Revitalisasi Monas: Berkonsep Mirip Lapangan Banteng, Pohon Ditebang

22 Januari 2020 5:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara revitalisasi Monas. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara revitalisasi Monas. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Warga Jakarta dan sekitarnya, mari kita bersiap melihat wajah baru Monumen Nasional (Monas).
ADVERTISEMENT
Tahun ini, Pemprov DKI memutuskan untuk merevitalisasi kawasan Monas menjadi kawasan yang lebih terbuka. Revitalisasi sudah mulai dilakukan sejak akhir 2019, dan ditargetkan selesai 2021.
Nantinya, wajah baru Monas akan memiliki banyak Ruang Terbuka Hijau (RTH). Begitu juga tersambung dengan moda transportasi MRT fase II.
Bagaimana konsep yang dibawa Pemprov DKI? Apa saja yang dilakukan dalam proses revitalisasi ini?
Konsep Mirip Lapangan Banteng
Kepala Dinas Citata Pemprov DKI Jakarta Heru Hermawanto mengatakan, revitalisasi atau penataan kembali kawasan Monas tak akan jauh berbeda dengan Lapangan Banteng.
“Iya, persis kalau kita lihat Lapangan Banteng, seperti itu,” kata Heru kepada wartawan di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (21/1).
Seseorang terlihat berjalan di sekitar proyek revitalisasi Monas. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pagar di sepanjang sisi selatan Monas akan diruntuhkan. Begitu juga halte TransJakarta di IRTI Monas juga akan dipindahkan, mengingat Pemprov DKI membuat banyak perubahan terkait tata letak fasilitas.
ADVERTISEMENT
Plaza Selatan Monas nantinya akan langsung berbatasan dengan Jalan Medan Merdeka Selatan. Dengan begitu, pagar akan dibongkar, termasuk halte bus akan dipindahkan. Kondisi ini membuat Plaza Selatan Monas terhubung dengan Perpustakaan Nasional.
Sementara itu, Lenggang Jakarta yang menjadi lokasi UMKM berjualan juga akan dipindahkan. Saat ini, Lenggang Jakarta berada di sisi selatan Monas tepatnya di samping parkir IRTI.
“Dipindahkan di posisi Gambir. Kan (rencananya) akses pertama nanti melalui Gambir. Gambir sendiri bukan menjadi stasiun luar kota, nanti akan diintegrasikan,” kata Heru.
Tak Ada Basement untuk Parkir
Suasana Food & Culture Park Lenggang Jakarta, di kawasan selatan Monas, Senin (20/1). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Heru menegaskan lahan parkir tetap berada di permukaan tanah dan tak akan dibangun basement khusus. Padahal, membangun basement seluas 160 hektare di Monas merupakan ide Presiden Joko Widodo saat masih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
“Engggak ada (basement), dulu konsepnya memang basement,” ucap Heru.
Kala itu, Jokowi mengungkapkan basement, selain berfungsi sebagai lahan parkir, juga bisa menjadi tempat penjualan suvenir dan memiliki fungsi pertahanan.
Namun, menurut Heru, langkah tersebut tidak ramah lingkungan.
“Lah lebih enggak (ramah) lingkungan air, sama sekali. Coba buat basement gimana nanti debitnya (air) bisa mati,” ujar Heru.
Pohon-pohon Ditebang
Sisi barat daya dan selatan Monas menjadi titik yang akan banyak diubah.
Untuk di sisi selatan, atau Jalan Medan Merdeka Selatan, Pemprov DKI harus menebang 190 pohon. Tujuannya adalah untuk mengoptimalisasi fungsi kawasan dengan konsep RTH, integrasi transportasi dan kegiatan pemerintahan.
Tak hanya itu, di kawasan tersebut juga akan dibangun Lapangan Plaza yang dapat menjadi wadah ekspresi warga. Nantinya, juga akan dibangun kolam yang dapat merefleksikan bayangan Tugu Monas.
Foto udara proyek revitalisasi Monas. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
“Dari 190 pohon di area Selatan, beberapa akan dilakukan pemindahan ke area Barat, Timur, serta area parkir kendaraan yang selama ini berada di kawasan Medan Merdeka, atau dikenal dengan eks parkir IRTI (Ikatan Restoran dan Taman Indonesia),” terang Kepala Unit Pengelola Monas, Muhamad Isa Sanuri.
ADVERTISEMENT
Sementara di sisi barat daya diperuntukan untuk stasiun MRT fase II. Sebanyak 92 pohon harus ditebang untuk kebutuhan alat-alat berat dan gardu listrik bawah tanah. Pembangunan di sisi barat daya Monas berada di bawah MRT Jakarta.
"92 Pohon yang ditebang tersebut sudah diganti dengan 920 pohon. Terdiri dari 800 pohon tabebuya dan 120 pohon cemara norfolk. Yang kami tanami di utara, barat, dan barat daya," kata Corporate Secretary MRT Muhammad Kamaluddin.
Klarifikasi Pemprov DKI soal Mundurnya Revitalisasi Monas
Perencanaan revitalisasi Monas telah berlangsung sejak 2019. Bahkan, Pemprov DKI membuka sayembara desain Monas dan telah terpilih pemenangnya.
Namun, lambatnya konseptualisasi desain dan detail engineering design atau (DED) baru diserahkan September 2019. Hal ini membuat revitalisasi kawasan Monas baru terlaksana pada November 2019.
ADVERTISEMENT
Revitalisasi selatan Monas yang memakan anggaran sebesar Rp 71 miliar. Dan untuk sisi selatan ditargetkan selesai pada Februari 2020.
Desain Revitalisasi kawasan Monas. Foto: Dok. Pemprov DKI Jakarta
Desain Revitalisasi kawasan Monas. Foto: Dok. Pemprov DKI Jakarta
Desain Revitalisasi kawasan Monas. Foto: Dok. Pemprov DKI Jakarta
“Pemenang lombanya baru ngasih detail di bulan September. Mendesain dan menuangkan itu tidak mudah. Kalau kita buat detailnya mah ayuk (cepat dikerjakan),” ungkap Heru.
Karena mundurnya penyerahan DED, begitu juga target bisa menjadi mundur, maka kontraktor meminta perpanjangan waktu.
Pengerjaan revitalisasi Monas. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
“Kontraknya itu 12 November, 50 hari selesai berarti akhir Desember (2019) harusnya. Desember enggak kelar berarti ada perpanjangan waktu 50 hari. Berarti nanti perkiraan di akhir Februari (2020),” jelasnya.
Namun, revitalisasi Monas ini dibantah berkaitan dengan perhelatan Formula E di Jakarta pada Juni 2020. Memang, rute perlintasan nanti akan melintasi sekitar kawasan Monas.
ADVERTISEMENT
“Tidak ada hubungannya, karena itu semua dirancang sebelum Formula E, rancangannya kan dari 2018,” ujar Heru.
Kritik dari DPRD DKI
Komisi B DPRD DKI Jakarta saat meninjau sisi Selatan Monas yang gundul, Jakarta, Senin (20/1/2020). Foto: Efira Tamara/kumparan
Proyek penataan kembali Monas menjadi sorotan, terutama dengan banyaknya pohon yang ditebang. Kondisi ini ikut disoroti Komisi B DPRD DKI saat sidak ke proyek revitalisasi sisi selatan Monas yang gundul.
Bahkan, anggota Komisi B DPRD DKI Fraksi PDIP Pandapotan Sinaga menyebut DPRD kecolongan dengan proyek ini.
"Ini kecolonganlah di depan Balai Kota kita melihat seperti ini. Kita tahu setelah dari koran tadi ada pemotongan pohon. Dan ini enggak kelihatan dari jalan. Dan setelah lihat makin curiga kita makin pertanyakan," ujar Pandapotan kepada wartawan.
Revitalisasi ini juga dikritik karena baru benar-benar dikerjakan di awal tahun 2020. Padahal, pengerjaan proyek ini menggunakan anggaran 2019.
Foto udara revitalisasi Monas. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Pekerjaannya ini adalah anggaran 2019, dikerjakan tahun 2020. Masa kerjanya kita cek 50 hari kerja. Makanya saya terkejut juga melihat pekerjaan ini, kok dipaksain seperti ini," ungkap dia
ADVERTISEMENT
Terkait banyaknya pohon yang ditebang, Pandapotan menilai pohon-pohon itu semestinya tak perlu ditebang, tetapi cukup dipindahkan.
"Pekerjaan ini adalah dalam rangka yang dikatakan revitalisasi Monas adalah memindahkan pohon yang katanya dipindahkan, bukan ditebang. Giliran kita di sini kita lihat bukan dipindahkan malah ditebang," tutupnya.

Kontraktor Revitalisasi Monas Dipertanyakan

Proyek revitalisasi Monas. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Revitasliasi Monas dikerjakan oleh PT Bahana Prima Nusantara. Kontraktor ini dipertanyakan oleh Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI, Justin Adrian Untayana.
Justin mengatakan, PSI sudah mendatangni alamat kantor kontraktor itu. Tapi, ternyata alamat itu tidak berisi kantor PT Bahana Prima Nusantara.
"Saya minta pengurus partai di Ciracas untuk ngecek lokasi dan katanya mereka hanya menemukan pabrik tahu. Nah sebenarnya itu hanya ungkapan saja, karena ada temuan seperti ini, tentunya ini akan kita gali lebih dalam lagi, termasuk Dinas Citata juga," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Justin belum bisa memastikan apakah kontraktor pemenang tender proyek itu hanya sekadar numpang alamat atau memang bermasalah.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Citata Pemprov DKI Jakarta Heru Hermawanto mengatakan, baginya kini yang terpenting adalah melihat kontraktor dapat mengerjakan proyek sesuai dengan kesepakatan.
"Masalah kontraktor, yang penting coba lihat pekerjaannya dapat berjalan. Menurut saya, faktanya seperti apa sih, boleh saja sih," jelas Heru.
Ia lalu mengungkapkan salah satu proyek yang pernah dikerjakan PT Bahana Prima Nusantara.
"Kontraktornya pernah membangun di Masjid Agung Sumbar dan pekerjaannya saya kira bagus. Saya pertama memang agak meragukan, ternyata bagus," tutup dia.
Jadi, siapa yang sudah tak sabar lihat wajah baru Monas?
ADVERTISEMENT