Ridwan Kamil Kirim 5 Ulama Jabar ke Inggris untuk Berdakwah

12 November 2019 19:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ridwan Kamil bersama Direktur British Counsil Paul Smith saat konferensi pers di Bank Jawa Barat, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (12/11). Foto: Darin Atiandina/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ridwan Kamil bersama Direktur British Counsil Paul Smith saat konferensi pers di Bank Jawa Barat, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (12/11). Foto: Darin Atiandina/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengutus lima ulamanya untuk berangkat berdakwah ke lima kota di Inggris. Kelima ulama ini sengaja dikirim Gubernur Jabar Ridwan Kamil untuk menyampaikan pesan tentang keindahan Islam di Indonesia ke masyarakat Britania Raya.
ADVERTISEMENT
Lima ulama itu adalah Wifni Yusifa, Ridwan Subagya, Ihya Ulumudin, Safitra dan Hasan Al-Banna. Mereka merupakan lima orang terpilih untuk berangkat ke London, Bristol, Glasgow, Manchester, dan Birmingham lewat program English for Ulama. Mereka berada di sana mulai 4-14 November 2019.
English for Ulama adalah program kerja sama antara Pemprov Jabar dengan Kedutaan Besar Inggris dan lembaga kulturalnya, British Council. Lewat program ini, Kedubes Inggris memberi pelatihan bahasa Inggris selama satu bulan kepada ulama yang terpilih. Dalam pelatihan tersebut, dipilih juga sebanyak 5 ulama terbaik untuk berdakwah ke Inggris.
“Dari 265 ulama Jabar terpilih 30 ulama yang dilatih bahasa Inggris dan 5 terbaik saat ini sedang berada di Inggris untuk berdialog,” kata Ridwan Kamil saat menggelar konferensi pers di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (12/11).
Ridwan Kamil bersama Direktur British Counsil Paul Smith saat konferensi pers di Bank Jawa Barat, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (12/11). Foto: Darin Atiandina/kumparan
Emil mengatakan tidak bisa sembarang ulama yang bisa mengikuti program ini, ada syarat-syaratnya. Syarat paling utama adalah ulama tersebut harus betul-betul memahami ilmu fiqih atau ilmu agama Islam. Untuk memastikannya, Pemprov Jabar pun turut menggandeng MUI untuk proses seleksi.
ADVERTISEMENT
“Jadi ulama yang akan berdialog ini ilmu fiqihnya harus sudah matang, bahkan salah satu ulama ada yang bisa menghafal sanad, urutan keturunan nabi dari hari ini sampai nabi Adam,” kata Ridwan.
Di Inggris, kelima ulama terpilih tersebut akan berdakwah dan menyebarkan nilai-nilai Islam Indonesia yang damai dan mengedepankan toleransi. Tujuannya untuk menghilangkan persepsi negatif akan Islam di Indonesia.
“Keislaman Indonesia, khususnya di Jabar, yang insyallah selalu damai mengedepankan toleransi, karena persepsinya masih belum maksimal. Karena berita yang masuk ke inggris lebih banyak breaking news yang negatif, nah inilah cara kami sampai suatu hari tidak ada miskomunikasi antara orang Indonesia,” kata Ridwan.
“Mereka di sana berdialog tidak hanya dengan komunitas muslim di Eropa tetapi justru dengan komunitas muslim Inggris, komunitas non muslim juga, diundang ke parlemen, DPR-nya Inggris, ke wali kota-wali kota inggris, anggota DPRD-nya, bahkan dengan kapolresnya,” tutur Ridwan.
Ridwan Kamil bersama Direktur British Counsil Paul Smith saat konferensi pers di Bank Jawa Barat, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (12/11). Foto: Darin Atiandina/kumparan
Ridwan juga menambahkan program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri ulama-ulama di Indonesia untuk berdakwah di kancah internasional. Ridwan menilai selama ini ulama di Indonesia belum berani bicara karena kesulitan dalam berbahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
“Tujuan dari program ini juga jelas, di masa depan kalau ada dialog dengan barat itu kalau bisa ulama yang diundang referensinya tidak hanya dari Timur Tengah saja. Kita negara mayoritas muslim jarang diundang karena kekurangan keterampilan bahasa,” kata Ridwan.
Ridwan juga berencana untuk memperluas jangkauan program ke negara-negara lain, misalnya seperti Amerika Serikat dan Polandia. Namun, untuk sementara ini memang baru Inggris yang jadi negara tujuan program. Dia pun menjelaskan alasannya.
“Karena saya bersahabat baik dengan Moazzam Malik (mantan Dubes Inggris untuk Indonesia), beliau sangat humble, berbahasa Indonesia dengan baik, dan muslim juga,” kata Ridwan.
“Saya cerita ke beliau, tidak ada perwakilan ulama dari Indonesia. Lalu karena ngobrolnya dengan Dubes Inggris, beliau menawarkan kerja sama. Pas dicek Kedubes punya program bimbingan bahasa Inggris. Ditambah lagi track record negara Inggris sangat terbuka sehingga kami meyakini pintu pertama program ini dimulai dari Inggris,” kata Ridwan.
ADVERTISEMENT