news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Reisa Broto Asmoro: BPOM Pantau Peredaran Dexamethasone

19 Juni 2020 16:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
dr. eisa Broto Asmoro berpose di Gedung Graha BNPB, Jakarta, Jumat (12/6). Foto: Galih Pradipta/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
dr. eisa Broto Asmoro berpose di Gedung Graha BNPB, Jakarta, Jumat (12/6). Foto: Galih Pradipta/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Pandemi corona yang berkepanjangan, membuat para ahli berlomba dengan waktu untuk menemukan vaksin hingga obat penawar dari penyakit yang disebabkan COVID-19.
ADVERTISEMENT
Belakangan pemberian obat deksametason (dexamethasone) disebut dapat menyembuhkan penyakit tersebut.
Menanggapinya, Anggota tim komunikasi publik Gugus Tugas, dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan peredaran obat itu saat ini masuk dalam radar pengawasan BPOM.
Hal itu, menurut Reisa, lebih kepada bentuk pengawasan agar masyarakat tak menggila dengan mengonsumsinya tanpa mengetahui akibat atau efek samping dari obat tersebut.
"BPOM akan pantau peredaran dexamethasone, maka saudara meski kita telah mendengar berita baik kemajuan dunia kesehatan baik dalam dan luar negeri, WHO sampai saat ini belum tentukan obat atau kombinasi pengobatan yang tepat untuk perawatan pasien COVID," ujar Reisa dalam pernyataan persnya, Jumat (17/6).
Reisa menjelaskan, penggunaan obat steroid termasuk dexamethasone diwajibkan adanya pengawasan dan izin penuh dari pihak dokter.
dr. Reisa Broto Asmoro menjawab pertanyaan saat wawancara di Gedung Graha BNPB, Jakarta, Jumat (12/6). Foto: Galih Pradipta/Antara Foto
Hal itu untuk mengantisipasi munculnya efek samping dari obat yang bentuknya akan berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.
ADVERTISEMENT
"Pemakaian obat-obat steroid hanya dibolehkan dalam pengawasan ahli, dokter, dan dilakukan dengan sarana yang memadai. Tentunya yang siap tangani efek samping yang terjadi," jelas Reisa.
Ia menegaskan bahwa Kemenkes termasuk WHO menekankan pentingnya konsultasi dokter terkait penggunaan obat jenis tertentu. Sebab, obat ini tergolong efektif untuk pasien berkategori berat.
Konsumsi antibiotik yang salah, kata Reisa, justru akan berdampak pada resistensi tubuh seseorang terhadap obat jenis lain.
"Yang pasti, WHO dan Kemenkes tetap berpesan untuk ikuti petunjuk dokter, tak boleh mengobati diri sendiri. Hindari penggunaan antibiotik yang tak tepat karena dapat sebabkan resistensi," tegas Reisa.
Belum adanya penelitian klinis soal jenis obat tertentu yang dapat menangkal menyebarnya virus COVID-19, membuat tindak pencegahan masih jadi cara ampuh untuk dapat dilakukan masyarakat sekarang ini.
ADVERTISEMENT
"Sekali lagi belum ada pengobatan COVID-19 sampai saat ini yang dapat mencegah. Maka cara terbaik adalah terapkan protokol kesehatan: jaga jarak, pake masker, cuci tangan pakai sabun dan air, dan semua tentu akan lebih baik karena mencegah lebih mudah, lebih baik dan murah dari mengobati," kata Reisa.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
**
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.