news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Referendum Kaledonia Baru: Jadi Negara atau Tetap Bersama Prancis

17 Juli 2018 12:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bendera Kaledonia Baru. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Kaledonia Baru. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Kaledonia Baru yang merupakan wilayah koloni Prancis di sebelah tenggara Indonesia, bersiap menghadapi referendum. Pemungutan suara pada 4 November 2018 mendatang akan menentukan masa depan mereka.
ADVERTISEMENT
Ada dua pilihan yang harus dipilih warga Kaledonia Baru. Pertama tetap bersama Prancis atau opsi kedua, merdeka serta berdaulat dan menjadi negara terbaru di dunia.
Juru bicara kelompok pro-kemerdekaan Front Pembebasan Sosialis Nasional Kanak (FLNKS) Daniel Goa menyebut, penting bagi tanah airnya untuk ikut serta dalam referendum dan memilih merdeka.
Pemandangan air terjun dan pegunungan di Kaledonia Baru. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan air terjun dan pegunungan di Kaledonia Baru. (Foto: Pixabay)
Goa beralasan, berpisah dari Prancis adalah jawaban dari pertanyaan soal harga diri bangsa Kanak yang merupakan penduduk asli Kaledonia Baru.
"Tanggal (referedum Kaledonia Baru) sangat penting dan begitu bersejarah bagi warga Kanak, karena waktu tersebut akan membawa kami menuju akhir perjuangan tanpa henti kami selama 164 tahun," ucap Goa seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (17/7).
Jika nantinya FLNKS sukses menang referendum, Kaledonia Baru akan berganti nama resmi. Nama terbarunya yang sudah disiapkan mereka adalah Kanak Kaledonia Baru (Kanak New Caledonia).
Pemandangan di Kaledonia Baru. (Foto: Pixabay/envasa)
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan di Kaledonia Baru. (Foto: Pixabay/envasa)
"Kami akan memastikan kedaulatan kami diakui dunia dan kami akan mengajukan diri menjadi anggota tetap PBB," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Untuk berpisah dari Prancis, Goa dan kelompok pro-kemerdekaan menawarkan suatu sistem ekonomi baru yang meninggalkan sistem lama. Menurut, Goa sistem ekonomi Prancis semata-mata merugikan Kaledonia Baru karena berdasarkan eksploitasi semata.
"Kami akan mengambil kembali sumber daya alam dan sektor kunci kami, yang sekarang dikontrol penuh perusahaan Prancis," jelas Goa.
Rayuan Ogah-ogahan Prancis
Kaledonia Baru (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Kaledonia Baru (Foto: Pixabay)
Manuver FLNKS bukan berarti Prancis tinggal diam dan membiarkan wilayah kaya sumber daya alam nikel itu lepas dari genggamannya. Pada Mei lalu, Presiden Emmanuel Macron mendadak mengunjungi ibu kota Nouméa.
Kunjungan Macron di Kaledonia Baru ditanggapi dingin. Dia tidak disambut upacara adat oleh suku setempat.
Saat berada di Noumea, Macron menyebut lawatannya ditujukan menghadiri peringatan 30 tahun pembantaian Gua Ouvea yang merupakan hari memperingati kematian dua tentara Prancis dan 19 warga lokal yang kehilangan nyawa di gua tersebut.
Emmanuel Macron (Foto: REUTERS/Charles Platiau)
zoom-in-whitePerbesar
Emmanuel Macron (Foto: REUTERS/Charles Platiau)
Walau demikian, Macron sempat menyinggung referendum. Hanya saja tak banyak ucapan yang keluar dari mulutnya.
ADVERTISEMENT
"Saya harap Kaledonia Baru tetap bersama Prancis dan pemerintah kami tidak akan berpihak ke mana pun," jelas Macron.
Jelang referendum, FLNKS kini merasa di atas angin. Manuver serta lobi politik ke luar negeri gencar mereka lakukan.
Tetapi, di lapangan kondisinya berbeda. Beberapa riset survei menyebut, pandangan warga Kaledonia Baru soal referendum berbeda. Suku lokal mendukung dan warga keturunan Eropa jelas-jelas menolak.
Sayangnya, hasil survei terbaru menunjukkan penolakan berpisah dari Prancis unggul tipis. Meski demikian, warga yang belum menentukan pilihan juga angkanya masih tinggi.
Bila pada 4 November referendum memutuskan Kaledonia Baru tetap bersama Prancis, kelompok pro kemerdekaan ternyata masih diberikan kesempatan untuk bercerai.
Peluang itu berupa pelaksanaan referendum ulang pada 2020 dan pengulangan selanjutnya bila masih tetap kalah yaitu pada 2023.
ADVERTISEMENT