Kamis (21/4), ibunda Nagaehthran, Panchalai Supermaniam, membuat sebuah permintaan maaf publik. Supermaniam juga merilis permohonan untuk menyelamatkan nyawa putranya tersebut.
"Nagaenthran. Tolong selamatkan dia, agar ada keringanan. Saya minta maaf, dia telah berbuat salah. Semuanya, tolong bantu [kami]," mohon Panchalai.