Rohingya Kutuk Keras Kudeta Militer terhadap Aung San Suu Kyi

1 Februari 2021 15:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi.
 Foto: Athit Perawongmetha/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi. Foto: Athit Perawongmetha/REUTERS
ADVERTISEMENT
Etnis Muslim Rohingya buka suara atas kudeta militer terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi di Myanmar.
ADVERTISEMENT
Rohingya mengutuk keras kudeta terhadap pemerintah Suu Kyi. Usai kudeta, Panglima Militer Jenderal Besar Min Aung Hlaing mendeklarasikan diri sebagai pemimpin.
"Kami Rohingya mengutuk keras tindakan keji membunuh demokrasi ini," kata pemimpin masyarakat Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh, Dil Mohammed, seperti dikutip dari Reuters.
Pengungsi Rohingya. Foto: AFP/MUNIR UZ ZAMAN
Ratusan ribu warga Rohingya sejak 2017 kabur dari tanah kelahirannya di Rakhine, Myanmar, menuju Bangladesh.
Mereka melarikan diri karena persekusi militer yang dipimpin oleh Jenderal Besar Min Aung Hlaing yang kini menjadi pemimpin Myanmar.
Jenderal Senior Min Aung Hlaing, Panglima Tertinggi Myanmar, berjabat tangan dengan Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi, sebelum kudeta terjadi. Foto: Stringer/REUTERS
Min merupakan otak di balik pembantaian etnis Muslim Rohingya. Atas tindakannya tersebut, Min sudah dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat.
Pejabat Hak Asasi Manusia PBB telah menyebut operasi Myanmar terhadap Rohingya sebagai "contoh nyata pembersihan etnis".
ADVERTISEMENT
Selama memimpin Myanmar, Suu Kyi yang mendapat ganjaran Nobel Perdamaian pada 1991 dinilai menutup telinga atas penderitaan etnis minoritas Muslim Rohingya.
Tahun 2018, tiga peraih Nobel Perdamaian mendesak Aung San Suu Kyi dan militer Myanmar untuk mengakhiri genosida terhadap etnis Rohingya.
Infografis Tragedi Rohingya di Myanmar Foto: Bagus Permadi/kumparan