RSPAD soal Rekomendasi Pemecatan Terawan dari IDI: Beliau Masih Praktik di Sini

29 Maret 2022 13:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Terawan saat menjabat Menkes. Foto: WHO
zoom-in-whitePerbesar
Terawan saat menjabat Menkes. Foto: WHO
ADVERTISEMENT
RSPAD Gatot Soebroto angkat bicara mengenai status dokter Terawan Agus Putranto. Apakah ia masih praktik di RS itu setelah ada rekomendasi Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) -- organisasi otonom di IDI -- kepada Pengurus Besar IDI untuk memecat mantan Kepala RSPAD itu dari keanggotaan IDI.
ADVERTISEMENT
Humas RSPAD Gatot Soebroto, Cristiana Dewi Anggraeni,S.kp.,MARS, menyatakan bahwa Terawan tetap praktik menangani pasien.
"Dokter Terawan masih praktik, gitu aja," kata Cristiana kepada kumparan, Selasa (29/3).
Cristiana tidak bisa berkomentar banyak karena Kepala RSPAD yang berwenang memberi tanggapan.
"Saya enggak bisa menjawab tentang dokter Terawan karena di sini kita ada protokoler dan kewenangan yang harus disampaikan secara langsung oleh kepala RS," tutur dia.
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) merekomendasikan mantan menteri kesehatan Terawan Agus Putranto diberhentikan permanen dari keanggotaan IDI dalam Muktamar XXXI IDI di Banda Aceh, 23-25 Maret 2022.
Rekomendasi ini merupakan lanjutan dari rekomendasi dalam Muktamar IDI yang digelar di Samarinda tahun 2018 yang belum dilaksanakan PB IDI periode itu.
ADVERTISEMENT
Suasana RS Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (29/3/2022). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Ada 3 poin yang disampaikan oleh MKEK mengenai rekomendasi pemecatan Terawan dari anggota IDI, yaitu :
- Meneruskan hasil sidang khusus MKEK yang memutuskan pemberhentian permanen sejawat dokter Terawan Agus Putranto sebagai anggota IDI
- Pemberhentian dilakukan oleh PB IDI selambat-lambatnya 28 hari kerja
- Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Rekomendasi MKEK tersebut terkait dengan metode Digital Subtraction Angiography (DSA) atau lebih dikenal dengan 'cuci otak'. Metode DSA dinilai meragukan karena menggunakan alat yang tidak difungsikan dengan semestinya dan belum terbukti ilmiah.
DSA yang sejak puluhan tahun dikenal sebagai alat diagnosis, oleh Terawan diklaim sebagai terapi pengobatan yang manjur dan dikomersialkan dengan harga yang tidak murah.
Terawan yang merupakan dokter radiologi juga dinilai tidak memiliki iktikad baik untuk memenuhi beberapa kali panggilan organisasi guna menjelaskan atau membela diri tentang metodenya yang berkaitan dengan ranah neurologi itu.
ADVERTISEMENT