Remaja hingga Ibu-ibu di Aceh Kampanye Setop Kekerasan pada Perempuan

25 Maret 2018 16:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kampanye stop kekerasan terhadap perempuan (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kampanye stop kekerasan terhadap perempuan (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Aktivis perempuan dari beragam komunitas di Banda Aceh menggelar kampaye anti kekerasan terhadap perempuan di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Minggu (25/3). Dalam aksi itu mereka menuntut pemerintah untuk memenuhi hak-hak perlindungan dan menghentikan kekerasan terhadap perempuan.
ADVERTISEMENT
Dalam kampanye tersebut para peserta menunjukkan aksi mereka dengan cara longmarch mengelilingi lapangan Blang Padang sambil membawa poster dan spanduk berisi kampanye, tuntutan, serta harapan terhadap hak-hak perempuan. Grup musik Putroe Kande turut mengiringi kampanye ini dengan memukul jenis alat musik tradisional Aceh rapai dan Seurune Kalee.
Kampanye stop kekerasan terhadap perempuan (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kampanye stop kekerasan terhadap perempuan (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh, Nevi Ariyani, mengajak seluruh perempuan di Aceh untuk bersatu menyuarakan aspirasi mereka. Ia mengimbau agar seluruh lembaga atau komunitas yang bergerak aktif dengan isu perempuan untuk bersama-sama mendampingi dan memberikan pendidikan kepada perempuan.
Hasil data dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh, di tahun 2017 jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan mencapai 687 kasus. Angka tersebut menurun dibandingkan 2016 yaitu 711 kasus, kendati demikian jumlah tersebut dinilai masih cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
“Hak perempuan belum sepenuhnya terpenuhi. Perempuan masih tertinggal di banyak sektor seperti pendidikan, politik, pekerjaan, dan belum terbebas dari kekerasan,” ujarnya.
Dalam diskusi kecil usai berkampanye, para aktivis itu turut membacakan tuntutan mereka. Di antaranya tentang kebijakan diskriminatif, penghapusan kekerasan, menyelesaikan secara hukum kasus kekerasan yang dialami perempuan, dan pelayanan kesehatan yang layak.
“Semua tuntutan itu kami suarakan agar pemerintah atau instansi dan lembaga terkait lebih memperhatikan nasib perempuan di Aceh,” imbuhnya.
Kampanye stop kekerasan terhadap perempuan (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kampanye stop kekerasan terhadap perempuan (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
Sementara itu, Ketua Presidium Balai Syura, Khairani Arifin, berharap momentum kampanye dalam rangka International Womens Day (IWD) bisa menjadi momentum bagi pemerintah dan masyarakat untuk melihat persoalan perempuan dalam berbagai isu mulai dari isu lingkungan hidup, politik, sampai dengan pelaksanan syariat Islam yang humanis dan adil bagi semua orang.
ADVERTISEMENT
“Berharap pemerintah memperhatikan isu-isu yang kita munculkan ini menjadi concern utama kerja-kerja pemerintah ke depan yang termuat dalam perencanaan yang dapat dilaksanakan, penuhi dan perhatikan," katanya.
"Harapannya, momen ini juga bisa menjadi bagian dari refleksi pemerintah terhadap kebijakan, program dana anggaran yang telah dijalankan selama ini apakah benar-benar sudah menjawab kebutuhan perempuan dan kelompok marginal lainnya dalam bidang kehidupan,” imbuh Khairani.
Kampanye tersebut merupakan bagian dari peringatan Hari Perempuan Dunia 8 Maret, Hari Air Dunia 22 Maret, dan Hari Kebenaran Internasional 24 Maret. Peringatan tiga momen ini digelar sekaligus lantaran semuanya berkaitan dengan kondisi perempuan saat ini.
Dalam kampanye itu turut dihadiri istri Gubernur Aceh Darwati A Gani, mantan Wali Kota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh Nevi Ariyani, masyarakat sipil, dan aktivis perempuan.
ADVERTISEMENT