Rezeki di Siang Bolong, Pemulung di Yogya Dapat Sepeda Motor dari Orang Baik

23 Agustus 2021 14:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suhartini (42) yang sehari-hari bekerja di depo pembuangan sampah di Jalan Brigjen Katamso, Kota Yogyakarta, mendapatkan motor dari orang baik. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suhartini (42) yang sehari-hari bekerja di depo pembuangan sampah di Jalan Brigjen Katamso, Kota Yogyakarta, mendapatkan motor dari orang baik. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah video seorang pria memberikan sepeda motor baru kepada pemulung di Yogyakarta viral di media sosial. Video yang berawal dari TikTok itu diunggah kembali oleh akun Twitter @narkosun.
ADVERTISEMENT
Dalam video itu tampak seorang pria mendekati pemulung wanita. Ia sempat bertanya soal keseharian dan keluarga pemulung itu. Hingga kemudian, pria itu memberikan sepeda motor Honda Beat berwarna biru.
"Alhamdulillah, masih banyak orang baik," tulis akun tersebut.
Ibu dalam video tersebut bernama Suhartini (42). Ia bekerja sebagai pemulung di depo pembuangan sampah di Jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta.
Suhartini (42), pemulung yang sehari-hari bekerja di depo pembuangan sampah di Jalan Brigjen Katamso, Kota Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Saat ditemui kumparan, Suhartini membenarkan pemberian hadiah sepeda motor tersebut. Rezeki di siang bolong itu ia rasakan pada Sabtu (21/8).
"Tak kira buang sampah. Tapi kok nggak bawa sampah," ujar Suhartini Senin (23/8).
Ia mengira pria itu merupakan mahasiswa yang tengah menyusun skripsi. Biasanya, pria itu kerap mampir di Kantor Diskominfo DIY yang berlokasi di samping depo pembuangan sampah.
ADVERTISEMENT
"Saya bilang tangklet-tangklet (tanya-tanya) mbok kasih beras sekilo to mas. Tapi itu bercanda. Ya isin (malu) mas kalau ternyata dikasih motor saya itu," ujarnya.
Suhartini (42), pemulung yang sehari-hari bekerja di depo pembuangan sampah di Jalan Brigjen Katamso, Kota Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Awlnya, ibu enam anak itu mengira pria baik itu hanya bercanda. Akan tetapi, pria itu menyakinkan Suhartini bahwa sepeda motor itu merupakan pemberian dari Tuhan.
"Tak kira nggak beneran," ujar warga Dipowinatan, Kecamatan Mergangsang, Kota Yogyakarta itu.
"Nggak kenal. Tahu-tahu di pojok situ ngajak senyum tak kira buang sampah. Ternyata nggak bawa sampah. Langsung ke sini. Tanya-tanya, dia bilang ini tak kasihkan ibu motornya," ujarnya.
"Saya tanya masnya dari mana katanya dari Tuhan, dia cuma perantara. Bilang begitu. Terus saya tanya-tanya. Cuma senyum saja. Namanya Mas Hasan," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Selain mendapatkan sepeda motor baru, Suhartini juga diberi helm. Dokumen seperti kuitansi pembelian dan surat servis juga diberikan kepadanya.
"Terus nganu utusan dua orang lagi tanya KTP sama saya fotokopi buat surat-surat motor mungkin. BPKB ambil 6 bulan lagi," ujarnya.

Sepeda motor idaman

Sebelum diberi sepeda motor baru itu, Suhartini kerap meminjam kendaraan milik menantunya untuk mengantar anak sekolah. Ia tak enak hati karena sepeda motor menantunya itu masih nyicil.
"Karepnya (maksudnya) untuk nganter ke sekolahan. Tapi kalau nggak punya uang jalan kaki, kadang bentor. Ke sekolah ambil buku ambil ini," ujarnya.
Suhartini (42) yang sehari-hari bekerja di depo pembuangan sampah di Jalan Brigjen Katamso, Kota Yogyakarta, mendapatkan motor dari orang baik. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Dia mengaku sempat mengincar motor jadul seharga Rp 2,5 juta. Namun uang tabungannya tidak kunjung terkumpul dan justru habis buat membeli beras.
ADVERTISEMENT
"Uang belum ngumpul (motor incaran) sudah laku. Baru punya Rp 700 ribu, tidak punya beras ambil Rp 100 ribu ternyata habis nggak jadi beli, di sana motor sudah laku," ujarnya.

Bekerja karena suami sakit

Suhartini mengaku telah bekerja mengumpulkan sampah sejak dua tahun lalu. Profesi ini dimulai ketika sakit gula dan ginjal yang diderita suami semakin memburuk. Suaminya tak lagi mampu bekerja jika terik matahari amat menyengat.
"Biasanya kalau kambuh saya beliin obat di apotek," katanya.
Sang suami biasanya hanya membantu di saat pagi hari. Sementara pada siang harinya, biasanya suami menjaga anak-anak yang masih kecil.
Suhartini (42), pemulung yang sehari-hari bekerja di depo pembuangan sampah di Jalan Brigjen Katamso, Kota Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Dari enam anak Suhartini, ada empat yang masih kecil. Mereka masing-masing kelas 6 SD, kelas 4 SD, 5 tahun, dan paling kecil berumur 2,5 tahun.
ADVERTISEMENT
Suhartini bercerita is bisa mengantongi Rp 200 ribu dalam dua hari saat ramai. Saat sepi, dia hanya bisa mengantongi Rp 100 ribu dalam dua hari.
"Kalau nggak nyari ya nggak ada penghasilan. Dijual baru dapat uang. Kalau nggak nyari nggak dapat uang," ujarnya.