Relawan Uji Vaksin Corona Nusantara Dapat Insentif, Biaya Screening Ditanggung

17 Februari 2021 18:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Terawan Agus Putranto saat meninjau persiapan uji klinis fase II vaksin Nusantara di RSUP dr. Kariadi Semarang. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Terawan Agus Putranto saat meninjau persiapan uji klinis fase II vaksin Nusantara di RSUP dr. Kariadi Semarang. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Terawan Agus Putranto memiliki kesibukan baru setelah tidak lagi menjadi Menteri Kesehatan, yakni memantau pelaksanaan uji klinis vaksin Nusantara. Saat ini, uji klinis I yang melibatkan 27 relawan sudah selesai.
ADVERTISEMENT
Tim peneliti Vaksin Nusantara dari RSUP Dr Kariadi, dr Yetty Movieta Nency, mengatakan, para relawan uji klinis vaksin COVID-19 ini mendapatkan uang pengganti berupa biaya transportasi.
Sayangnya, Yetty tidak membeberkan berapa nominal uang transportasi yang diberikan untuk seluruh relawan yang merupakan warga Kota Semarang.
"Jadi itu adalah kaidah dari klinikal trial atau uji klinis manusia itu sangat menghormati manusia. Nomor satu keamanan, hak pasien dijaga, uang transport diganti, tidak keluar biaya sepeser," ujar Yetty, Rabu (17/2).
Bahkan, dalam proses seleksi relawan, pihaknya rela menggelontorkan dana hingga jutaan rupiah. Uang itu digunakan untuk biaya skrining kesehatan terhadap setiap relawan.
"Makanya benar-benar di awal kita screening dengan sangat strict. Biaya screening memang mahal sekali, semua kita periksa full biaya Rp 5 juta satu orang," ujar dia.
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
"Untuk skirining, semua ditanggung oleh penelitian karena kita benar-benar ingin membuktikan bahwa penelitian vaksin itu aman. Jadi kenapa penelitian vaksin itu mahal, karena sebelumnya melalui proses skirining-skrining yang biayanya sangat mahal," lanjut Yetty.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, dia berharap jangan ada lagi masyarakat yang meremehkan atau meragukan efektivitas dari vaksin Nusantara, jika uji klinisnya sudah selesai dan dapat diberikan ke masyarakat.
Sebab, proses pembuatan vaksin Nusantara ini sudah melewati fase yang sangat panjang.
dr. Yetty Movieta Nency, Sp.A(K), peneliti Vaksin Nusantara dari RSUP Dr Kariadi Semarang. Foto: Dok. RSUP Dr Kariadi
"Jadi makanya jangan sampai ada pikiran vaksin tidak aman, meragukan efektivitas vaksin. Dari penelitian vaksin sampai ke pasien dalam bentuk injeksi disuntikan jalannya panjang, biaya banyak, subjek penelitian banyak yang mereview, sangat ketat. Jadi jangan apriori atau punya pendapat-pendapat yang tidak produktif," tutup Yetty.
Dalam proses uji klinik I, sebanyak 27 relawan berusia 18-59 tahun dilibatkan. Mereka tentunya harus memenuhi sejumlah persyaratan, salah satunya dengan tidak memiliki penyakit bawaan.
Vaksin yang berbasis sel dendritik ini mulai dikembangkan pada September 2020. Namun, penetapan tim penelitian uji klinis vaksin ini dilakukan pada 12 Oktober atau 2 bulan sebelum Terawan kena reshuffle kabinet.
ADVERTISEMENT