Ridwan Kamil soal Corona di Jabar: Klaster Bertambah hingga Ungkap Data PDP-ODP

8 Juli 2020 7:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cover Story Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil perpanjang PSBB transisi. Foto: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Cover Story Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil perpanjang PSBB transisi. Foto: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil terus memberikan perkembangan terkait percepatan penanganan COVID-19 di wilayahnya. Meski kasus reproduksi dapat ditekan hingga 0,91 selama dua minggu, bukan berarti penanganan selesai.
ADVERTISEMENT
Pria yang akrab disapa Emil itu menuturkan, justru saat ini jumlah klaster penularan di Jawa Barat terus bertambah. Terbaru yakni klaster industri Unilever di Cikarang.
"Dan beberapa hari terakhir kita mendapati ada dua klaster baru, klaster pertama adalah di daerah industri maka dari itu kita sudah melakukan tracing dan tracing yang sangat masif," kata Emil.
Selain klaster Unilever, Emil juga menyebut ada dua institusi pendidikan kenegaraan di Bandung Raya yang menjadi klaster penularan. Sayangnya, Emil tak menyebutkan secara rinci institusi yang dimaksud dan jumlah pasien positif di klaster tersebut.
Hanya saja Emil memastikan pihaknya akan melakukan tes swab menggunakan metode PCR kepada keluarga yang positif COVID-19. Jika ada satu orang yang positif, maka petugas akan melakukan pengetesan terhadap tiga atau empat keluarga dekatnya.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam acara serah terima Laboratorium Mobile BSL3 di FK Unpad, Kota Bandung, Jumat (12/6/20). Foto: Riza/Humas Jabar
Mantan Wali Kota Bandung itu memaparkan, selain tempat industri dan instansi pemerintah, asrama juga menjadi tempat rawan penularan virus corona.
ADVERTISEMENT
"Nah, kami juga menginstruksikan tempat-tempat rawan, kami tambah satu tipe kalau tadinya adalah tempat wisata kemudian pasar tradisional kemudian terminal dan stasiun, sekarang adalah tempat-tempat asrama," ucap dia.
Emil melihat saat ini warga Jabar telah menganggap kondisi sudah kembali menjadi normal seiring diterapkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di sebagian besar wilayah. Ia meminta meski telah memasuki AKB, protokol kesehatan tetap harus diterapkan.
"Partisipasi masyarakat menurut WHO ini adalah kunci dari pengendalian selama COVID ini sehingga kesiapan testing di daerah-daerah juga harus diperkuat khususnya dengan tes PCR yang target kami minimal 10 sampai 15 ribu PCR testing per Minggu," tegas Emil.
Bukan tanpa sebab, karena berdasarkan data yang ada, sekitar 190 anak di Jabar terinfeksi virus corona. Hal itu dikarenakan banyak orang tua yang menggunakan masker tetapi tidak dengan anaknya.
ADVERTISEMENT
"Nah anak ini rawan. Saya amati karena orang tua tidak disiplin, sampling di pasar, orang tuanya pakai masker tapi anaknya enggak. Sementara kan disangkanya virus akan menyerang orang dewasa, justru yang paling rawan itu anak-anak dan lansia," kata Emil.
Sejauh ini, anak-anak tak bisa disertakan dalam kegiatan besar yang berpotensi menimbulkan kerumunan walaupun sejumlah sektor sudah diizinkan beroperasi kembali di masa AKB.
Rencananya, Pemprov Jawa Barat akan merilis berbagai kegiatan yang memiliki risiko rendah hingga tinggi. Daftar tersebut diharapkan dapat menjadi acuan warga Jawa Barat dalam menjalankan aktivitas selama masa AKB.
Ridwan Kamil memastikan, akan membuka data warga yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) dan dalam pemantauan (ODP) corona yang meninggal dunia mulai Rabu (8/7).
ADVERTISEMENT
Selama ini, data PDP dan ODP yang meninggal dunia tak pernah diungkap karena pihak RS langsung mengunggahnya ke pusat melalui aplikasi. Dalam layanan aplikasi Pikobar hanya terdapat data pasien yang dikategorikan ODP dan PDP.
Namun data PDP dan ODP corona yang meninggal tak diungkap ke publik.
"Sebenarnya kan datanya itu ada di rumah sakit yang upload-nya langsung ke pusat melalui aplikasi yang namanya CRS online, gugus tugas sudah kirim surat supaya bisa mengakses tapi per hari ini belum ada jawaban. Jadi akhirnya kita putuskan kita akan update besok kematian ODP dan PDP," jelas Emil.
Emil menegaskan seseorang berstatus PDP dan ODP yang meninggal dunia tak serta merta dikategorikan positif COVID-19.
ADVERTISEMENT
————-----------------------
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona