Rusia dan China Gelar Latihan Militer Gabungan Mulai 1-7 September

30 Agustus 2022 6:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal angkatan laut dari Rusia dan China melakukan patroli militer maritim bersama di perairan Samudra Pasifik, Sabtu (23/10).  Foto: Kementerian Pertahanan Rusia/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Kapal angkatan laut dari Rusia dan China melakukan patroli militer maritim bersama di perairan Samudra Pasifik, Sabtu (23/10). Foto: Kementerian Pertahanan Rusia/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Hubungan antara Rusia dan China semakin dekat di tengah berlangsungnya operasi militer di Ukraina sekaligus tegangnya situasi di kawasan Asia Pasifik.
ADVERTISEMENT
Pekan ini, Moskow mengumumkan akan melakukan latihan militer gabungan terbesarnya dengan Beijing, The Vostok 2022. Kabar itu dikonfirmasi Kementerian Pertahanan Rusia pada Senin (29/8).
Pihaknya mengatakan, beberapa unit angkatan udara Rusia, pesawat pengebom jarak jauh dan pesawat kargo militer akan dilibatkan dalam latihan militer gabungan tahun ini.
“Latihan Vostok 2022 (East 2022) akan diadakan pada 1-7 September di berbagai lokasi di Timur Jauh Rusia dan Laut Jepang, serta melibatkan lebih dari 50.000 pasukan dan 5.000 unit persenjataan, termasuk 140 pesawat terbang dan 60 kapal perang,” kata pihak Kemhan Rusia, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Pesawat angkut militer Il-78 Rusia terbang selama latihan parade militer yang menandai peringatan kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua, di Moskow, Rusia, Sabtu (7/5/2022). Foto: Maxim Shemetov/REUTERS
Latihan militer gabungan tersebut akan digelar di tujuh titik lapangan tembak Timur Jauh Rusia serta melibatkan prajurit asing dari negara pecahan Uni Soviet dan sekutu dekat Rusia lainnya. Contohnya seperti India, Laos, Mongolia, Nikaragua dan Suriah.
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari manuver, angkatan laut Rusia dan China di Laut Jepang akan berlatih melindungi komunikasi di laut, area aktivitas ekonomi kelautan, dan dukungan untuk pasukan angkatan darat di daerah pesisir.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Fomin menegaskan, latihan militer gabungan ini adalah kegiatan berkelanjutan yang sudah direncanakan, terlepas dari masih berlangsungnya operasi militer khusus Rusia saat ini di Ukraina.
“Latihan ini tidak ditujukan untuk melawan negara atau aliansi militer tertentu dan murni bersifat defensif,” kata Fomin. Ia menambahkan, latihan angkatan laut akan diselenggarakan di bagian utara dan tengah Laut Jepang.

Kedekatan Rusia dan China Semakin Intens Sejak Dimulainya Operasi Militer Khusus di Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar pertemuan virtual dengan Presiden China Xi Jinping di kediaman negara Novo-Ogaryovo di luar Moskow, Rusia. Foto: Mikhail METZEL / SPUTNIK / AFP
Dengan adanya latihan militer gabungan ini, tampak jelas adanya peningkatan dalam kerja sama pertahanan antara Moskow dan Beijing yang tumbuh lebih intens sejak Rusia mengerahkan pasukannya ke Ukraina pada Februari lalu.
ADVERTISEMENT
Terkait tindakan Rusia di negara tetangganya itu, China dengan tegas enggan memberikan kritik maupun dukungan dan tetap mempertahankan posisi netralnya.
Kendati demikian, China menganggap Amerika Serikat (AS) yang menjadi provokator konflik dengan mendukung ekspansi NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) di Eropa Timur serta menjatuhkan sanksi besar-besaran terhadap Rusia.
Sebagai balasannya, di tengah ketegangan dalam hubungan Beijing-Washington, Moskow tetap berada di garis terdepan untuk mendukung Negeri Tirai Bambu.
Pertemuan Bilateral China dan Rusia. Foto: REUTERS/Wu Hong/Pool
Kondisi di kawasan Asia Pasifik hingga sekarang masih memanas sejak kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan pada awal bulan ini di tengah peringatan keras China.
Mengomentari kunjungan Pelosi, Presiden Rusia Vladimir Putin pun angkat bicara. Ia menggambarkan kemiripan yang terlihat dari keterlibatan AS dalam konflik di Ukraina serta kunjungan Pelosi ke Taiwan sebagai pemicu ketidakstabilan global.
ADVERTISEMENT
Putin dan Presiden China Xi Jinping semakin meningkatkan kualitas kemitraan strategis mereka di tengah ketegangan yang meningkat dalam hubungannya dengan Barat.
Kedua negara yang dulunya bersaing itu memiliki pandangan yang sama untuk mengurangi pengaruh dan dominasi global yang dibawa oleh negara Barat.