Refly Harun: Pak Jokowi Bubarkan Saja Stafsus Milenial, Enggak Usah Malu

22 April 2020 16:35 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Refly Harun Foto: Marcia Audita/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Refly Harun Foto: Marcia Audita/kumparan
ADVERTISEMENT
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun mengomentari mengenai aksi dari sejumlah staf khusus milenial Presiden Jokowi yang sempat jadi polemik. Bahkan Refly menyarankan Jokowi untuk membubarkan staf khusus presiden saat ini,
ADVERTISEMENT
"Saran saya sebenarnya adalah ya, Pak Jokowi bubarkan saja staf khusus itu, enggak usah malu," kata Refly saat berbincang dengan kumparan, Rabu (22/4).
Pada satu sisi, para stafsus milenial yang diangkat Jokowi memang unggul dari sisi akademis. Namun, Refly menilai mereka belum cukup dewasa dalam bertata negara.
"Kita ini bahayanya adalah mengangkat orang yang belum dewasa di satu sisi dia pandai karena pendidikannya bagus kemudian dia juga intepreneur, tapi dia belum dewasa dalam bertata negara," kata Refly.
Adapun aksi stafsus milenial yang bikin polemik adalah seperti Andi Taufan yang mengirim surat ke camat se-Indonesia mengenai perusahaannya Amartha Fintek yang siap menjadi relawan COVID-19. Kemudian, keterlibatan Ruangguru, perusahaan milik Belva Devara, dalam program Kartu Prakerja. Meski Belva kini sudah ambil sikap mundur sebagai stafsus.
Staf Khusus Milenial Presiden Joko Widodo, Andi Taufan, Belva Devara dan Billy Mambrasar. Foto: Instagram, Biro Setpres
Aksi lainnya ditunjukkan oleh Billy Mambrasar yang mencantumkan biodata 'setara dengan menteri' di akun LinkedIn miliknya. Saat ini, status tersebut sudah diubah.
ADVERTISEMENT
"Sebagai contoh kaya Billy Mambrasar menaruh status bahwa dia setingkat menteri, menurut saya orang yang krisis eksistensial kalau begitu," kata dia.
"Tapi jangan salah, bukan hanya Billy Mambrasar yang krisis, banyak orang di lingkar kekuasaan di kantor KSP yang ibarat kata masang status di mana-mana. Kalau dia pejabat di sini, pejabat di situ. Berpendapat tapi ngomong begini, itu pendapat pribadi, ya tapi mencantumkan jabatan," sambung mantan Komisaris Utama Pelindo 1 itu.
Ia menyebut perilaku macam ini layaknya fenomena perang Uhud pada zaman Nabi Muhammad. Di mana, perang itu merupakan kekalahan satu-satunya yang dialami nabi karena pasukannya serakah mengambil barang rampasan perang.
Refly mengatakan, fenomena tersebut terjadi juga saat ini terhadap orang-orang di lingkungan kekuasaan. Mengambil banyak keuntungan selagi menjabat.
ADVERTISEMENT
"Kalau bisa ambil sebanyak-banyaknya mumpung berkuasa. Mental seperti inilah menurut saya yang akan menggagalkan reformasi kita sebagai contoh misalnya KKN korupsi negara kita masih di bawah 50 angkanya hanya 38-39 (Indeks Persepsi Korupsi) itu masih kategori negara korup di dunia," pungkasnya.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.