Revitalisasi TIM Jalan Terus, Kini Capai 27 Persen

13 Juli 2020 16:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja beraktivitas di lokasi proyek revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Kamis (6/2). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja beraktivitas di lokasi proyek revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Kamis (6/2). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) yang dijalankan Pemprov DKI Jakarta terus berlanjut di tengah pandemi COVID-19. Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Dwi Wahyu Daryoto menyebut pembangunan mencapai 27 persen.
ADVERTISEMENT
"Per 3 Juli progresnya 27 persen," kata Dwi kepada wartawan di Jakarta, Senin (13/7).
Revitalisasi TIM sempat dihentikan karena ada penolakan dari seniman. Namun, menurut Dwi, proyek itu dilanjutkan kembali sebelum lebaran.
"Sejak sebelum lebaran yah, lupa tanggal pastinya. Termasuk menyelesaikan pembongkaran sama masjid TIM kan," kata Dwi.
Sejumlah bajaj dan mobil terparkir di kawasan Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (19/2). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Menurut Dwi, saat ini tidak ada lagi protes dari seniman di TIM. Menurutnya, masukan dari para seniman juga sudah ditampung oleh Jakpro sebagai acuan pembangunan TIM.
Masukan itu menyangkut pembangunan tempat latihan untuk sejumlah cabang kesenian. Selain itu juga keberadaan ruang terbuka hijau.
"Enggak ada protes sekarang. Kan gini, protes itu bukan protes, tapi kan seniman ingin memberikan masukan, desainnya, tempat latihan, apa segala macam. Udah kita akomodasi, tapi kan tidak semua kita akomodasi, kalau desainnya enggak pas, enggak bisalah," kata Dwi.
ADVERTISEMENT

Revitalisasi Taman Ismail Marzuki Bukan untuk Komersialisasi

Masjid di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (19/2). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Revitalisasi TIM oleh Pemprov DKI sempat mendapat penolakan dari para seniman di sana. Mereka khawatir setelah revitalisasi seniman akan kesulitan menggunakan TIM terutama dalam hal finansial.
Hal itu dibantah oleh Dwi. Justru Pemprov akan mengoptimalkan pendapatan dari infrastruktur di TIM sehingga bisa digunakan untuk mengembangkan tempat tersebut.
"Nggak ada komersialisasi, sekarang optimalisasi beda dengan komersialisasi. Bagaimana kita meminimize-kan biaya yang ditanggung oleh Pemprov untuk optimalisasi TIM. Kan kita harus mutar otak dong, bagaimana supaya untuk biaya rutin pemeliharaan dan segala macam, nggak besar dan nggak bersumber dari APBD. Jangan kembali lagi kepada konsep komersialisasi," kata Dwi.