RI Punya 100.000 Vaksinator, Bisa 50 Juta Suntikan Per Bulan Kalau Vaksinnya Ada

11 April 2021 19:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah tenaga kesehatan mendapatkan vaksinasi dosis pertama vaksin COVID-19 Sinovac di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (4/2). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah tenaga kesehatan mendapatkan vaksinasi dosis pertama vaksin COVID-19 Sinovac di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (4/2). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan vaksinator di Tanah Air untuk program vaksinasi corona nasional sangat mencukupi. Sehingga ia tak khawatir laju vaksinasi akan terhambat akibat kurangnya vaksinator.
ADVERTISEMENT
"Di awal kita sudah menghitung vaksinator yang ada di Kemenkes ada berapa. Ada 30.000 orang dengan kapasitas 30-50 suntikan per hari. Kita ambil yang rendah deh, 30 x 30.000, artinya 900.000 (suntikan) per hari dengan kapasitas vaksinator yng di awal kita rencanakan," jelas Budi dalam launching vaksinesia di kumparan, Minggu (11/4).
"Kalau 900.000 per hari, itu 27 juta per bulan. Jadi kalau kita mau suntiknya sekitar 181,5 juta x 2 itu 363 juta, dosis sebulannya 27 juta, ya harusnya 12 bulan selesai," imbuhnya.
Dari rencana awal saja, Budi merasa ketersediaan vaksinator sudah sesuai dengan target laju vaksinasi nasional. Nyatanya, jumlah vaksinator yang tersedia jauh lebih banyak.
"Ternyata pas kita lihat vaksinator kita bukan 30 ribu. Karena kan TNI punya, Polri punya. Jadi totalnya sekarang hampir 100 ribu. Jadi kapasitas kita sih bisa 50-60 juta (suntikan) per bulan kalau semua digerakkan. (Vaksinator) rumah sakit, juga yang lain," jelas Menkes.
ADVERTISEMENT
Budi mengaku ia lebih menaruh perhatian kepada pasokan vaksin. Justru, pasokan vaksin corona yang saat ini betul-betul berpengaruh kepada program vaksinasi nasional.
Menkes Budi Gunadi Sadikin memperlihatkan vaksin COVID-19 Astrazeneca saat vaksinasi kepada kyai Nahdlatul Ulama (NU) di Kantor PWNU Jatim di Surabaya. Foto: Moch Asim/Antara Foto
Terlebih, Indonesia tengah terancam kekurangan 100 juta dosis suplai vaksin AstraZeneca di 2021. Hal ini diakibatkan penundaan kiriman 54 juta dosis dari mekanisme multilateral GAVI, dan 50 juta dosis dari mekanisme bilateral dengan AstraZeneca.
Oleh sebab itu, yang paling utama menurut Budi adalah melakukan langkah antisipasi demi menjaga pasokan vaksin di Tanah Air. Di antaranya yakni melakukan komunikasi dengan GAVI dan AstraZeneca, serta memesan suplai tambahan 100 juta dosis vaksin Sinovac dari China.
"Saya tidak khawatir dengan vaksinator. Saya khawatirnya dengan ketersediaan vaksin," tutup Budi.