LIPSUS- Crazy Rich Palsu- Rhenald Kasali

Rhenald Kasali: Crazy Rich Hanya Wayang dari Pencuci Uang (3)

14 Maret 2022 9:11 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fenomena munculnya Crazy Rich Indonesia bukan hal baru, namun kini menyita perhatian masyarakat lantaran dua di antara mereka menjadi tersangka kasus penipuan judi online dan ditahan.
Selama ini, kekayaan crazy rich memang luar biasa. Yang istimewa, beberapa dari mereka belum genap berusia 30 tahun tapi bisa hidup mewah layaknya pengusaha yang sudah berpuluh tahun merintis bisnis.
Padahal, mereka bukan anak konglomerat. Tak hanya itu, sebagian crazy rich juga gemar pamer harta alias flexing di media sosial. Ternyata, inilah crazy rich abal-abal: lagak kaya bak pebisnis tapi harta didapat dengan jalan ilegal.
Jadi, dari mana sebenarnya sumber harta para crazy rich abal-abal itu?
Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, melakukan riset tersendiri mengenai fenomena crazy rich Indonesia. Bagaimana temuannya? Simak perbincangannya dengan kumparan berikut.
Bagaimana awal mula menemukan kejanggalan dari kekayaan crazy rich dadakan?
Pertama saya gerah juga, di masa pandemi kok ada di media orang pamer-pamer kekayaan, buang duit, lempar duit. Kalau orang kerja keras dia tahu cari uang, pasti dia gak akan mungkin lempar-lempar uang, buang-buang uang, HP dilempar, dibuang. Saya lihat kok ini ada keganjilan, semua bertentangan dengan kenyataan, sangat jelas sebetulnya, tapi manusia hanyut kebawa arus dan senang melihat tontonan itu.
Anda melakukan riset soal fenomena crazy rich?
Desember 2021. Saya sudah mulai curiga ini ada money laundering-nya, dari mana kekayaan mereka didapat. Saya hitung-hitung kalau katakanlah beli pesawat antara Rp 200-400 miliar, terus kalau manusia normal berpikir kamu naiknya sekali-sekali, enggak tiap hari, biaya parkir pesawatnya mahal, perawatannya mahal, harus gaji pilot berapa. Seorang pengusaha itu memikirkan cost, dia harus menghidupkan cukup banyak pegawai.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Rhenald Kasali. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Siapa saja yang ada di kategori tadi?
Kami menelusuri dan mencari beberapa sumber. Kan ini riset yang kita harus periksa di lapangan. Ada perempuan kaya raya, tetapi kemungkinan besar dia ada money laundry, dia ada usaha dari orang tertentu yang kita tidak tahu sumber dananya dari mana. Kasusnya ada, sebagian itu uang-uang yang mungkin hasil kejahatan.
Jadi orang yang menjadi sumber dana memang ada usaha sering memberikan proposal, dan kami dapat informasi dari orang-orang yang uangnya hilang. Jadi mereka mau bisnis bikin kripto, kan kripto katanya yang paling seksi saat ini.
Si A mengaku keluar uang Rp 250 miliar, 200 miliar, 100 miliar, mereka orang baik-baik yang ingin investasi tetapi di tangan orang itu. Dan orang inilah yang sering memberikan modal kepada orang-orang lain itu, dan dia ada di belakang layar. Kami melihatnya, oh barangkali ini ada orang yang memang partnership dan ada orang yang punya uang.
Nah, orang yang punya uang itu enggak kelihatan, jadi yang tampil, yang disebut crazy rich hanya wayang yang tampil di depan karena memang dibutuhkan oleh orang-orang yang sedang mencuci uang. Itu yang kami lihat. Dari situ kami lihat ini berbahaya sekali, akhirnya kita kasih namanya flexing.
Prof, kami sempat dengar ada crazy rich yang uangnya titipan dari pengusaha?
Sebagian yang kami amati ada tendensi seperti itu, tapi bukan hanya mereka, ada juga yang kategorinya small crazy rich di antara entrepreneur muda, itu juga kami temui.
Kalau entrepreneur muda yang kami temui bahkan terus terang menyebutkan punya properti besar, stuck di masa pandemi. Saya tanya modalnya dari mana, sekarang dia kewalahan karena tidak bergerak propertinya. Dia sebutkan pada saya itu uang titipan seorang tentara pangkatnya ini, ada hakim, ada macam-macam, titip Rp 500 juta, Rp 1 miliar, Rp 2 miliar, dititipkan di dia, sehingga di media dia disebut sebagai pengusaha yang besar di usia dia, di bidang properti.
Setelah ketemu saya, saya bilang ini money laundering. Ini titipan dari orang-orang yang tidak bisa simpan cash, dan punya perjanjian dengan orang-orang itu, bahwa tidak boleh menyebutkan itu uangnya mereka. Tapi pada saatnya, dengan kekuasaan mereka, uang itu harus kembali.
Modusnya dititipi uang yang diduga untuk cuci uang?
Bukan taipan, orang-orang yang bekerja untuk publik, dia khawatir dengan uangnya dan kemudian uang itu diputar di yang kategorinya kecil-kecil ini, yang taruh Rp 500 juta, atau Rp 1-2 miliar.
Mereka titip uang sukarela atau harus dikembalikan?
Akan dikembalikan, jadi diputar uangnya, dititipkan pada anak ini. Nah, teman-temannya semua bingung kok tiba-tiba kaya raya, dan dia tampil sebagai pengusaha sukses. Padahal itu uang titipan dari orang-orang yang tidak bisa simpan uangnya di bank.
Ilustrasi pamer kekayaan atau flexing. Foto: Westend61/Getty Images
Khawatir ketahuan PPATK ya prof?
Iya.
Ada juga harta dari hasil penipuan trading yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan?
Nah belakangan terungkap, jadi saat kita lagi tayangkan begini, kemudian saya mulai membaca orang yang tertipu dengan itu, Binomo. kami dalami. Setelah itu kami telusuri perusahaan ini asalnya dari mana, hampir semua yang terlibat penipuan terdaftarnya di tax haven, Siprus, Jamaika, St Vincent, Malta.
Apakah kekayaan hasil penipuan sindikat internasional lewat binary option bisa dibilang lebih canggih ketimbang dititipi uang oleh pengusaha?
Agak berbeda, kalau dititipkan oleh taipan itu memang money laundering. Kalau taipan itu memang mereka cuci. Tapi kalau binary pakai kekuatan teknologi baru untuk menjerat orang dan dilakukan secara sistematis dan ada tokoh figurnya yang melakukan cara-cara baru. Di Bulgaria ada namanya Ruja Ignatova, Phd dari Oxford, dia menipu ada yang bilang mencapai 13 miliar USD.
Yang menitipkan uang diberi pressure atau target tertentu?
Iya, dan ini sudah mulai banyak.
Kalau yang seperti binomo itu pasti ada target, targetnya harus naik terus, tapi apakah mereka sadari bahwa itu target, yang penting naik terus. Kalau skema ponzi memang suatu ketika akan rontok, sekarang ini rontoknya. Ketika tidak bisa dibayar, dan pandemi akan menjadi endemi.
Infografis Crazy Rich Abal-Abal. Foto: Tim Kreatif kumparan
Crazy rich palsu ini harus kembalikan uang yang didapat? Atau imbal hasil?
Iya, akan kembalikan, paling tidak pokoknya, yang penting ini sudah tempat penyimpanan uang.
Crazy rich abal-abal ini bawa duit banyak, pasti ada tekanan tertentu ya?
Mereka kelihatannya tidak menyadari. Hari ini kita dengar Doni Salmanan diperiksa. Kemarin saya mendengar di Deddy Corbuzier, Ahmad Sahroni bilang di rekeningnya (Doni) Rp 800 miliar, artinya anak ini tidak menyadari mata PPATK itu sudah sangat jelas memantau orang di mana-mana.
Jadi anak-anak muda ini polos, enggak ngerti bisnis sebenarnya. Kalau orang yang ngerti bisnis kita punya uang, pekerjaan YouTuber dapat Rp 800 miliar PPATK pasti curiga, dan itu semua rekening dipantau PPATK. Kalau ada orang yang tiba-tiba punya rekening fantastis, PPATK sudah tahu sistemnya.
Berarti crazy rich palsu yang money laundering, uangnya hasil kejahatan?
Tidak semua, tapi ada kemungkinan dan untuk itu PPATK harus meneliti.
Memang ada yang sukarela memberikan begitu saja?
Bisa jadi ada hubungan bisnis atau apa, kita berprasangka baik aja, tapi kan kecurigaan boleh kan.
Tadi disebut kekayaan di usia muda tidak wajar, wajarnya umur berapa?
Mungkin perlu 20 tahun dalam karier.
Usia 40 tahun bisa mencapai level itu?
Iya, jadi ini banyak lucunya, membuat banyak anak muda stress, sekarang muncul istilah quarter life crisis. Saya bilang sama anak saya, zaman saya dulu enggak pernah dengar istilah itu. Tapi sekarang anak-anak kita merasa ada quarter life crisis, membandingkan dirinya dengan teman-temannya, teman-temannya banyak yang sudah sukses. Lihat di YouTube kok bisa begini, kalau dia bisa saya juga bisa, dan mulailah sekarang jadi gaya hidup dia.
Jadi, 20 itu tahun jalur cepat?
Itu jalur mengerikan.
Untuk menjadi seseorang yang dipilih jadi crazy rich perlu jadi influencer atau bisa dari orang biasa tapi dibentuk jadi crazy rich?
Bisa, tapi orang itu harus punya rasa keberanian yang tinggi, dia harus punya nyali yang besar, misal kaya Anda bikin video gitu, pasti gak berani, gak semua orang punya keberanian. Public speaking bisa dilatih, dan tim video mereka kalau sekarang orang baru mulai naik sedikit ada 5 orang yang ngikut, dia ada pengarah gaya juga.
Doni Salmanan. Foto: Instagram/@donisalmanan
Dampak ke masyarakat dengan munculnya crazy rich abal-abal ini apa?
Yang paling menonjol adalah mereka membandingkan dirinya dan merasa hidupnya kurang beruntung dibanding anak-anak itu, sekarang ini banyak mereka yang merasa perlu self healing, padahal yang dimaksud hanya me time. Sebetulnya hanya dengan kopi Rp 20 ribu saja sudah cukup untuk bisa mendapatkan apa yang disebut healing.
Kedua, adalah pandangan manusia terhadap orang kaya. Ini kan efek yang panjang sudah muncul sejak 25 tahun lalu ketika munculnya profesi motivator. Saya adalah orang yang paling enggak senang disebut motivator, saya akademisi.
Nah beberapa tahun lalu muncul motivator-motivator yang dagangannya mengajarkan cara cepat kaya, mereka mengajarkan menulis impiannya, ditempel di langit-langit. Tapi mereka membangun personal dream, bukan membangun usaha. Ya, cara-cara cepat kaya seperti itu.
Indra Kesuma alias Indra Kenz. Foto: Instagram/@indrakenz
Solusinya bagaimana supaya masyarakat tidak cepat percaya crazy rich?
Edukasi kan penting, edukasi keuangan. Kita tidak ajarkan cara mengelola uang dari anak-anak, kan? Bahkan di kampus tidak diajarkan, yang diajarkan kewirausahaan. Dalam ilmu keuangan kalau mau investasi prinsipnya learn before you earn, kenali dulu, pelajari dulu sebelum mendulang keuntungan.
Media sosial ikut berperan munculnya crazy rich dadakan ini?
Medsos membuat kita semua punya panggung untuk memajang apa keinginan dan yang kita mau. Dulu harus nunggu media untuk ada tempat, hari ini enggak perlu tunggu dievaluasi media, bisa tampilkan diri sendiri, bahkan bisa jadi sumber berita bagi media.
Kedua, bisa jadi alat promosi, ketiga bisa menjadi alat pembentuk budaya, keempat alat perdagangan dan tentu bisa mendapatkan uang di situ.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten