Rusia Sebut AS dan NATO Terlibat Langsung dalam Perang di Ukraina

1 Desember 2022 18:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menghadiri pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Myanmar Wunna Maung Lwin di Naypyidaw, Myanmar, Rabu (3/8/2022). Foto: Kementerian Luar Negeri Rusia/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menghadiri pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Myanmar Wunna Maung Lwin di Naypyidaw, Myanmar, Rabu (3/8/2022). Foto: Kementerian Luar Negeri Rusia/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Rusia menyebut Amerika Serikat (AS) dan NATO terlibat secara langsung dalam perang di Ukraina pada Kamis (1/12).
ADVERTISEMENT
Pernyataan ini datang dari Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Dia menerangkan, kedua pihak itu berperan dalam perang lantaran memasok senjata dan memberikan pelatihan militer bagi Ukraina.
Lavrov kemudian membela rentetan serangan rudal Rusia yang telah melumpuhkan infrastruktur energi Ukraina. Pasalnya, fasilitas tersebut menyediakan jalur untuk pengiriman senjata dari Barat.
Ukraina dan Barat menggambarkan tindakan ini sebagai kejahatan perang yang ditujukan untuk menimbulkan penderitaan pada warga sipil. Sebab, mereka kehilangan akses listrik, panas, dan air.
"Kami menonaktifkan fasilitas energi yang memungkinkan Anda [Barat] memompa senjata mematikan ke Ukraina untuk membunuh orang Rusia," jelas Lavrov, dikutip dari Reuters, Kamis (1/12).
"Jadi jangan katakan bahwa AS dan NATO bukan peserta dalam perang ini—Anda berpartisipasi langsung. Termasuk tidak hanya pasokan senjata, tetapi juga pelatihan personel. Anda melatih militer [Ukraina] di wilayah Anda," sambung dia.
Petugas memperbaiki saluran listrik yang terputus di kota Kupiansk, wilayah Kharkiv, Ukraina pada Kamis (3/11/2022). Foto: Dimitar Dilkoff/AFP
Sejak mengerahkan pasukannya untuk menginvasi Ukraina pada 24 Februari, Rusia telah membingkai bantuan Barat bagi Ukraina sebagai upaya mereka untuk memaksakan kehendak sendiri.
ADVERTISEMENT
Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyebut kebijakan semacam itu hanya akan mengantarkan kekacauan dan konsekuensi mendalam.
Dia menilik ancaman dalam ambisi Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Putin meyakini bahwa NATO adalah imperialisme Barat.
Dia mengatakan, AS menggunakan aliansi militer tersebut untuk melanggengkan dominasi semasa Perang Dingin di Eropa.
Rusia akhirnya menganggap 'operasi militer khusus' mereka di Ukraina merupakan bentuk pertahanan diri terhadap Barat.
"Barat tidak lagi mampu mendiktekan kehendaknya kepada umat manusia tetapi masih mencoba melakukannya, dan mayoritas negara tidak lagi mau menoleransinya," ujar Putin pada Agustus.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara kepada para pemimpin melalui layar video selama pertemuan meja bundar pada pertemuan puncak NATO di Madrid, Spanyol, Rabu (29/6/2022). Foto: Manu Fernandez/AP Photo
NATO merupakan kekuatan tandingan Pakta Warsawa sebelum keruntuhan Uni Soviet. Setelah peristiwa transformatif tersebut, AS berjanji tpihaknya tidak akan memperluas NATO ke timur Jerman.
ADVERTISEMENT
Namun, janji itu terbukti tidak ditepati. Sebab, ekspansi NATO perlahan-lahan menghampiri perbatasan Rusia dengan menerima Latvia dan Estonia pada 2004. Dengan demikian, NATO diyakini bisa menempatkan infrastruktur militer dekat perbatasan Rusia-Ukraina.
Sebelum mengirim angkatan bersenjatanya, Rusia sempat mengulangi permintaan jaminan yang mengikat secara hukum dari Ukraina.
Pihaknya meminta agar Ukraina berjanji tidak akan pernah bergabung dengan NATO. Usai menggencarkan serangan pun, Rusia masih memberikan tuntutan yang sama. Kendati demikian, kompromi itu tampaknya bukan lagi pilihan bagi Rusia maupun Ukraina.
"Perjalanan sejarah tak terhindarkan, dan upaya kolektif Barat untuk memaksakan tatanan dunia barunya di seluruh dunia akan gagal," cuit Kedubes Rusia di Inggris, mengutip pernyataan Putin, pada 7 Juli.