Ridwan Kamil soal Corona RI: Tak Pengaruhi Sektor Pangan - Alasan Terapkan PSBM

21 September 2020 8:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat akan menjalani tes kesehatan di puskesmas Garuda di kecamatan Andir, Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/8). Foto: M Agung Rajasa/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat akan menjalani tes kesehatan di puskesmas Garuda di kecamatan Andir, Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/8). Foto: M Agung Rajasa/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menjadi salah satu pembicara dalam acara Webinar Nasional Seri 2 Kelompok Studi Demokrasi Indonesia (KSDI) dengan tema 'Strategi Menurunkan COVID-19, Menaikkan Ekonomi'. Dalam acara itu, Ridwan Kamil memastikan sektor pangan tidak terdampak pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Pasca-COVID-19, kita menemukan sektor pangan tidak terpengaruh oleh COVID-19. Di masa depan, kalau mau hidup dengan bisnis yang sifatnya tidak mau terpengaruh dengan distribusi, itu adalah ekonomi pangan di desa," kata Ridwan Kamil.
Selain itu pria yang akrab disapa Kang Emil itu menuturkan, berdasarkan temuan riset, kondisi ekonomi dan kesehatan di Jabar kini sudah relatif membaik.
"Alhamdulilah Jabar ada di kanan (tabel) atas ekonomi membaik , sudah bergerak, dan kesehatan juga relatif membaik," ucap Emil.
Paparan Ridwan Kamil. Foto: Dok. Istimewa
Terkait ekonomi di sektor pariwisata, Emil mengklaim ekonomi pariwisata Jabar di masa pandemi virus corona lebih baik dibandingkan dengan daerah lain karena wisatawan lokal. Sebab, proses pemulihan ekonomi pariwisata tidak tergantung dari penerbangan.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah Jabar karena wisatawannya lokal 90 persen, selama COVID-19 ini justru ekonomi pariwisata kami bisa lebih baik dibanding tempat lain karena tidak mengandalkan penerbangan sehingga recovery-nya lebih baik," kata Emil.
Dalam acara itu Emil juga memaparkan tujuh program ekonomi untuk Jabar setelah pandemi corona. Di antaranya adalah mengambil peluang investasi yang pindah dari China, swasembada pangan dan teknologi dan menjadi pusat kesehatan indonesia.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (tengah) berjalan keluar ruang seusai menjalani penyuntikan vaksin di puskesmas Garuda, kecamatan Andir, Bandung, Jawa Barat, Jumat (28/8). Foto: M Agung Rajasa/Antara Foto

Ridwan Kamil Ungkap Penyebab Fasilitas Tes di Jabar Di bawah DKI Jakarta

Ridwan Kamil juga menyampaikan mengenai tes corona di Jawa Barat yang terus meningkat. Kini sudah menjadi nomor dua tertinggi di Indonesia di bawah Jakarta.
"Dalam kerangka pengetesan, kita sudah 300 ribu. ini sebenarnya Jabar sudah terbesar kedua setelah Jakarta ya, ini sudah 300 ribu beberapa hari lalu, hari ini sudah 330 ribu. Tapi memang mengejar 500 ribu sebagai 1 persen WHO," kata Emil.
ADVERTISEMENT
Emil mengatakan, sebenarnya kapasitas lab Jabar sudah mentok. Maka dari itu, ia meminta tak ada pihak yang membandingkan tes corona di Jakarta dan Jabar.
"Jadi kalau dibandingkan dengan DKI kami selalu jauh. kenapa? karena fasilitas-fasilitas pemerintah pusat ngumpulnya di Jakarta. Sehingga agak tidak apple to apple membandingkan kapasitas testing. Di mana dukungan pemerintah pusat emang mayoritas ada di Jakarta," jelas Emil.
Paparan Ridwan Kamil. Foto: Dok. Istimewa

Emil Jelaskan Alasan Terapkan PSBM Bukan PSBB di Jabar

Mantan Wali Kota Bandung itu juga menjelaskan alasanya menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM), bukan PSBB seperti DKI di Jabar. Sebab menurutnya kondisi di Jabar lebih heterogen.
"Sampai hari ini Jabar tidak pernah mengendurkan epidemiologi. 14 Hari PSBB Bodebek selalu saya perpanjang. Hanya bedanya, karena wilayah kami ini tidak homogen seperti Jakarta, maka kita gunakan PSBM berbasis mikro," kata Emil.
ADVERTISEMENT
Emil menuturkan zona merah di Jabar diketatkan, sedangkan zona hijau dilonggarkan. "Karena COVID ini mengajarkan kita harus adil," ucap dia.
Lalu mengingat kondisi Jabar yang heterogen, penanganan pandemi di masing-masing daerah berbeda-beda. Tapi harus tetap bersinergi dengan sekelilingnya.
Seperti kebijakan di Bodebek harus selalu mengikuti episentrumnya, yakni DKI Jakarta. Sedangkan kawasan lain yang jauh dari Ibu Kota membutuhkan penanganan berbeda.
Oleh karena itu, diterapkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Sehingga ekonomi tetap berjalan, namun kebiasaan hidup bersih sehat harus didisiplinkan.
"Anda mau lockdown wilayah, silakan tapi ekonomi hancur. Atau anda cukup lockdown mulut dan hidung anda tapi ekonomi tidak hancur," ujar Emil.
Cover Story Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil perpanjang PSBB transisi. Foto: Indra Fauzi/kumparan

Emil Singgung Pentingnya Koordinasi Sebelum Membuat Pengumuman Kebijakan

Dalam diskusi itu Emil juga menyoroti kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menarik rem darurat dengan menerapkan PSBB.
ADVERTISEMENT
Meski tak menyebut secara rinci, Emil menyebut seharusnya setiap pengambilan keputusan dikoordinasikan dengan pihak terkait agar tak ada kesan pemerintah tidak kompak.
"Saya selalu berusaha koordinasi, dengan pemerintah pusat selalu satu frekuensi, selalu koordinasi dulu dengan Pak Tito, baru bikin pengumuman. Bukan bikin pengumuman dulu baru koordinasi, karena itu akan menimbulkan gejolak dan hal yang kurang baik di mata masyarakat, seolah-olah kita ini kurang kompak," kata Emil.
Emil menyebut penanganan COVID-19 di masing-masing negara tidak bisa disamakan. Di China misalnya, bisa diterapkan satu komando, namun sangat represif. Upaya semacam itu tak bisa diterapkan di Indonesia, karena tentu akan mendapat banyak pertentangan.
Meski begitu, Emil menyebut sebagai pemimpin harus berani mengambil keputusan. Walaupun setiap keputusan tak mungkin bisa menyenangkan semua pihak.
ADVERTISEMENT
"Bagi saya dalam situasi ini, lebih baik berani mengambil keputusan ternyata keliru, tinggal diperbaiki. Daripada diam, pasif tidak bisa ambil keputusan," katanya.
Emil mengakui, pandemi COVID-19 menjadi ujian tersendiri bagi para pemimpin. Setiap keputusan yang diambil selalu mengandung risiko, mengingat pandemi ini adalah hal baru bagi semua orang di dunia.

Emil Optimistis Ekonomi Pulih 2021

Ridwan Kamil juga optimistis, sektor ekonomi yang terdampak pandemi COVID-19 akan segera pulih di tahun depan. Hal itu ditandai dengan mulai bergeraknya perekonomian di daerah-daerah khususnya di wilayah Jabar.
"Pariwisata dan ekonomi Insya Allah pulih seratus persen tahun depan, Januari kita mulai lagi. Apalagi jika vaksin sudah efektif," ungkap Ridwan Kamil.
Ia menuturkan, upaya Pemprov Jabar untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi adalah dengan memberikan bantuan berupa mobil serbaguna (Maskara), yakni kepada 129 desa yang telah naik kelas sebagai apresiasi. Selain itu, akan ada tambahan bantuan berupa kenaikan anggaran dari pemerintah Provinsi.
ADVERTISEMENT
"Untuk menunjang geliat ekonomi desa, mobil Maskara juga menjadi upaya kita, di mana tahun ini sudah dibagikan 129 dan di Majalengka ini sudah 14 mobil," ucap dia.
Selain itu demi meminimalisir kemungkinan terjadi resesi, Pemprov Jabar juga terus meningkatkan kewaspadaan penyebaran COVID-19 di bidang perindustrian. Karena menurutnya, saat ini masih harus menerapkan protokol kesehatan ketat di semua bidang agar tidak lumpuh.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menunjukkan tanda suntik vaksin di puskesmas Garuda, kecamatan Andir, Bandung, Jawa Barat, Jumat (28/8). Foto: M Agung Rajasa/Antara Foto

Emil Minta Doa Agar Imunitasnya Naik Usai 2 Kali Disuntik Vaksin Sinovac

ADVERTISEMENT
Terkahir, Emil juga berbicara soal perkembangan uji klinis tahap III vaksin Sinovac. Ia kembali mengatakan jika uji klinis vaksin COVID-19 berhasil, maka akan dilakukan produksi massal pada Januari 2021.
"Saya sudah 2 kali disuntik, doakan tes darah saya sampai Desember menghasilkan imunitas yang naik ke 90 persen. Kalau imunitasnya naik, berarti tes vaksinnya sukses,” kata Emil.
ADVERTISEMENT
“Kalau sukses, berarti Januari bisa diproduksi. Sehingga orang bisa mendapatkan,” tambah dia.
Emil sendiri merupakan salah satu relawan uji klinis vaksin Sinovac. Ia resmi menjadi relawan pada awal Agustus 2020 lalu, dan telah menjalani proses penyuntikan vaksin COVID-19.