Respons Ancaman PBB, Militer Myanmar Tegaskan Siap Hadapi Sanksi dan Isolasi

4 Maret 2021 13:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pengunjuk rasa menggunakan alat pemadam kebakaran sementaras elama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, Rabu (3/3).   Foto: STR/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pengunjuk rasa menggunakan alat pemadam kebakaran sementaras elama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, Rabu (3/3). Foto: STR/AFP
ADVERTISEMENT
Junta Militer Myanmar menyatakan siap melawan sanksi dan isolasi yang akan dijatuhkan.
ADVERTISEMENT
Myanmar banjir kecaman dunia, usai kerusuhan paling berdarah pecah pada Rabu (3/3/2021). Saat itu, 38 warga sipil tewas saat ikut demo menentang militer.
Polisi menembakkan gas air mata ke aras pengunjuk rasa selama demonstrasi menentang kudeta militer di Mandalay, Myanmar, Rabu (3/3). Foto: STR/AFP
Merespons peristiwa itu, Utusan Khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener, menghubungi Deputi Panglima Militer Myanmar Soe Win. Dia memperingatkan, bahwa militer akan berhadapan dengan sanksi serta isolasi dari berbagai negara.
"Jawabannya: kami sudah pernah disanksi dan kami bertahan," kata Burgener seperti dikutip dari Reuters.
"Saat kami memperingatkan kalian akan diisolasi, dia menjawab lagi: kami sudah belajar bagaimana berjalan dengan segelintir teman," sambung dia.
Polisi berlari ke arah pengunjuk rasa untuk membubarkan demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, Rabu (3/3). Foto: STR/AFP
Sebelum ini Myanmar sudah dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat, Inggris, Kanada sampai Uni Eropa. Sanksi berupa pembekuan aset.
Krisis di Myanmar bermula dari kudeta pemerintahan Aung San Suu Kyi pada awal Februari.
ADVERTISEMENT
Kudeta direspons oleh masyarakat Myanmar dengan menggelar demo besar hampir tiap hari.
Para pengunjuk rasa yang mengenakan helm meneriakkan slogan-slogan saat mereka berdiri di belakang barikade di Sanchaung, Yangon, Myanmar, Rabu (3/3). Foto: Reuters
Demi membubarkan demo, militer dan polisi menggunakan berbagai tindak kekerasan seperti melepaskan tembakan peluru tajam ke arah demonstran.
PBB melaporkan sejak awal kudeta kurang lebih 50 warga Myanmar kehilangan nyawa.