Risma Ingatkan Mitigasi Bencana Pakai Kearifan Lokal, sehingga Korban Sedikit

21 Juli 2021 11:23 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Sosial Tri Rismaharini (kanan) disambut oleh Bupati Flores Timur Agustinus P Boli (kiri) dan Kapolda NTT Irjen Pol Lotharia Latif (tengah) setibanya di Bandara Gewayantana, Larantuka Flores Timur, NTT, Selasa (6/4/2021).  Foto: ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Sosial Tri Rismaharini (kanan) disambut oleh Bupati Flores Timur Agustinus P Boli (kiri) dan Kapolda NTT Irjen Pol Lotharia Latif (tengah) setibanya di Bandara Gewayantana, Larantuka Flores Timur, NTT, Selasa (6/4/2021). Foto: ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
ADVERTISEMENT
Proses mitigasi atau penanggulangan bencana alam harus disiapkan dengan matang. Hal ini yang didorong Mensos Tri Rismaharini agar mitigasi bencana mengedepankan kearifan lokal (local wisdom) daerah masing-masing.
ADVERTISEMENT
Tujuannya untuk meminimalkan dampak bencana, seperti korban jiwa. Ia pun mencontohkan kearifan lokal yang dijalankan masyarakat Simeulue, Aceh, dalam menghadapi potensi gempa dan tsunami, salah satunya dengan menanam cemara udang di bibir pantai.
Masjid di Banda Aceh masih berdiri setelah gempa dan tsunami Aceh. Foto: AFP/CHOO YOUN-KONG
Bahkan, menurut Risma cara ini efektif saat terjadinya tsunami Aceh pada 2004 silam.
“Saya ingat pernah ke Simeulue di Aceh, bisa [terjadi] 2-3 kali gempa. Saking seringnya warga di situ kemudian mempunyai kearifan lokal, di mana mereka tahu mana dampak-dampak gempa yang mengakibatkan tsunami,” ujar perempuan yang akrab di sapa Risma ini saat konferensi pers, Rabu (21/7).
“Dan apa yang terjadi saat kejadian tsunami Aceh yang impact-nya Sampai ke Thailand-Jelang, saya lihat sendiri di Thailand kerusakan seluruh pantai yang namanya hotel restoran hancur semua, kecuali satu tempat yang terlindung dari pohon cemara udang. Namun sekali lagi kenapa? Ternyata pusat gempa di Simeulue justru korbannya sangat dikit karena mereka sudah ngerti bagaimana antisipasinya,” lanjutnya.
Foto udara kerusakan yang diakibatkan banjir bandang di Waiwerang, Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, Selasa (6/4). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
Ia pun meminta agar cara-cara seperti ini bisa efektif dijalankan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. Sehingga, dampak kerusakan dan korban tak banyak.
ADVERTISEMENT
“Maka itu saya mohon, saya minta tolong, kalau mendengar ini, setelah ini, langsung kita lakukan langkah-langkah bagaimana untuk keefektifan warga untuk mengantisipasinya,” jelasnya.
“Tadi yang saya sampaikan di Simeulue tidak ada alat-alat yang saya liat, tapi karena ada kemudian kearifan lokal sehingga korban dikit,” pungkasnya.